ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
Kelompok 5
 Prinsipnya adalah penggunaan reagen senyawa fluoresensi untuk melabeli antibodi
dan diamati menggunakan mikroskop fluoresensi (fluorescence microscope).
 Pelabelan fluoresensi ini menjadi dasar dari Fluorescence Immunoassay.
 Fluorofor atau disebut juga fluorokrom adalah sebutan untuk senyawa fluoresensi
yang digunakan untuk pelabelan. Senyawa-senyawa ini dapat kembali memancarkan
cahaya (re-emit) atau berfluoresensi. Pancaran ini yang kemudian dideteksi dan
dilakukan assay.
 Fluorofor yang umum digunakan antara lain adalah rodamin dan fluorescein.
 Akan terlihat perbedaan antara bagian sel yang dilabeli dengan fluorofor.
 Oleh karena itu, pengukuran pembentukan sistem imun kompleks dapat diukur
berdasarkan intensitas fluoresensi yang terlihat.
imunofluoresensi anti-IgG antibodi
pada deteksi lupus
mikroskop fluoresensi
Luminex fluorescence immunoassay analyzer
 Penggunaan senyawa chemiluminescent sebagai label.
 Prinsip dari chemiluminescent ini adalah cahaya berasal dari hasil reaksi kimia
senyawa.
 Luminol dan derivatnya merupakan contoh dari senyawa chemiluminescent ini.
 Pertimbangan-pertimbangan dalam metode ini adalah bagaimana reaksinya dengan
antigen dan antibodi, katalis reaksinya, dan hasil akhir cahaya yang dihasilkan.
reaksi chemiluminescence hidrogen peroksida dan luminol
chemiluminescence immunoassay analyzer
 Sistem homogeneous immunoassay yang
popular adalah sistem TDX yang pada
akhir proses analisisnya menggunakan
polarisasi fluoresensi.
 Prinsipnya adalah substitusi analit tidak
berlabel dengan analit berlabel untuk
mengikat antibodi. Jumlah analit yang
berlabel dan tidak terikat kemudian
diukur.
 Secara teori, semakin banyak analit
dalam sampel, analit yang lebih
berlabel akan dipindahkan dan
kemudian diukur; oleh karena itu,
jumlah analit berlabel, tidak terikat
sebanding dengan jumlah analit dalam
sampel.
chemistry immunoassay analyzer
 Antibodi dapat bereaksi secara in vitro dengan antigen yang sesuai untuk
menghasilkan immunopresipitasi.
 Fenomena ini dapat digunakan sebagai dasar teknik untuk untuk mendeteksi dan
mengukur antigen atau antibodi.
 Dalam bentuk paling sederhananya teknik ini terbatas penggunaanya oleh karena
sensitivitas yang relatif buruk.
 Sensitivitas yang tinggi dapat diperoleh dengan menggunakan teknik immunoassay,
terutama pada situasi dimana antibodi itu sendiri diberi label dengan radioisotop.
 Peningkatan kinerja dapat dicapai dengan label radioaktif atau oleh alternatif non
radioaktif seperti molekul chemiluminescence.
Immunoassay

More Related Content

Immunoassay

  • 2.  Prinsipnya adalah penggunaan reagen senyawa fluoresensi untuk melabeli antibodi dan diamati menggunakan mikroskop fluoresensi (fluorescence microscope).  Pelabelan fluoresensi ini menjadi dasar dari Fluorescence Immunoassay.  Fluorofor atau disebut juga fluorokrom adalah sebutan untuk senyawa fluoresensi yang digunakan untuk pelabelan. Senyawa-senyawa ini dapat kembali memancarkan cahaya (re-emit) atau berfluoresensi. Pancaran ini yang kemudian dideteksi dan dilakukan assay.  Fluorofor yang umum digunakan antara lain adalah rodamin dan fluorescein.  Akan terlihat perbedaan antara bagian sel yang dilabeli dengan fluorofor.  Oleh karena itu, pengukuran pembentukan sistem imun kompleks dapat diukur berdasarkan intensitas fluoresensi yang terlihat.
  • 3. imunofluoresensi anti-IgG antibodi pada deteksi lupus mikroskop fluoresensi
  • 5.  Penggunaan senyawa chemiluminescent sebagai label.  Prinsip dari chemiluminescent ini adalah cahaya berasal dari hasil reaksi kimia senyawa.  Luminol dan derivatnya merupakan contoh dari senyawa chemiluminescent ini.  Pertimbangan-pertimbangan dalam metode ini adalah bagaimana reaksinya dengan antigen dan antibodi, katalis reaksinya, dan hasil akhir cahaya yang dihasilkan.
  • 6. reaksi chemiluminescence hidrogen peroksida dan luminol
  • 8.  Sistem homogeneous immunoassay yang popular adalah sistem TDX yang pada akhir proses analisisnya menggunakan polarisasi fluoresensi.  Prinsipnya adalah substitusi analit tidak berlabel dengan analit berlabel untuk mengikat antibodi. Jumlah analit yang berlabel dan tidak terikat kemudian diukur.  Secara teori, semakin banyak analit dalam sampel, analit yang lebih berlabel akan dipindahkan dan kemudian diukur; oleh karena itu, jumlah analit berlabel, tidak terikat sebanding dengan jumlah analit dalam sampel.
  • 10.  Antibodi dapat bereaksi secara in vitro dengan antigen yang sesuai untuk menghasilkan immunopresipitasi.  Fenomena ini dapat digunakan sebagai dasar teknik untuk untuk mendeteksi dan mengukur antigen atau antibodi.  Dalam bentuk paling sederhananya teknik ini terbatas penggunaanya oleh karena sensitivitas yang relatif buruk.  Sensitivitas yang tinggi dapat diperoleh dengan menggunakan teknik immunoassay, terutama pada situasi dimana antibodi itu sendiri diberi label dengan radioisotop.  Peningkatan kinerja dapat dicapai dengan label radioaktif atau oleh alternatif non radioaktif seperti molekul chemiluminescence.