Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B yang sangat menular dan dapat menyebabkan sirosis hati serta kanker hati. Virus hepatitis B menular melalui darah dan cairan tubuh. Anak-anak yang terinfeksi memiliki risiko lebih besar menjadi penderita kronis. Imunisasi universal bayi baru lahir dengan vaksin hepatitis B merupakan upaya terpenting dalam mencegah penularan dan menurunkan angka kasus hepatitis B.
Dokumen tersebut membahas tentang tuberkulosis pada anak, yang masih menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas tinggi di seluruh dunia. Diagnosis TB pada anak sulit diperoleh karena manifestasi klinis dan radiografik yang kurang spesifik dibandingkan dewasa, serta tantangan untuk memperoleh spesimen yang memadai. Pemeriksaan bakteriologis dan penunjang diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
Teks tersebut merupakan makalah tentang studi kasus campak pada orang dewasa yang membahas tentang konsep medis campak, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis dan tujuan penulisan makalah tersebut untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien dewasa dengan diagnosa campak.
Lonjakan kasus campak di Indonesia menjadi perhatian serius setelah terjadi peningkatan signifikan kasus campak di beberapa provinsi. Virus campak sangat menular dan berpotensi menyebabkan komplikasi berbahaya seperti pneumonia dan ensefalitis jika tidak ditangani dengan baik. Upaya vaksinasi perlu ditingkatkan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari penyakit ini.
Contoh Buku Skrap Tentang PENYAKIT BERJANGKIT010907
油
Dokumen tersebut membahas beberapa penyakit berjangkit seperti influenza A (H1N1), batuk kering (tuberkulosis), leptospirosis, cacar air, dan demam denggi. Ia menjelaskan gejala, cara penularan, pencegahan, dan rawatan untuk masing-masing penyakit. Dokumen ini bertujuan untuk meningkatkan kesedaran mengenai penyakit-penyakit berjangkit penting di Malaysia.
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia dan dapat menular ke janin selama kehamilan. Diagnosis TB pada ibu hamil sulit karena gejala mirip dengan gejala kehamilan. WHO merekomendasikan skrining gejala dan tes Xpert MTB/RIF untuk mendiagnosis TB selama kehamilan. Pengobatan TB pada ibu hamil sama dengan ibu tidak hamil asalkan memperhatikan efek obat terhadap janin.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologi kasus campak di Kota Cirebon tahun 2004-2011.
2. Hasil penelitian menunjukkan insiden campak tertinggi terjadi pada kelompok umur di bawah 5 tahun dan di dua kecamatan yaitu Kesambi dan Harjamukti.
3. Faktor yang mempengaruhi tingginya kasus campak adalah status imunisasi dan
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)NajMah Usman
油
Tiga kalimat ringkasan dokumen tentang campak:
Campak adalah penyakit menular yang disebabkan virus morbillivirus dan menular melalui udara, dengan masa inkubasi 10-18 hari dan gejala awal demam dan ruam. Vaksinasi campak telah menurunkan kematian global akibat penyakit ini meski masih menjadi penyebab kematian anak-anak.
Dokumen tersebut membahas tentang anamnesis dan tindakan yang dilakukan pada kasus dengan kecurigaan penyakit menular seperti tuberkulosis, HIV, dan hepatitis. Dokumen tersebut menjelaskan gejala klinis dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan selama anamnesis untuk mendiagnosa penyakit-penyakit tersebut."
Dokumen tersebut membahas surveilans malaria di Kota Palembang berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palembang pada tahun 2009, 2010, dan 2013. Ringkasannya adalah: Kasus malaria klinis dan vivax paling banyak pada tahun 2009, sedangkan pada tahun 2010 kasusnya berkurang menjadi malaria klinis dan falciparum. Pada tahun 2013 dilaporkan semua jenis malaria dengan pusat terbanyak di Puskesmas Sekip. Secara um
Buletin ini membahas tentang masih belum berakhirnya penyakit polio di kawasan Asia Tenggara meskipun sudah lebih dari satu dekade tidak ditemukan kasusnya. Indonesia masih memiliki risiko tinggi terhadap penularan polio karena cakupan imunisasi dan kinerja surveilans yang perlu ditingkatkan, terutama di beberapa provinsi tertentu. Kasus kembalinya virus polio juga ditemukan di Papua pada 2018 yang memerlukan upaya
Dokumen tersebut membahas tentang tuberkulosis (TBC) sebagai salah satu penyakit menular utama di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban TBC tinggi karena memiliki estimasi insidensi TBC tertinggi ke-4 di dunia pada tahun 2016. Dokumen ini juga menjelaskan faktor-faktor risiko terjadinya TBC seperti kondisi kesehatan yang lemah dan gizi buruk serta prevalensi TBC yang lebih tinggi
diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIVcendyandestria
油
Dokumen tersebut membahas tentang diagnosis dan penatalaksanaan bayi baru lahir dari ibu terinfeksi HIV, meliputi penjelasan mengenai penularan HIV dari ibu ke anak, diagnosis infeksi HIV pada anak, serta rekomendasi penggunaan antiviral profilaksis dan kotrimoksazol untuk mencegah penularan lebih lanjut."
Dokumen tersebut membahas tentang Flu Singapore yang sebenarnya adalah Hand-Foot-Mouth Disease (HFMD), penyakit menular yang umum terjadi pada anak-anak dan disebabkan oleh virus Picornaviridae."
Contoh Buku Skrap Tentang PENYAKIT BERJANGKIT010907
油
Dokumen tersebut membahas beberapa penyakit berjangkit seperti influenza A (H1N1), batuk kering (tuberkulosis), leptospirosis, cacar air, dan demam denggi. Ia menjelaskan gejala, cara penularan, pencegahan, dan rawatan untuk masing-masing penyakit. Dokumen ini bertujuan untuk meningkatkan kesedaran mengenai penyakit-penyakit berjangkit penting di Malaysia.
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia dan dapat menular ke janin selama kehamilan. Diagnosis TB pada ibu hamil sulit karena gejala mirip dengan gejala kehamilan. WHO merekomendasikan skrining gejala dan tes Xpert MTB/RIF untuk mendiagnosis TB selama kehamilan. Pengobatan TB pada ibu hamil sama dengan ibu tidak hamil asalkan memperhatikan efek obat terhadap janin.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologi kasus campak di Kota Cirebon tahun 2004-2011.
2. Hasil penelitian menunjukkan insiden campak tertinggi terjadi pada kelompok umur di bawah 5 tahun dan di dua kecamatan yaitu Kesambi dan Harjamukti.
3. Faktor yang mempengaruhi tingginya kasus campak adalah status imunisasi dan
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)NajMah Usman
油
Tiga kalimat ringkasan dokumen tentang campak:
Campak adalah penyakit menular yang disebabkan virus morbillivirus dan menular melalui udara, dengan masa inkubasi 10-18 hari dan gejala awal demam dan ruam. Vaksinasi campak telah menurunkan kematian global akibat penyakit ini meski masih menjadi penyebab kematian anak-anak.
Dokumen tersebut membahas tentang anamnesis dan tindakan yang dilakukan pada kasus dengan kecurigaan penyakit menular seperti tuberkulosis, HIV, dan hepatitis. Dokumen tersebut menjelaskan gejala klinis dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan selama anamnesis untuk mendiagnosa penyakit-penyakit tersebut."
Dokumen tersebut membahas surveilans malaria di Kota Palembang berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palembang pada tahun 2009, 2010, dan 2013. Ringkasannya adalah: Kasus malaria klinis dan vivax paling banyak pada tahun 2009, sedangkan pada tahun 2010 kasusnya berkurang menjadi malaria klinis dan falciparum. Pada tahun 2013 dilaporkan semua jenis malaria dengan pusat terbanyak di Puskesmas Sekip. Secara um
Buletin ini membahas tentang masih belum berakhirnya penyakit polio di kawasan Asia Tenggara meskipun sudah lebih dari satu dekade tidak ditemukan kasusnya. Indonesia masih memiliki risiko tinggi terhadap penularan polio karena cakupan imunisasi dan kinerja surveilans yang perlu ditingkatkan, terutama di beberapa provinsi tertentu. Kasus kembalinya virus polio juga ditemukan di Papua pada 2018 yang memerlukan upaya
Dokumen tersebut membahas tentang tuberkulosis (TBC) sebagai salah satu penyakit menular utama di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban TBC tinggi karena memiliki estimasi insidensi TBC tertinggi ke-4 di dunia pada tahun 2016. Dokumen ini juga menjelaskan faktor-faktor risiko terjadinya TBC seperti kondisi kesehatan yang lemah dan gizi buruk serta prevalensi TBC yang lebih tinggi
diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIVcendyandestria
油
Dokumen tersebut membahas tentang diagnosis dan penatalaksanaan bayi baru lahir dari ibu terinfeksi HIV, meliputi penjelasan mengenai penularan HIV dari ibu ke anak, diagnosis infeksi HIV pada anak, serta rekomendasi penggunaan antiviral profilaksis dan kotrimoksazol untuk mencegah penularan lebih lanjut."
Dokumen tersebut membahas tentang Flu Singapore yang sebenarnya adalah Hand-Foot-Mouth Disease (HFMD), penyakit menular yang umum terjadi pada anak-anak dan disebabkan oleh virus Picornaviridae."
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...Wahid Husein
油
Strategi penanggulangan rabies secara terintegrasi
Peraturan mengenai pengendalian rabies
Pengendalian rabies pada saat Pandemi COVID19
Kasus rabies pada hewan
Hasil vaksinasi rabies
Kendala yang dihadapi
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Wahid Husein
油
Situasi rabies di dunia
Situasi rabies di Indonesia
Program rabies di Indonesia
Apa yang dilakukan ECTAD Indonesia
Tantangan utama
Rekomendasi ke depan
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGITANGKI4D
油
Bagi kalian yang ingin mendapatkan kemenangan situs slot bonus kami merupakan saran terbaik buat kalian, hanya mengunakan modal rendah & penyedia bonus terbaik sepanjang masa
follow semua dan claim bonus dari kami #Tangki4dexclusive #tangki4dlink #tangki4dvip #bandarsbobet #idpro2025 #stargamingasia #situsjitu #jppragmaticplay #scatternagahitam
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGITANGKI4D
油
imunisasi campak 2018.pdf
1. ISSN 2442-7659
Situasi Campak dan Rubella di Indonesia
2018
Kementerian Kesehatan RI
Pusat Data dan Informasi
Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9
Jakarta Selatan
ISSN 2442-7659
2. di negara-negara berisiko tinggi telah divaksinasi melalui program imunisasi, sehingga pada
tahun 2012 kematian akibat Campak telah mengalami penurunan sebesar 78% secara global.
Indonesia merupakan salah satu dari negara-negara dengan kasus Campak terbanyak
di dunia.
Masa penularan penyakit Campak terjadi pada 4 hari sebelum rash sampai 4 hari setelah timbul
rash. Puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari pertama
sakit. Masa Inkubasi terjadi pada 7 18 hari. Gejala Campak ditandai dengan :
o
1. Demam dengan suhu badan biasanya > 38 C selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu
atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair.
2. Bercak kemerahan/rash yang dimulai dari belakang telinga.
3. Gejala pada tubuh berbentuk makulopapular selama 3 hari atau lebih yang pada kisaran
4-7 hari menjalar keseluruh tubuh.
4. Khas (Patognomonis) ditemukan Koplik's spot atau bercak putih keabuan dengan dasar
merah di pipi bagian dalam.
Penyebab Rubella adalah togavirus jenis rubivirus dan termasuk golongan virus RNA. Virus
dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah bening regional, dan viremia terjadi
pada 4 7 hari setelah virus masuk tubuh. Virus tersebut dapat melalui sawar plasenta
sehingga menginfeksi janin dan dapat mengakibatkan abortus atau Congenital Rubella
Syndrome/CRS. Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah
rash. Masa inkubasi Rubella berkisar antara 14 21 hari. Gejala Rubella ditandai dengan
demam (37,2属C) dan bercak merah/rash makulopapuler disertai pembesaran kelenjar limfe di
belakang telinga, leher belakang dan sub occipital.
Virus penyakit Campak dan Rubella penyebarannya sama melalui batuk dan bersin, serta
kontak langsung dengan penderita. Virus Campak dan Rubella cepat mati oleh sinar ultra
violet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Untuk memastikan diagnosis penyakit
Campak dan Rubella, diperlukan kon鍖rmasi laboratorium dengan melakukan pemeriksaan
serologis (pengambilan darah pasien/serum darah) atau virologis (pengambilan urin pasien).
Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala
sehingga sering tidak terlaporkan. Sedangkan Rubella pada wanita dewasa sering
menimbulkan arthritis atau arthralgia.
Rubella pada wanita hamil terutama pada kehamilan trimester 1 dapat mengakibatkan abortus
atau bayi lahir dengan CRS. Bentuk kelainan pada CRS :
1. Kelainan jantung : Patent ductus arteriosus, Defek septum atrial, Defek septum ventrikel,
Stenosis katup pulmonal ;
2. Kelainan pada mata : Katarak kongenital, Glaukoma kongenital, Pigmentary Retinopati ;
3. Kelainan pendengaran ;
4. Kelainan pada sistim saraf pusat : Retardasi mental, Mikrocephalia, Meningoensefalitis ;
5. Kelainan lain : Purpura, Splenomegali, Ikterik yang muncul dalam 24 jam setelah lahir,
Radioluscent bone.
1 2
II. Definisi Kasus Campak dan Rubella
Derajat kesehatan masyarakat sebuah negara ditentukan oleh beberapa indikator. Beberapa
indikator yang dianggap signi鍖kan dalam menggambarkan derajat tersebut antara lain,
kematian ibu, kematian bayi, dan status gizi. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) di Indonesia masih dianggap sensitif dalam mendeteksi ada atau tidaknya
perbaikan pada sektor pelayanan kesehatan. Angka Kematian Bayi menggambarkan
banyaknya kejadian kematian pada anak usia 0-11 bulan per 1.000 kelahiran hidup di populasi.
Indikator ini diperoleh berdasarkan hasil survey atau sensus yang dilakukan secara periodik
pada tahun tertentu. Hasil Survey Demogra鍖 dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik menujukkan peningkatan. Namun demikian
peningkatan tersebut masih dianggap on track, yang artinya AKB masih berpeluang dapat
diturunkan.
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa angka kematian neonatal, angka kematian bayi,
dan angka kematian balita menunjukkan kecenderungan penurunan dari tahun 1991 sampai
dengan tahun 2015. Kematian bayi dan balita dapat disebabkan oleh infeksi, as鍖ksia, dan PD3I.
I. Kematian Bayi dan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) di Indonesia
Sumber: SDKI tahun 1991-2017
1991 1995 1999 2003 2007 2012 2017
97
81
58
46 44 40
32
24
32
15
19
34
19
35
20
46
26
57
30
68
32
120
100
80
60
40
20
0
Angka Kematian Neonatal
Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Balita
GAMBAR 1. TREN ANGKA KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA
TAHUN 1991 2017 DI INDONESIA
Salah satu penyakit yang termasuk ke dalam golongan PD3I adalah Campak. Penyakit Campak
dikenal juga sebagai Morbili atau Measles, merupakan penyakit yang sangat menular
(infeksius) dari genus Morbillivirus dan termasuk golongan virus RNA. Manusia diperkirakan
satu-satunya reservoir, walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan dalam
penularan. Pada tahun 1980, sebelum imunisasi dilakukan secara luas, diperkirakan lebih
20 juta orang di dunia terkena Campak dengan 2,6 juta kematian setiap tahun yang sebagian
besar adalah anak-anak di bawah usia lima tahun. Sejak tahun 2000, lebih dari satu miliar anak
3. Gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat 18 provinsi (52,9%) yang mengalami
peningkatan kasus dalam tiga tahun terakhir, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Bengkulu, Kepulauan Riau, Jawa Timur, Banten, Banten, Bali, NTB, NTT, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku,
dan Papua Barat. Provinsi Banten dan Jawa Timur mengalami peningkatan yang signi鍖kan
di antara 18 provinsi tersebut.
Pada saat tertentu adanya peningkatan kasus di suatu wilayah menyebabkan penetapan status
Kejadian Luar Biasa (KLB) pada wilayah tersebut. KLB suspect Campak terjadi ketika ditemukan
5 atau lebih suspect Campak dalam waktu 4 minggu berturut-turut, terjadi mengelompok dan
memiliki hubungan epidemiologi. KLB Campak pasti terjadi ketika ada KLB suspect Campak
dengan hasil laboratorium > 2 IgM Campak. KLB Rubella pasti terjadi ketika terdapat KLB
suspect Campak dengan hasil laboratorium > IgM Rubella.
Kasus Campak pada pelaporan rutin dan kasus pada Kejadian Luar Biasa dilaporkan tiap bulan.
Kedua jenis kasus tersebut menunjukkan peningkatan pada bulan-bulan tertentu, namun pola
yang ditunjukkan tidak sama dalam tiga tahun terakhir (2015-2017).
3 4
III. Gambaran Kasus
Kegiatan surveilans yang dilakukan setiap tahun melaporkan lebih dari 11.000 kasus suspect
Campak. Hasil kon鍖rmasi laboratorium terhadap kasus tersebut, diketahui bahwa 12 39%
di antaranya adalah Campak pasti (con鍖rmed), dan sebanyak 1643% adalah Rubella pasti.
Dalam kurun waktu tahun 2010-2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus Campak dan 30.463
kasus Rubella. Jumlah kasus ini diperkirakan masih rendah dibanding angka sebenarnya
di lapangan, mengingat masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama dari
pelayanan swasta serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah.
Jumlah kasus Campak yang dilaporkan dapat dibandingkan antara satu wilayah dengan
wilayah lainnya dengan menggunakan Incidence Rate. Incidence Rate Campak diperoleh
dengan membagi jumlah kasus Campak dengan jumlah penduduk di wilayah tertentu lalu
dikalikan dengan konstanta 100.000. Incidence rate Campak menggambarkan rate penderita
Campak di tiap 100.000 penduduk.
Incidence Rate Campak per 100.000 penduduk di Indonesia pada tahun 2011-2017
menunjukkan kecenderungan penurunan, dari 9,2 menjadi 5,6 per 100.000 penduduk. Namun
demikian, Incidence rate cenderung naik dari tahun 2015 sampai dengan 2017, yaitu
dari 3,2 menjadi 5,6 per 100.000 penduduk.
Kasus Campak dalam tiga tahun terakhir juga menunjukkan peningkatan dibeberapa provinsi.
Namun ada juga beberapa provinsi yang mengalami penurunan.
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018
Frekuensi
KLB
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Aceh
Sumatera
Utara
Sumatera
Barat
Riau
Jambi
Sumatera
Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep.
Bangka
Belitung
Kepulauan
Riau
DKI
Jakarta
Jawa
Barat
Jawa
Tengah
DI
Yogyakarta
Jawa
Timur
Banten
Bali
NTB
NTT
Kalimantan
Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Timur
Kalimantan
Utara
Sulawesi
Utara
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Gorontalo
Sulawesi
Barat
Maluku
Maluku
Utara
Papua
Barat
Papua
2015 2016 2017
GAMBAR 3. DISTRIBUSI KASUS CAMPAK TAHUN 2015-2017
GAMBAR 2. INCIDENCE RATE CAMPAK PER 100.000 PEDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2011-2017
2011
9,2
2012
6,5
2013
4,6
2014
5,1
2015
3,2
2016
5,0
2017
5,6
4. 5 6
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa kasus Campak tidak tergantung musim. Pola yang
dapat diidenti鍖kasi adalah jika terjadi peningkatan kasus, maka akan diiringi dengan
peningkatan kasus pada KLB.
Pemerintah melaksanakan imunisasi Campak tambahan pada bulan Agustus 2016, dan
imunisasi Campak Rubella (MR) di provinsi di Pulau Jawa pada Bulan Agustus sampai dengan
September 2017. Kampanye imunisasi tersebut bertujuan untuk untuk memberikan kekebalan
tambahan terhadap Campak dan Rubella sehingga dapat mengurangi kasus dan kejadian KLB
Campak. Hal ini dibuktikan adanya penurunan kasus dan tidak adanya laporan KLB Campak
pada bulan Oktober 2017 sampai dengan Maret 2018 di wilayah pelaksanaan imunisasi.
KLB Campak dalam tiga tahun terakhir hampir di setiap provinsi dengan jumlah provinsi
melaporkan KLB meningkat dari 27 provinsi tahun 2015 menjadi 30 provinsi tahun 2017.
Peningkatan ini di antaranya disebabkan perbaikan kewaspadaan dini terhadap kasus Campak,
yaitu petugas lebih cepat menangkap adanya peningkatan kasus. Kecepatan dalam
mendeteksi kasus ditindaklanjuti dengan upaya penanggulangan, antara lain melalui
kampanye Campak Rubella (MR) pada bulan Agustus dan September tahun 2017 yang sangat
signi鍖kan mempengaruhi terjadinya penurunan KLB.
2.500
2.000
1.500
1.000
500
0
2015
2016
2017
2015 (KLB)
2016 (KLB)
2017 (KLB)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1.495
205
1.222
245
2.461
497
966
35
339
112
206
23
1.802
216
562
193
406
117
1.346
238
474
485
647
279
923
317
677
365
971
306
563
52
278
117
903
243
735
198
735
647
1.100
480
952
55
395
76
981
123
1.046
129
565
165
1.457
188
1.194
247
685
116
1.586
254
1.446
219
769
128
1.850
255
1.422
328
759
109
2.071
458
GAMBAR 4. JUMLAH KASUS CAMPAK MENURUT BULAN TAHUN 2015-2017
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018
GAMBAR 5. SEBARAN KASUS DAN FREKUENSI KLB CAMPAK TAHUN 2015-2017
2015
Frekuensi KLB
Kasus saat KLB
Jumlah Provinsi
: 282
: 2.246
: 27
Frekuensi KLB
Kasus saat KLB
Jumlah Provinsi
: 351
: 5.502
: 29
Frekuensi KLB
Kasus saat KLB
Jumlah Provinsi
: 349
: 3.143
: 30
2016
2017
2015
Frekuensi KLB
Kasus saat KLB
Jumlah Provinsi
: 84
: 688
: 16
Frekuensi KLB
Kasus saat KLB
Jumlah Provinsi
: 36
: 332
: 11
Frekuensi KLB
Kasus saat KLB
Jumlah Provinsi
: 79
: 753
: 19
2016
2017
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018
Dalam kurun waktu 2015-2017 juga terjadi KLB Rubella di beberapa provinsi di Indonesia. KLB
Rubella pada tahun 2017 dilaporkan di 19 provinsi dengan frekuensi sebanyak 79 kali.
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018
GAMBAR 6. SEBARAN KASUS DAN FREKUENSI KLB RUBELLA TAHUN 2015-2017
5. Pada gambar terlihat distribusi atau sebaran KLB Rubella dalam 3 tahun terakhir terlihat tahun
2017 merupakan sebaran KLB Rubella tertinggi dibandingkan tahun 2015 dan 2016.
Gambaran cakupan imunisasi di tiap provinsi dalam tiga tahun terakhir menunjukkan
beberapa provinsi yang mengalami peningkatan maupun penurunan.
Gambar di atas menunjukkan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan dan Jambi memiliki cakupan
imunisasi Campak tertinggi dibandingkan provinsi lainnya. Sebanyak 21 provinsi (61,8%)
mengalami penurunan cakupan dari tahun 2015 sampai 2017.
7 8
IV. Pengendalian Campak
Meskipun Campak sangat menular dan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini dapat
dicegah melalui program Imunisasi. Pengendalian Campak di Indonesia diawali pada tahun
1982. Program Imunisasi Nasional diperluas dan mulai menerapkan jadwal standar untuk
imunisasi rutin yang mencakup dosis vaksin Campak diberikan pada usia 9 bulan. Cakupan
imunisasi Campak semakin meningkat sehingga pada tahun 1990 dapat mencapai lebih dari
90%. Pada tahun 2000, dalam rangka mengatasi KLB dan memberikan kesempatan kedua bagi
anak yang belum diimunisasi atau pun yang belum terbentuk kekebalannya, maka ditetapkan
3 strategi pengendalian Campak:
揃 Crash program Campak untuk anak balita di daerah risiko tinggi
揃 Catch-up campaign Campak untuk anak sekolah
揃 Introduksi pemberian dosis kedua melalui kegiatan rutin BIAS untuk kelas satu SD pada
tahun berikutnya setelah catch-up campaign.
Reduksi Campak ditargetkan untuk mengurangi kematian akibat Campak hingga 90% pada
2010 berdasarkan perkiraan pada tahun 2000. Setelah tercapai reduksi Campak maka fase
selanjutnya adalah upaya untuk mencapai eliminasi yang telah disepakati akan dicapai pada
tahun 2020.
Pada tahun 2014 untuk lebih meningkatkan kekebalan pada anak-anak, maka dikeluarkan
kebijakan pemberian imunisasi Campak lanjutan pada anak usia 24 bulan dan sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 pemberian imunisasi Campak lanjutan
dosis ke-2 diberikan pada anak usia 18 bulan.
Selain pelaksanaan imunisasi, salah satu strategi untuk mencapai eliminasi dan pengendalian
Campak di Indonesia adalah pelaksanaan surveilans Campak Rubella berbasis individu yang
dikenal juga dengan CBMS (case based measles surveillance). Pelaksanaan surveilans ini jika
ditemukan setiap satu kasus dengan gejala demam, rash/bintik merah pada tubuh, disertai
salah satu gejala atau lebih batuk/pilek/mata merah, maka diambil spesimen darah/serum
diperiksa di laboratorium rujukan nasional yaitu Badan Litbangkes Kemenkes, Bio Farma,
BBLK Surabaya dan BLK Yogyakarta untuk memastikan diagnosis Campak atau Rubella.
Cakupan Imunisasi Rutin Campak
Cakupan Imunisasi Campak menunjukkan kecenderungan peningkatan pada tahun 2008
sampai dengan tahun 2012. Namun kecenderungan penurunan terjadi dari tahun 2012
sebesar 99,3% menjadi 89,8% pada tahun 2017.
GAMBAR 7. CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI INDONESIA TAHUN 2008-2017
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018
2011
96,6
2012
99,3
2013
95,8
2014
94,6
2015
92,3
2016
93,0
2017
89,8
2008
90,5
2009
92,09
2010
93,61
%
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018
Frekuensi
KLB
120
100
80
60
40
20
0
Aceh
Sumatera
Utara
Sumatera
Barat
Riau
Jambi
Sumatera
Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep.
Bangka
Belitung
Kepulauan
Riau
DKI
Jakarta
Jawa
Barat
Jawa
Tengah
DI
Yogyakarta
Jawa
Timur
Banten
Bali
NTB
NTT
Kalimantan
Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Timur
Kalimantan
Utara
Sulawesi
Utara
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Gorontalo
Sulawesi
Barat
Maluku
Maluku
Utara
Papua
Barat
Papua
2015 2016 2017
GAMBAR 8. CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI INDONESIA TAHUN 2015-2017
6. Kampanye Imunisasi Measles Rubella
Berdasarkan data surveilans dan cakupan imunisasi, maka imunisasi Campak rutin saja belum
cukup untuk mencapai target eliminasi Campak. Sedangkan untuk akselerasi pengendalian
Rubella/CRS maka perlu dilakukan kampanye imunisasi tambahan sebelum introduksi vaksin
MR ke dalam imunisasi rutin.
Oleh karena itu, diperlukan kampanye pemberian imunisasi MR pada anak usia 9 bulan sampai
dengan <15 tahun. Pemberian imunisasi MR pada usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun
dengan cakupan tinggi (minimal 95%) dan merata diharapkan akan membentuk imunitas
kelompok (herd immunity), sehingga dapat mengurangi transmisi virus ke usia yang lebih
dewasa dan melindungi kelompok tersebut ketika memasuki usia reproduksi.
Pelaksanaan kampanye vaksin MR pada anak usia 9 bulan hingga 15 tahun dilaksanakan secara
bertahap dalam 2 fase sebagai berikut :
1. Fase 1 bulan Agustus-September 2017 di seluruh Pulau Jawa
2. Fase 2 bulan Agustus-September 2018 di seluruh Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan,
Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua
Pencanangan Kampanye Imunisasi MR dilaksanakan dalam rangka menggerakkan masyarakat
agar dapat dicapai cakupan yang tinggi yang diselenggarakan pada tanggal 1 Agustus 2017
oleh Bapak Presiden RI di MTSN 1 Sleman, DI Yogyakarta.
Pelaksanaan Kampanye Imunisasi MR Fase I telah mencapai target cakupan yaitu > 95%.
Cakupan Kampanye Imunisasi MR Fase I yang sudah dicapai yaitu 100,9% atau sejumlah
35.307.148 anak telah diberikan imunisasi MR.
Kampanye Imunisasi Measles Rubella (MR) Fase II akan dilaksanakan pada bulan
Agustus September 2018 dengan jumlah sasaran anak usia 9 bulan sampai dengan < 15
tahun sebesar 31.963.154 di 28 provinsi di luar Pulau Jawa. Semua upaya yang dilakukan
tersebut ditujukan untuk memperoleh herd imunity (kekebalan kelompok) yang dapat
menangkal kasus infeksi Campak dan Rubella. Penurunan kasus Campak dan Rubella
diharapkan dapat berkontribusi terhadap penurunan angka kematian neonatal, bayi dan balita
di Indonesia. Anak anak yang sehat dan terbebas dari penyakit adalah asset bangsa dalam
menyongsong bonus demogra鍖 yang berpotensi untuk diperoleh Indonesia di masa depan.
9 10
GAMBAR 9. PELAKSANAAN IMUNISASI MEASLES DAN RUBELLA (MR)
FASE-1 TAHUN 2017
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018
GAMBAR 10. PELAKSANAAN IMUNISASI MEASLES DAN RUBELLA (MR)
FASE-II TAHUN 2018
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018