1. Insektisida Hayati
Posted on 10 July 2006 by Destario Metusala
Gambar diambil dari http://whatcom.wsu.edu/
Budidaya anggrek tentunya akan mengalami interaksi baik dari lingkungan abiotik (tak hidup) dan lingkungan biotik
(hidup). Salah satu bentukinteraksi biotic yaitu parasitisme, dimana anggrek berada sebagaiorganisme yang
dirugikan, sedangkan hama sebagaiorganisme yang diuntungkan. Oleh karena itu, untuk melindungi tanaman anggrek
dari gangguan hama, kita dapat menggunakan berbagai cara seperti pengandalian mekanis (efektif apabila hama
sedikit dan ukurannya besar) atau kimiawi (pestisida). Meskipun anggrek bukan merupakan tanaman pangan,namun
untuk mengurangi pemaparan residu kimia sintetik pada lingkungan, kita dapat menggunakan beberapa jenis pestisida
hayati berikut.
1. Bawang putih (Alium sativum)
100 g bawang putih, 0,5 l air, 10 g sabun,dua sendokteh minyak mineral (minyak bayi). Bawang putih diparut/digerus
dan dicampur minyak mineral, biarkan selama 24 jam. Sabun dilarutkan dicampur bawang putih dalam minyak
mineral secara merata kemudian disaring dengan kain halus. Penggunaannya untuksetiap satu bagian campuran
dilarutkan kedalam 20 bagian air. Bahan ini efektif untuk beberapa jenis serangga pengganggu.Meskipun demikian
perlu juga diuji coba dengan tingkat konsentrasiyang berbeda untukmengetahui konsentrasi yang paling efektif.
2. Kecubung (Datura stramonium)
1 kg daun pucuk kecubung segar, bunga dan biji dihancurkan, kemudian direndam dalam 10 l air, dan cairan sabun.
Rendaman ini dibiarkan paling tidak selama 3-5 jam. Kemudian disaring dengan kain lalu disemprotkan. Disarankan
untuk ditambah sabun cuci cair sebagaizat pembasah (surfactant).
3. Mindi (Melia azedarach)
150 g daun mindi segar diblender dalam 200 ml air, kemudian dicampur kedalam 800 ml air biasa dan dibiarkan
semalam. Larutan di saring dengan kain kemudian dapat langsung disemprotkan. Dapat juga menggunakan biji mindi
segar. 0,25 kg biji mindi ditumbuk halus kemudian dicampur dengan 1 liter air, selanjutnya disaring dan dijadikan
larutan sebanyak5-7 liter. Dalam larutan ditambahkan pula 2 sendok teh sabun cuci cair. Ekstrak ini dapat mengusir
belalang.
4. Nimba (Azedarachta indica)
Minyak biji nimba memiliki kemampuan yang sangat baik dalam hal membunuh, mengusir, dan meracuni serangga
ataupun organisme pengganggu lainnya sepertinematode dan cendawan. Minyak biji nimba dapat diperoleh dengan
mengekstrak biji menggunakan air. Biji yang sudah dikumpulkan, dibersihkan dari daging buahnya,kemudian
2. dikeringkan agar tidak berjamur saat penyimpanan. Pada saat akan digunakan, biji dikupas dari kulitnya, 25-50 g biji
ditumbuk halus dan direndam dalam 1 l air, ditambahkan pula dengan 2 sendok teh sabun.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 500 g biji kering yang direndam dalam 400 l air dapat digunakan untuk lahan seluas 4000 m?€?
dan mampu bertahan selama 2 minggu apabila tidak terkena hujan lebat.
4. Pepaya (Carica papaya)
1 kg daun papaya segar dirajang halus dan direndam kedalam 10 liter air kemudian ditambah 2 sendokmakan minyak
dan sabun cair. Dibiarkan selama semalam, disaring dengan kain halus kemudian disemprotkan.
5. Tembakau (Nicotiana tabacum)
1 kg daun tembakau (daun sisa-sisa)dirajang halus dan direndam dalam 15 liter air, ditambah 2 sendokteh sabun cair
kemudian dibiarkan semalam. Setelah disaring dapat digunakan untukdisemprotkan. Atau dapat pula setiap 200 g
daun tembakau diblender dan dilarutkan ke dalam 3 l air.
3. Salah Penyiraman Bisa Berakibat Busuk Tunas Anakan
Posted on 4 September 2006 by Destario Metusala
Tak ada salahnya berhati-hati saat anda melakukan penyiraman di rumpun anggrek anda.
Penyiraman yang kurang hati-hati dapat menyebabkan pembusukan pada tunas anakan. Tunas
anakan anggrek, khususnya pada golongan dendrobium saat tumbuh akan membentuk kuncup
daun yang menyerupai mahkota pada bagian atasnya. Kuncup yang menyerupai mahkota ini tak
lain adalah ujung-ujung daun muda yang belum membuka sempurna dan posisi ujung daun tegak
keatas dengan membentuk suatu cekungan/rongga sempit di bagian tengahnya, persis menyerupai
mahkota.
Tunas anakan yang membentuk kuncup mahkota ini sangat perlu diperhatikan secara ekstra saat
penyiraman. Air siraman dapat jatuh di tengah kuncup mahkota dan tertampung sehingga
membentuk genangan di ujung tunas. Apabila didalam genangan ini terdapat spora jamur, maka
sel-sel ujung tunas dan pangkal kuncup daun akan sangat mudah terinfeksi. Adanya
air/kelembaban tinggi akan membantu berkecambahnya spora jamur. Tak lama kemudian spora
jamur akan melakukan penetrasi dengan menembus dinding sel jaringan meristem dari ujung
tunas. Ujung tunas dan kuncup daun merupakan jaringan meristem yang masih muda dan aktif
membelah. Ciri dari sel meristem adalah dinding selnya yang belum mengalami penebalan
sempurna. Keadaan ini menjadi sangat rentan apabila terinfeksi oleh benih jamur atau bakteri.
Didalam sel tanaman, sel jamur atau bakteri akan merombak materi sel dan dinding sel menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana untuk memperoleh energi sekaligus sebagai materi
perkembangbiakan.
Saat ujung tunas mengalami pembusukan, maka daerah infeksi menjalar menuju ke pangkal
kuncup daun yang berhubungan langsung dengan ujung tunas. Pada tahap ini akan tampak, ujung
daun muda menjadi kekuningan pucat, dan saat ditarik perlahan akan dengan mudah terlepas. Pada
bagian pangkal tampak coklat lunak dan sedikit berlendir. Untuk mencegah penyebaran penyakit
ke bagian tanaman yang lain, umumnya tanaman memiliki mekanisme tersendiri untuk
menghambat jaringan pengangkut dengan semacam metabolit sekunder. Hal ini supaya saluran
dari tunas anakan menuju bulb dewasa terhenti. Setelah pembuluh tersumbat oleh metabolit
sekunder, maka aliran makanan untuk tunas anakan yang sekaratpun terhambat, sehingga dengan
segera akan mati dan mengering. Saat tunas anakan mengering, diharapkan sumber infeksi turut
terisolasi pada jaringan mati tersebut. Ujung tunas yang telah rusak tidak dapat tumbuh lagi,
sehingga tanaman dewasa akan menumbuhkan tunas anakan dari mata tunas lainnya. Akan tetapi
untuk lebih amannya, segeralah potong tunas anakan yang terinfeksi pada pangkal bulb yang
bersambungan langsung dengan bulb dewasa dengan alat potong yang sudah diolesi spritus/alcohol
70-90%/fungisida/dibakar pada bagian tajamnya. Setelah dipotong, bagian potongan diolesi
dengan spritus/alcohol/fungisida kemudian dibiarkan di tempat yang kering berangin.