ݺߣ

ݺߣShare a Scribd company logo
ISYTIRAK AL-LAFZI WA AL-
MA’NAWI DAN
ASHALAT AL-WUJUD WA
I’TIBARIYAT AL-MAHIYYAH
Oleh: Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
ISYTIRAK AL-LAFZI WA AL-MA’NAWI DAN ASHALAT AL-WUJUD WA I’TIBARIYAT AL-MAHIYYAH
Dalil Musytarak Maknawi:
Dalil 1:kita dapat melakukan pembagian pada
wujud. Pembagian wujud itu menunjukkan
bahwa makna wujud harus sama.
Dalil 2: kita bisa yakin akan keberadaan
sesuatu, tapi meragukan jenis keberadaannya.
Dalil 3: Untuk menemukan termasuk jenis kata
manakah wujud itu, apakah wujud itu univokal
atau equivokal, hal itu dapat dilakukan dengan
memahami konsep lawannya.
Dalil Musytarak Lafzi:
Dalil 1: Jika kita meyakini bahwa konsep
wujud itu univokal, bukankah sama artinya
menyamakan setiap wujud.
Dalil 2: Wujud itu musytarok lafdzi karena kita
menyaksikan perbedaan pada realitas
eksternal. Kita menyaksikan bahwa pada
realitas eksternal memberikan efek yang
beragam sesuai dengan realitas wujudnya.
KESIMPULAN
Pembahasan univokal dan equivokal adalah
pembahasan yang berkenaan dengan konsep wujud,
bukan realitas eksternal wujud. Oleh karena itu,
konsep wujud adalah univokal.
Jadi, pada pernyataan ‘ada sesuatu’ itu
menggunakan ada sebagai musytarok maknawi
secara konsep, dan di situ, ada dipredikatkan pada
realitas ekternal dengan makna yang sama; sesuatu
(spidol, kertas, meja, apapun itu).
Pembahasan Wujud pada Realitas Eksternal---
“Asholatul Wujud wa I’tibariyatul Mahiyyah”
• Asholah adalah sebagai lawan dari i’tibari. Asholah
adalah suatu hal yang mendasar(fundamental) atau
yang menjadi dasar bagi realitas eksternal.
Sedangkan i’tibari hanyalah abstraksi alam mental
kita, ia tidak hakiki atau tidak menjadi dasar pada
realitas eksternal.
• Pembahasan awal tentang isholatul wujud ini
berangkat dari abstraksi yang kita tangkap dari
realitas eksternal.
• Apapun yang kita persepsi melalui benak atau mental
akan terpilah menjadi dua konsep, yaitu konsep
eksistensinya dan essensinya (ke-apa-annya).
Contoh:
Ketika saya mempersepsi spidol, muncul dalam
benak saya ada dua konsep, yakni adanya
(wujud) dan spidolnya (mahiyah), sehingga
dalam proposisi saya bisa mengatakan ‘ada
spidol’. Sekarang saya punya dua konsep dalam
benak saya. Namun ketika saya kembalikan ke
realitas eksternal, hanya satu. Karena itu saya
bertanya yang mana yang fundamental dari
keduanya, apakah ‘adanya’ (wujudnya) atau
‘spidolnya’(mahiyahnya)?
• Wujud dan Mahiyyah, menyatu secara
misdaq pada realitas eksternal.
Perbedaanya hanya dalam menentukan
mana yang fundamental.
• Kelompok yang mengatakan dan
meyakini bahwa eksistensi yang menjadi
dasar pada realitas eksternal disebut
dengan eksistensialisme (Asholat al-
Wujud), sedangkan yang mengatakan
dan meyakini 'esensi' disebut
esensialisme (Asholat al-Mahiyyah).
DAFTAR PUSTAKA
Gharawiyan, Mohsen, Pengantar Memahami Buku Daras Filsafat
Islam, Jakarta: Sadra Press, 2012.
Tabataba’i, Muhammad Husayn, Translated by Sayyid ‘Ali Quli
Qara’I, The Elements of Islamic Metaphysics (Bidayat al-Hikmah),
London: ICAS Press, 2003.
Yazdi, M.T. Mishbah, Buku daras Filsafat Islam: Orientasi ke Filsafat
Islam Kontemporer, Jakarta: Sadra Press, 2010.

More Related Content

ISYTIRAK AL-LAFZI WA AL-MA’NAWI DAN ASHALAT AL-WUJUD WA I’TIBARIYAT AL-MAHIYYAH

  • 1. ISYTIRAK AL-LAFZI WA AL- MA’NAWI DAN ASHALAT AL-WUJUD WA I’TIBARIYAT AL-MAHIYYAH Oleh: Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
  • 3. Dalil Musytarak Maknawi: Dalil 1:kita dapat melakukan pembagian pada wujud. Pembagian wujud itu menunjukkan bahwa makna wujud harus sama. Dalil 2: kita bisa yakin akan keberadaan sesuatu, tapi meragukan jenis keberadaannya. Dalil 3: Untuk menemukan termasuk jenis kata manakah wujud itu, apakah wujud itu univokal atau equivokal, hal itu dapat dilakukan dengan memahami konsep lawannya.
  • 4. Dalil Musytarak Lafzi: Dalil 1: Jika kita meyakini bahwa konsep wujud itu univokal, bukankah sama artinya menyamakan setiap wujud. Dalil 2: Wujud itu musytarok lafdzi karena kita menyaksikan perbedaan pada realitas eksternal. Kita menyaksikan bahwa pada realitas eksternal memberikan efek yang beragam sesuai dengan realitas wujudnya.
  • 5. KESIMPULAN Pembahasan univokal dan equivokal adalah pembahasan yang berkenaan dengan konsep wujud, bukan realitas eksternal wujud. Oleh karena itu, konsep wujud adalah univokal. Jadi, pada pernyataan ‘ada sesuatu’ itu menggunakan ada sebagai musytarok maknawi secara konsep, dan di situ, ada dipredikatkan pada realitas ekternal dengan makna yang sama; sesuatu (spidol, kertas, meja, apapun itu).
  • 6. Pembahasan Wujud pada Realitas Eksternal--- “Asholatul Wujud wa I’tibariyatul Mahiyyah” • Asholah adalah sebagai lawan dari i’tibari. Asholah adalah suatu hal yang mendasar(fundamental) atau yang menjadi dasar bagi realitas eksternal. Sedangkan i’tibari hanyalah abstraksi alam mental kita, ia tidak hakiki atau tidak menjadi dasar pada realitas eksternal. • Pembahasan awal tentang isholatul wujud ini berangkat dari abstraksi yang kita tangkap dari realitas eksternal. • Apapun yang kita persepsi melalui benak atau mental akan terpilah menjadi dua konsep, yaitu konsep eksistensinya dan essensinya (ke-apa-annya).
  • 7. Contoh: Ketika saya mempersepsi spidol, muncul dalam benak saya ada dua konsep, yakni adanya (wujud) dan spidolnya (mahiyah), sehingga dalam proposisi saya bisa mengatakan ‘ada spidol’. Sekarang saya punya dua konsep dalam benak saya. Namun ketika saya kembalikan ke realitas eksternal, hanya satu. Karena itu saya bertanya yang mana yang fundamental dari keduanya, apakah ‘adanya’ (wujudnya) atau ‘spidolnya’(mahiyahnya)?
  • 8. • Wujud dan Mahiyyah, menyatu secara misdaq pada realitas eksternal. Perbedaanya hanya dalam menentukan mana yang fundamental. • Kelompok yang mengatakan dan meyakini bahwa eksistensi yang menjadi dasar pada realitas eksternal disebut dengan eksistensialisme (Asholat al- Wujud), sedangkan yang mengatakan dan meyakini 'esensi' disebut esensialisme (Asholat al-Mahiyyah).
  • 9. DAFTAR PUSTAKA Gharawiyan, Mohsen, Pengantar Memahami Buku Daras Filsafat Islam, Jakarta: Sadra Press, 2012. Tabataba’i, Muhammad Husayn, Translated by Sayyid ‘Ali Quli Qara’I, The Elements of Islamic Metaphysics (Bidayat al-Hikmah), London: ICAS Press, 2003. Yazdi, M.T. Mishbah, Buku daras Filsafat Islam: Orientasi ke Filsafat Islam Kontemporer, Jakarta: Sadra Press, 2010.