ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN 2339-028X
I-65
ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN
PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA
Indah Pratiwi*
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A Yani Tromol Pos I Pabelan, Surakarta.
*
Email: Indah.Pratiwi@ums.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengevaluasi lingkungan kerja fisik dan
gangguan kesehatan yang dirasakan pekerja pembuat gerabah di Kasongan Bantul –
Jogjakarta. Lingkungan kerja fisik apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
potensi bahaya fisik, meliputi: kebisingan (noise), radiasi, pencahayaan, getaran, tekanan
panas. Pembuatan gerabah dilakukan didalam maupun di luar ruangan, melalui 5tahapan
aktivitas, yaitu: proses penggilingan, proses pembentukan, proses pembakaran, proses
pengecatan, dan proses pengepakan.
Pada penelitian ini, metode yang dilakukan adalah menyebarkan kuisioner lingkungan kerja
fisik dan gangguan kesehatan pekerja kepada 170 responden pada ke-5 aktivitas diatas. Pada
lingkungan kerja fisik terdapat sepuluh item pertanyaan berkaitan yang dirasakan pekerja
secara langsung dan sembilan item pertanyaan untuk gangguan kesehatan. Hasil pengolahan
data yang diperoleh adalah : 52,35% menyatakan kondisi tempat kerja (didalam/diluar
ruangan) terlalu berdebu, 47,65% responden menyatakan terlalu panas, sedangkan hanya
5,29% responden menyatakan kondisi terlalu dingin. Pada gangguan kesehatan yang
dirasakan pekerja, adalah 57,65% responden menyatakan sering mengalami rasa lelah yang
lebih cepat dan mulut terasa kering (dehidrasi) dan 44,71% responden menyatakan sering
menyatakan pegal di daerah mata sedangkan hanya 20,59% responden menyatakan
mengalami dada sesak atau sakit (chest tightness/pain).
Kata kunci: lingkungan kerja, gangguan kesehatan, industri gerabah
1. PENDAHULUAN
Penyerapan tenaga kerja, peran UMKM di Indonesia pada tahun 2011 tercatat sebesar
101.722.458 orang atau 97,24 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, meningkat
2,33 persen atau 2.320.683 orang dari tahun 2010. Untuk sektor ekonomi tahun 2011 penyerapan
tenaga kerja terbesar adalah sektor Industri Pengolahan pada usaha kecil yaitu sebanyak
1.163.195 orang atau 29,65 persen, sedangkan pada usaha menengah sebanyak 1.231.298 orang
atau 43,28 persen (Kementrian Koperasi & UMKM, 2012).
Industri gerabah, yang sering disebut dengan tembikar atau keramik, merupakan salah
satu jenis usaha yang menjadi komoditi unggulan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menggunakan teknologi yang sederhana dan dikerjakan dengan tangan, kemudian
dikeringkan, dibakar dengan tungku tradisional ternyata mampu mendatangkan keuntungan
yang besar. Bagi Daerah Istimewa Yogyakarta, keberadaan industri gerabah di Kasongan telah
menjadikan salah satu ciri khas wilayah ini yang dikenal tidak saja karena mutu yang tinggi, desain
yang variatif dan kualitas yang bagus, tetapi juga dari nilai ekspornya yang tinggi. Jumlah UMKM
industri pengolahan pembuatan gerabah di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya di sentra
Kasongan berjumlah 582 unit dari 1.410 unit jumlah UMKM dengan total penyerapan tenaga kerja
sekitar 2.500 orang. Proses pembuatan gerabah mengalami 5 tahapan, yaitu : (1) proses
pencampuran yaitu penggilingan bahan baku, (2) proses pembentukan menggunakan 3 cara, yaitu
teknik putar, teknik cetak, teknik pin spilin, (3) proses pembakaran, (4) proses finishing melalui
pewarnaan/pengecatan, (5) proses pengepakan.
Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap (homoeotermis) oleh suatu sistem
pengatur tubuh (thermoregulatory system). Udara adalah penghantar panas yang kurang begitu
baik, tetapi melalui kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan tubuh.
Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mengidentifikasi, menilai dan mengevaluasi lingkungan kerja fisik
Template Format Penulisan Paper SNTT ke-1 (Gunawan dkk.)
I-66
2) Mengetahui gangguan kesehatan yang dirasakan pekerja
2. TEORI
Menurut Pulat, 1992 dalam Tarwaka, dkk (2004:35), bahwa reaksi fisiologis tubuh (heat
strain) karena peningkatan temperature udara diluar comfort zone sebagai berikut:
a. Gangguan perilaku dan performansi kerja, ditandai dengan terjadinya kelelahan, sering
melakukan istirahat curian, kurang produktif.
b. Dehidrasi, kondisi akibat tubuh kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan
pergantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan.
c. Heat Ras, keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat yang berlebihan akibat kondisi
kulit yang terus basah.
d. Heat Cramp, merupakan kondisi kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat
keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang disebabkan
karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium.
e. Heat Syncope atau Faintin, keadaan yang disebabkan karena aliran darah keotak tidak cukup
karena sebagian besar aliran darah di bawa kepermukaan kulit atau perifer yang disebabkan
karena pemaparan suhu tinggi.
f. Heat Exhaustion, keadaan yang terjadi akibat tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan
kehilangan garam.
Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu
dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang
dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat faktor-faktor tekanan panas
dan mengukur ISBB pada masing-masing pekerjaan dan membandingkan dengan standar yang
diperbolehkan sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian secara benar (Tarwaka, dkk,
2004:37).
Secara ringkas teknik pengendalian terhadap pemaparan tekanan panas di tempat kerja dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi
2) Mengurangi beban panas radian dengan cara:
a) Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan panas.
b) Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas
c) Penggunaan tameng panas dan alat pelindung yang dapat memantulkan panas.
3) Mengurangi temperatur dan kelembaban melalui ventilasi pengeceran (dilution ventilation)
atau pendinginan secara mekanis (mechanical cooling)
4) Meningkatkan pergerakan udara
5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan dengan cara:
a) Melakukan pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan sore hari
b) Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk pemulihan
c) Mengatur waktu kerja-istirahat secara tepat berdasarkan beban kerja dan nilai ISBB
2.1 PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA PANAS
Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu
dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang
dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat faktor-faktor tekanan panas
dan mengukur ISBB pada masing-masing pekerjaan dan membandingkan dengan standar yang
diperbolehkan sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian secara benar (Tarwaka, dkk.,
2004:37).
3. HASIL PENELITIAN
Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan riil tempat kerja dan membandingkan
dengan standar dan mengetahui respon pekerja terhadap paparan kondisi lingkungan kerja tersebut.
Penilaian iklim kerja dilakukan dengan melakukan pengukuran pada tempat kerja dengan
menggunakan Quesstemp baik didalam ruangan maupun diluar ruangan mencakup beberapa titik
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN 2339-028X
I-67
pengukuran Penilaian iklim kerja ini meliputi ISBB (Indek Suhu Basah dan Bola), Suhu Bola, Suhu
Basah dan Suhu Kering, seperti terlihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 : Hasil Pengukuran Iklim kerja
No Area
WBGTB
G
T
Globe Temp Dry Bulb Wet Bulb
Standar
WBGT Waktu Kerja
(jam/hari)
1 R. Produksi 1 28.2 31.57 30.15 27.04 Sedang 7
2 R. Produksi 2 28.43 30.99 30.04 26.54 Sedang 7
3 R. Produksi 3 28 30.92 30.53 26.68 Sedang 7
4 R. Prod. Luar 28.26 31.79 31.32 26.66 Sedang 7
5 Pembakaran 25.47 29.37 29.23 24.33 Berat 7
Keterangan: R1 : Ruang Produksi 1
R2 : Ruang Produksi 2
R3 : Ruang Produksi 3
WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) adalah tingkat ISBB
Globe Temperature adalah tingkat panas radiasi
Dry Bulb adalah tingkat suhu kering alami
Wet Bulb adalah tingkat suhu basah alami
Dari Tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa ISBB (Indek Suhu Basah dan Bola) pada ruang
produksi 1, 2, 3 dan ruang produksi luar tergolong dalam kategori beban kerja yang sedang dengan
75 % kerja dan 25 % istirahat (7 jam/hari dengan istirahat 1 jam). Sedangkan pada pekerja bagian
pembakaran termasuk dalam kategori beban kerja yang berat karena tidak sesuai dengan waktu
kerja dan waktu istirajat dengan tingkat ISBB tersebut, dengan demikian perlu dilakukan
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang tepat menginggat beban pekerjaan yang tinggi
(berat).
Tabel 2 : Lingkungan Kerja Fisik
No Kondisi Lingkungan Kerja Ya (%) Tidak(%)
1 Terlalu Kering 34,71 65,29
2 Terlalu Lembab 11,18 88,82
3 Terlalu Panas 47,65 52,35
4 Terlalu Dingin 5,29 94,71
5 Terlalu Berasap 37,06 62,94
6 Terlalu Berdebu 52,35 47,65
7 Sirkulasi Udara Tidak Bagus 25,29 74,71
8 Terdapat Bau Tidak Sedap 27,65 72,35
9 Terlalu Sempit 31,18 68,82
10 Penerangan Kurang Jelas 10,59 89,41
Pada lingkungan kerja fisik terdapat sepuluh item pertanyaan berkaitan yang dirasakan
pekerja secara langsung lihat tabel 2. Hasil pengolahan data yang diperoleh adalah : 52,35%
menyatakan kondisi tempat kerja (didalam/diluar ruangan) terlalu berdebu dikarenakan mereka
Template Format Penulisan Paper SNTT ke-1 (Gunawan dkk.)
I-68
bekerja menggunakan tanah liat dan sistem ventilasi tidak ada, 47,65% responden menyatakan
terlalu panas karena sistem penghawaan di dalam ruangan tidak ergonomis. Sedangkan hanya
5,29% responden menyatakan kondisi terlalu dingin. Untuk pie diagram pada gambar 1.
Gambar 1: Lingkungan Kerja Fisik
Pada gangguan kesehatan terdapat sembilan item pertanyaan untuk gangguan kesehatan pada
tabel 3, yang dirasakan pekerja, adalah 57,65% responden menyatakan sering mengalami rasa lelah
yang lebih cepat dan mulut terasa kering (dehidrasi) dikarenakan ruangan produksi yang terlalu
berdebu dan panas dan 44,71% responden menyatakan sering menyatakan pegal di daerah mata
karena kondisi yang berdebu sedangkan hanya 20,59% responden menyatakan mengalami dada
sesak atau sakit (chest tightness/pain).
Tabel 3 : Gangguan Kesehatan
No Gangguan Kesehatan Ya (%) Tidak (%)
1 Sulit bernafas/gangguan pernafasan (Breathing Difficulties) 28,24 71,76
2 Tenggorokan sakit dan kering (Dry/sore throat) 28,24 71,76
3 Dada sesak/sakit (Chest tighteness/pain) 20,59 79,41
4 Iritasi mata/mata merah dan pedih (Eye irritation) 31,76 68,24
5 Pusing disekitar daerah mata (Headache) 28,24 71,76
6 Pegal daerah mata 44,71 55,29
7 Kulit terasa kering (Dry Skin) 40 60,00
8 Biang keringat/gatal pada kulit (Heat Rash) 36,47 63,53
9 Cepat lelah dan mulut terasa kering (Dehidrasi) 57,65 42,35
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN 2339-028X
I-69
Gambar 2 : Gangguan Kesehatan
Kondisi lingkungan tempat kerja sangat berpengaruh terhadap suasana kerja, kesehatan serta
keselamatan bagi pekerja. Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk
dapat bekerja secara optimal dan produktif. Evaluasi lingkungan kerja dapat dilakukan dengan cara
pengukuran kondisi tempat kerja dan mengetahui respon pekerja terhadap paparan lingkungan
kerja. Berikut hasil pengkuran kondisi lingkungan kerja di UMKM Gerabah Jogjakarta.
Pengaruh pemamparan iklim kerja yang melebihi batas standar akan menyebabkan ketidak
nyamanan pekerja dan gangguan kesehatan yang meliputi:
a. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti kelelahan, sering melakukan istirahat
curian dan lain-lain.
b. Dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan pergantian cairan
tubuh yang tidak cukup.
c. Meningkatnya denyut jantung, temperatur kulit dan suhu inti tubuh serta gejala vasodilatasi
(pengembangan pembuluh darah).
4. KESIMPULAN
Lingkungan kerja fisik terdapat sepuluh item pertanyaan berkaitan yang dirasakan pekerja
secara langsung, hasil pengolahan data yang diperoleh adalah : 52,35% menyatakan kondisi tempat
kerja (didalam/diluar ruangan) terlalu berdebu, 47,65% responden menyatakan terlalu panas,
sedangkan hanya 5,29% responden menyatakan kondisi terlalu dingin.
Gangguan kesehatan terdapat sembilan item pertanyaan yang dirasakan pekerja, adalah
57,65% responden menyatakan sering mengalami rasa lelah yang lebih cepat dan mulut terasa
kering (dehidrasi) dan 44,71% responden menyatakan sering menyatakan pegal di daerah mata
sedangkan hanya 20,59% responden menyatakan mengalami dada sesak atau sakit (chest
tightness/pain).
Template Format Penulisan Paper SNTT ke-1 (Gunawan dkk.)
I-70
REFERENSI
Kementrian Koperasi & UMKM, 2012, Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, menengah
(UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011-2012
Pratiwi, 2009, Pengembangan Metode dan Peralatan Kerja Industri Mebel Kayu Mangga dengan
Pendekatan Ergonomi pada Pengrajin Mebel di Gatak Sukoharjo, Seminar Nasional Teknik Industri
Universitas Hasanudin,
Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas

More Related Content

Jurnal lingkungan kerja dan gangguan kesehatan

  • 1. Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN 2339-028X I-65 ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA Indah Pratiwi* Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Tromol Pos I Pabelan, Surakarta. * Email: Indah.Pratiwi@ums.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengevaluasi lingkungan kerja fisik dan gangguan kesehatan yang dirasakan pekerja pembuat gerabah di Kasongan Bantul – Jogjakarta. Lingkungan kerja fisik apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan potensi bahaya fisik, meliputi: kebisingan (noise), radiasi, pencahayaan, getaran, tekanan panas. Pembuatan gerabah dilakukan didalam maupun di luar ruangan, melalui 5tahapan aktivitas, yaitu: proses penggilingan, proses pembentukan, proses pembakaran, proses pengecatan, dan proses pengepakan. Pada penelitian ini, metode yang dilakukan adalah menyebarkan kuisioner lingkungan kerja fisik dan gangguan kesehatan pekerja kepada 170 responden pada ke-5 aktivitas diatas. Pada lingkungan kerja fisik terdapat sepuluh item pertanyaan berkaitan yang dirasakan pekerja secara langsung dan sembilan item pertanyaan untuk gangguan kesehatan. Hasil pengolahan data yang diperoleh adalah : 52,35% menyatakan kondisi tempat kerja (didalam/diluar ruangan) terlalu berdebu, 47,65% responden menyatakan terlalu panas, sedangkan hanya 5,29% responden menyatakan kondisi terlalu dingin. Pada gangguan kesehatan yang dirasakan pekerja, adalah 57,65% responden menyatakan sering mengalami rasa lelah yang lebih cepat dan mulut terasa kering (dehidrasi) dan 44,71% responden menyatakan sering menyatakan pegal di daerah mata sedangkan hanya 20,59% responden menyatakan mengalami dada sesak atau sakit (chest tightness/pain). Kata kunci: lingkungan kerja, gangguan kesehatan, industri gerabah 1. PENDAHULUAN Penyerapan tenaga kerja, peran UMKM di Indonesia pada tahun 2011 tercatat sebesar 101.722.458 orang atau 97,24 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, meningkat 2,33 persen atau 2.320.683 orang dari tahun 2010. Untuk sektor ekonomi tahun 2011 penyerapan tenaga kerja terbesar adalah sektor Industri Pengolahan pada usaha kecil yaitu sebanyak 1.163.195 orang atau 29,65 persen, sedangkan pada usaha menengah sebanyak 1.231.298 orang atau 43,28 persen (Kementrian Koperasi & UMKM, 2012). Industri gerabah, yang sering disebut dengan tembikar atau keramik, merupakan salah satu jenis usaha yang menjadi komoditi unggulan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Menggunakan teknologi yang sederhana dan dikerjakan dengan tangan, kemudian dikeringkan, dibakar dengan tungku tradisional ternyata mampu mendatangkan keuntungan yang besar. Bagi Daerah Istimewa Yogyakarta, keberadaan industri gerabah di Kasongan telah menjadikan salah satu ciri khas wilayah ini yang dikenal tidak saja karena mutu yang tinggi, desain yang variatif dan kualitas yang bagus, tetapi juga dari nilai ekspornya yang tinggi. Jumlah UMKM industri pengolahan pembuatan gerabah di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya di sentra Kasongan berjumlah 582 unit dari 1.410 unit jumlah UMKM dengan total penyerapan tenaga kerja sekitar 2.500 orang. Proses pembuatan gerabah mengalami 5 tahapan, yaitu : (1) proses pencampuran yaitu penggilingan bahan baku, (2) proses pembentukan menggunakan 3 cara, yaitu teknik putar, teknik cetak, teknik pin spilin, (3) proses pembakaran, (4) proses finishing melalui pewarnaan/pengecatan, (5) proses pengepakan. Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap (homoeotermis) oleh suatu sistem pengatur tubuh (thermoregulatory system). Udara adalah penghantar panas yang kurang begitu baik, tetapi melalui kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan tubuh. Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi, menilai dan mengevaluasi lingkungan kerja fisik
  • 2. Template Format Penulisan Paper SNTT ke-1 (Gunawan dkk.) I-66 2) Mengetahui gangguan kesehatan yang dirasakan pekerja 2. TEORI Menurut Pulat, 1992 dalam Tarwaka, dkk (2004:35), bahwa reaksi fisiologis tubuh (heat strain) karena peningkatan temperature udara diluar comfort zone sebagai berikut: a. Gangguan perilaku dan performansi kerja, ditandai dengan terjadinya kelelahan, sering melakukan istirahat curian, kurang produktif. b. Dehidrasi, kondisi akibat tubuh kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan pergantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan. c. Heat Ras, keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat yang berlebihan akibat kondisi kulit yang terus basah. d. Heat Cramp, merupakan kondisi kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium. e. Heat Syncope atau Faintin, keadaan yang disebabkan karena aliran darah keotak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah di bawa kepermukaan kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi. f. Heat Exhaustion, keadaan yang terjadi akibat tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan kehilangan garam. Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat faktor-faktor tekanan panas dan mengukur ISBB pada masing-masing pekerjaan dan membandingkan dengan standar yang diperbolehkan sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian secara benar (Tarwaka, dkk, 2004:37). Secara ringkas teknik pengendalian terhadap pemaparan tekanan panas di tempat kerja dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi 2) Mengurangi beban panas radian dengan cara: a) Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan panas. b) Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas c) Penggunaan tameng panas dan alat pelindung yang dapat memantulkan panas. 3) Mengurangi temperatur dan kelembaban melalui ventilasi pengeceran (dilution ventilation) atau pendinginan secara mekanis (mechanical cooling) 4) Meningkatkan pergerakan udara 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan dengan cara: a) Melakukan pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan sore hari b) Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk pemulihan c) Mengatur waktu kerja-istirahat secara tepat berdasarkan beban kerja dan nilai ISBB 2.1 PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA PANAS Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat faktor-faktor tekanan panas dan mengukur ISBB pada masing-masing pekerjaan dan membandingkan dengan standar yang diperbolehkan sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian secara benar (Tarwaka, dkk., 2004:37). 3. HASIL PENELITIAN Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan riil tempat kerja dan membandingkan dengan standar dan mengetahui respon pekerja terhadap paparan kondisi lingkungan kerja tersebut. Penilaian iklim kerja dilakukan dengan melakukan pengukuran pada tempat kerja dengan menggunakan Quesstemp baik didalam ruangan maupun diluar ruangan mencakup beberapa titik
  • 3. Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN 2339-028X I-67 pengukuran Penilaian iklim kerja ini meliputi ISBB (Indek Suhu Basah dan Bola), Suhu Bola, Suhu Basah dan Suhu Kering, seperti terlihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1 : Hasil Pengukuran Iklim kerja No Area WBGTB G T Globe Temp Dry Bulb Wet Bulb Standar WBGT Waktu Kerja (jam/hari) 1 R. Produksi 1 28.2 31.57 30.15 27.04 Sedang 7 2 R. Produksi 2 28.43 30.99 30.04 26.54 Sedang 7 3 R. Produksi 3 28 30.92 30.53 26.68 Sedang 7 4 R. Prod. Luar 28.26 31.79 31.32 26.66 Sedang 7 5 Pembakaran 25.47 29.37 29.23 24.33 Berat 7 Keterangan: R1 : Ruang Produksi 1 R2 : Ruang Produksi 2 R3 : Ruang Produksi 3 WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) adalah tingkat ISBB Globe Temperature adalah tingkat panas radiasi Dry Bulb adalah tingkat suhu kering alami Wet Bulb adalah tingkat suhu basah alami Dari Tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa ISBB (Indek Suhu Basah dan Bola) pada ruang produksi 1, 2, 3 dan ruang produksi luar tergolong dalam kategori beban kerja yang sedang dengan 75 % kerja dan 25 % istirahat (7 jam/hari dengan istirahat 1 jam). Sedangkan pada pekerja bagian pembakaran termasuk dalam kategori beban kerja yang berat karena tidak sesuai dengan waktu kerja dan waktu istirajat dengan tingkat ISBB tersebut, dengan demikian perlu dilakukan pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang tepat menginggat beban pekerjaan yang tinggi (berat). Tabel 2 : Lingkungan Kerja Fisik No Kondisi Lingkungan Kerja Ya (%) Tidak(%) 1 Terlalu Kering 34,71 65,29 2 Terlalu Lembab 11,18 88,82 3 Terlalu Panas 47,65 52,35 4 Terlalu Dingin 5,29 94,71 5 Terlalu Berasap 37,06 62,94 6 Terlalu Berdebu 52,35 47,65 7 Sirkulasi Udara Tidak Bagus 25,29 74,71 8 Terdapat Bau Tidak Sedap 27,65 72,35 9 Terlalu Sempit 31,18 68,82 10 Penerangan Kurang Jelas 10,59 89,41 Pada lingkungan kerja fisik terdapat sepuluh item pertanyaan berkaitan yang dirasakan pekerja secara langsung lihat tabel 2. Hasil pengolahan data yang diperoleh adalah : 52,35% menyatakan kondisi tempat kerja (didalam/diluar ruangan) terlalu berdebu dikarenakan mereka
  • 4. Template Format Penulisan Paper SNTT ke-1 (Gunawan dkk.) I-68 bekerja menggunakan tanah liat dan sistem ventilasi tidak ada, 47,65% responden menyatakan terlalu panas karena sistem penghawaan di dalam ruangan tidak ergonomis. Sedangkan hanya 5,29% responden menyatakan kondisi terlalu dingin. Untuk pie diagram pada gambar 1. Gambar 1: Lingkungan Kerja Fisik Pada gangguan kesehatan terdapat sembilan item pertanyaan untuk gangguan kesehatan pada tabel 3, yang dirasakan pekerja, adalah 57,65% responden menyatakan sering mengalami rasa lelah yang lebih cepat dan mulut terasa kering (dehidrasi) dikarenakan ruangan produksi yang terlalu berdebu dan panas dan 44,71% responden menyatakan sering menyatakan pegal di daerah mata karena kondisi yang berdebu sedangkan hanya 20,59% responden menyatakan mengalami dada sesak atau sakit (chest tightness/pain). Tabel 3 : Gangguan Kesehatan No Gangguan Kesehatan Ya (%) Tidak (%) 1 Sulit bernafas/gangguan pernafasan (Breathing Difficulties) 28,24 71,76 2 Tenggorokan sakit dan kering (Dry/sore throat) 28,24 71,76 3 Dada sesak/sakit (Chest tighteness/pain) 20,59 79,41 4 Iritasi mata/mata merah dan pedih (Eye irritation) 31,76 68,24 5 Pusing disekitar daerah mata (Headache) 28,24 71,76 6 Pegal daerah mata 44,71 55,29 7 Kulit terasa kering (Dry Skin) 40 60,00 8 Biang keringat/gatal pada kulit (Heat Rash) 36,47 63,53 9 Cepat lelah dan mulut terasa kering (Dehidrasi) 57,65 42,35
  • 5. Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN 2339-028X I-69 Gambar 2 : Gangguan Kesehatan Kondisi lingkungan tempat kerja sangat berpengaruh terhadap suasana kerja, kesehatan serta keselamatan bagi pekerja. Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Evaluasi lingkungan kerja dapat dilakukan dengan cara pengukuran kondisi tempat kerja dan mengetahui respon pekerja terhadap paparan lingkungan kerja. Berikut hasil pengkuran kondisi lingkungan kerja di UMKM Gerabah Jogjakarta. Pengaruh pemamparan iklim kerja yang melebihi batas standar akan menyebabkan ketidak nyamanan pekerja dan gangguan kesehatan yang meliputi: a. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti kelelahan, sering melakukan istirahat curian dan lain-lain. b. Dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan pergantian cairan tubuh yang tidak cukup. c. Meningkatnya denyut jantung, temperatur kulit dan suhu inti tubuh serta gejala vasodilatasi (pengembangan pembuluh darah). 4. KESIMPULAN Lingkungan kerja fisik terdapat sepuluh item pertanyaan berkaitan yang dirasakan pekerja secara langsung, hasil pengolahan data yang diperoleh adalah : 52,35% menyatakan kondisi tempat kerja (didalam/diluar ruangan) terlalu berdebu, 47,65% responden menyatakan terlalu panas, sedangkan hanya 5,29% responden menyatakan kondisi terlalu dingin. Gangguan kesehatan terdapat sembilan item pertanyaan yang dirasakan pekerja, adalah 57,65% responden menyatakan sering mengalami rasa lelah yang lebih cepat dan mulut terasa kering (dehidrasi) dan 44,71% responden menyatakan sering menyatakan pegal di daerah mata sedangkan hanya 20,59% responden menyatakan mengalami dada sesak atau sakit (chest tightness/pain).
  • 6. Template Format Penulisan Paper SNTT ke-1 (Gunawan dkk.) I-70 REFERENSI Kementrian Koperasi & UMKM, 2012, Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011-2012 Pratiwi, 2009, Pengembangan Metode dan Peralatan Kerja Industri Mebel Kayu Mangga dengan Pendekatan Ergonomi pada Pengrajin Mebel di Gatak Sukoharjo, Seminar Nasional Teknik Industri Universitas Hasanudin, Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas