“Kampung semen” sebagai wisata edukasi, budaya, dan pemberdayaan ekonomi kreatif oktafina dewi kurnianti
1. 1
“KAMPUNG SEMEN” SEBAGAI WISATA EDUKASI, BUDAYA, DAN
PEMBERDAYAAN EKONOMI KREATIF
Oktafina Dewi Kurnianti
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 6, Malang
65141, Indonesia
E-mail: oktafinadewi@gmail.com
Abstract
This current research is aimed at proposing the idea of “Kampung Semen” as a
kind of Community-Based tourism under the umbrella of PT. Semen Indonesia.
“Kampung Semen” is designed as a village in which the society is well knowledge in
producing qualifies materials from cement, producing handicraft from cement, providing
mini museum of cement, and internalizing culture through new creation of dance
containing philosophy of cement production.
Key words: Community-Based Tourism, education, culture, creative industry
1. Pendahuluan
Dewasa ini, perusahaan di seluruh dunia sedang berjuang untuk
menjalankan peran secara berimbang antara usaha pencapaian keuntungan
perusahaan dan pemenuhan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.
Berbagai strategi diterapkan oleh perusahaan untuk dapat merangkul kepentingan
intern perusahaan, kebutuhan masyarakat, dan pelestarian lingkungan alam yang
dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility atau lebih dikenal dengan
sebutan CSR (D’Amato dkk., 2009). Komitmen PT. Semen Indonesia untuk
mensinergikan antara planet, people, dan profit adalah sebuah usaha yang
mengandung kesadaran penuh akan posisi dan tanggung jawabnya sebagai
penduduk bumi, pamong masyarakat, dan sekaligus pelaku bisnis profesional.
Hingga saat ini, tercatat berbagai usaha nyata PT. Semen Indonesia untuk
merealisasikan komitmen tersebut. Dalam hal tanggung jawab terhadap
lingkungan, PT. Semen Indonesia telah berusaha untuk meminimalisir konsumsi
air dan mengatur pembuangan limbah air. Di samping itu limbah yang
2. 2
mengandung bahan berbahaya diolah terlebih dahulu sehingga buangannya tidak
berdampak buruk bagi lingkungan. Dalam lini pengabdian kepada masyarakat,
PT. Semen Indonesia telah melakukan banyak usaha pemberdayaan masyarakat,
salah satunya adalah melakukan pendampingan UKM. Dari sisi pengembangan
intern, PT. Semen Indonesia terus mengembangkan sayapnya termasuk
membangun pabrik di Vietnam.
Belakangan ini, PT. Semen Indonesia mulai merintis strategi CSR di ranah
edukasi dan konservasi budaya yaitu pendirian Museum Semen Indonesia
bertempat di PT. Semen Padang, Indarung-Sumatera Barat. Pendirian museum ini
ditujukan untuk memberikan layanan edukasi dan menjadi ketel penelitian dalam
ranah semen. Di samping fungsi utama tersebut, pendirian museum ini secara
otomatis akan menjadi keluarga baru dalam peta besar pariwisata Indonesia.
Mengingat keberadaan museum semacam ini merupakan pertama kalinya di
wilayah Asia, maka kemungkinan besar Museum Semen Indonesia akan menjadi
salah satu penggerak utama roda pariwisata Indonesia.
Kegiatan pariwisata tidak dapat terlepas dari kegiatan mengunjungi tempat
dan mengunjungi suatu komunitas tertentu. Oleh karena itu kegiatan pariwisata
tidak dapat terlepas dari peran serta masyarakat yang terlibat di dalamnya
(Beeton, 2006). Salah satu bidang garapan dalam sekup pariwisata adalah wisata
berbasis masyarakat atau Community-Based Tourism (CBT). Salah satu contoh
dari bidang garapan ini adalah desa wisata. Pada umumnya, desa wisata
merupakan gabungan antara wisata edukatif dan wisata cultural yang memberikan
kesempatan pada wisatawan untuk merasakan pengalaman baru atau menerapkan
ilmu pengetahuan baru khas desa tersebut.
Tulisan ini mencoba memunculkan wacana melalui penelitian kajian
pustaka untuk memberikan sebuah rekomendasi ide berupa perintisan “Kampung
Semen”. “Kampung Semen” ini diharapkan dapat menjadi soul sister bagi
Museum Semen Indonesia di Sumatera Barat maupun berdiri independen di
sekitar anak perusahaan PT. Semen Indonesia yaitu di sekitar PT. Semen Gresik
di Jawa Timur dan PT. Semen Tonasa di Sulawesi Selatan. Adapun pembahasan
3. 3
selanjutnya akan difokuskan pada seperti apa konsep “Kampung Semen” dan
bagaimana peranan “Kampung Semen” bagi pemberdayaan masyarakat.
2. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilitian deskriptif
kualitatif. Peneliti melakukan kajian pustaka untuk menjawab masalah penelitian
dan untuk merumuskan rekomendasi. Adapun data yang digunakan adalah profil
PT. Semen Indonesia, hasil penelitian yang terkait dengan topik, dan rujukan dari
buku di ranah pariwisata, ekonomi, budaya.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Proposal Konsep Perintisan “Kampung Semen”
Konsep “Kampung Semen” yang diusulkan oleh peneliti adalah sebagai
berikut. Pertama, adanya mini museum semen sebagai ketel informasi mengenai
sejarah dan pengetahuan tentang semen. Kedua, menjadikan masyarakat
“Kampung Semen” sebagai teladan dalam pengolahan material olahan semen
(batako, paving, dll.) yang berkualitas tinggi dan berwawasan lingkungan. Ketiga,
pembinaan masyarakat untuk mencipta kreasi kerajinan tangan berbahan dasar
semen. Keempat, internalisasi budaya dalam kegiatan sehari-hari masyarakat
berkaitan dengan olah mengolah semen misalnya pembinaan sajian budaya berupa
tari “seikat semen”. Tarian ini dapat juga disajikan kepada wisatawan yang
berkunjung di museum mini semen.
3.2.Kampung Semen sebagai Kantung Edukasi
3.2.1. Mini Museum Semen sebagai Pembelajaran Sejarah Semen
Indonesia
Salah satu anak perusahaan PT. Semen Indonesia adalah PT. Semen
Padang yang didirikan sejak tahun 1910 di bawah pemerintahan Belanda. PT.
Semen Padang kemudian dinasionalisasi di bawah paying PT. Semen Indonesia
yang diresmikan pertama kali oleh Presiden RI pertama, Ir. Soekarno, pada tahun
7 Agustus 1957. Hal ini merupakan tonggak sejarah perjalanan panjang sejarah
persemenan di tanah air. Berawal dari kapasitas terpasang sebesar 250.000 ton
4. 4
semen per tahun, PT. Semen Indonesia mengalami perkembangan yang pesat
sehingga di tahun 2013 kapasitas terpasang mencapai 30 juta ton/tahun
(http://www.semenindonesia.com). Peningkatan angka ini tidak hanya bermakna
statistical semata, namun menyimpan rekam jejak perkembangan teknologi,
sumber daya manusia, dan laju perekonomian Indonesia.
Gagasan untuk menjadikan pabrik semen Padang sebagai museum semen
pertama di Indonesia merupakan sebuah gagasan yang patut mendapat dukungan
penuh dari segala pihak. Semen merupakan komponen penting dalam melengkapi
kebutuhan primer manusia, akan tetapi pengetahuan kita tentang semen masih
sangat minim. Gagasan mendirikan museum semen pertama di Indonesia itu
merupakan bentuk tanggung jawab sosial dan budaya PT Semen Padang terhadap
lingkungan dan bekontribusi terhadap negeri (http://www.semenpadang.co.id).
Keberadaan “Mini-Museum Semen” di “Kampung Semen” diharapkan
dapat menjadi pelengkap dari Museum Semen Indonesia, terutama di wilayah
Jawa dan Sulawesi.
3.2.2. Pembelajaran Pengolahan Semen yang Berkualitas dan
Berwawasan Lingkungan
Sebagian besar masyarakat Indonesia belum memahami tentang standar
penggunaan semen sebagai bahan bangunan, baik sebagai campuran adonan pasir
maupun sebagai bahan dasar pembuatan gipsum, batako, dan lain sebagainya.
Kurangnya pengetahuan masyarakat awam ini bukan tidak mengandung resiko,
ketidaktepatan komposisi semen yang digunakan dalam tubuh bangunan akan
menjadikan bangunan mudah rapuh. Namun apa boleh buat, konsumen tidak
memiliki banyak pilihan karena barang yang tersedia di pasaran tidak dapat
diseragamkan mutunya.
Kampung Semen dapat menjadi sebuah percontohan pembuatan olahan
semen manual untuk pelengkap kebutuhan material bangunan seperti gipsum
terstandar dan batako terstandar, paving terstandar, dan produk banguna berbahan
dasar semen lainnya.
5. 5
3.3.Kampung Semen sebagai Kantung Budaya
Setiap proses kehidupan yang dilakukan oleh manusia merupakan
manifestasi dari nilai-nilai yang dipegang dan dilakoni. Dalam aktivitas menanam
padi misalnya, terdapat nilai gotong royong dan kesabaran karena padi harus
ditanam satu persatu dan ditanam dengan cara berjalan mundur. Tari Pomonte,
tarian masyrakat Sulawesi Tengah, menceritakan tentang kegiatan petani secara
berurutan mulai dari menanam padi sampai melakukan pesta panen. Tari golek
dari Jawa Tengah merupakan tari tradisional yang memvisualkan kegiatan anak
perempuan yang sedang berdandan mulai dari bersisir, berkaca, dan merias wajah.
Dalam khasanah tari kreasi baru, masyarakat Kudus, misalnya, menciptakan tari
kretek yang merepresentasikan kegiatan masyarakat Kudus yang tengah meracik
tembakau hingga menjadi rokok.
Proses pembuatan semen dimulai dari penambangan, pencampuran bahan,
pengayakan, dan seterusnya tidak hanya sebuah proses teknis semata akan tetapi
juga mengandung nilai yang jika kita maknai maka akan menjadi sumber kearifan
dalam memandang setiap gerak kehidupan. Dalam proses penambangan bahan
baku semen, disitulah tercipta dialog dengan alam. Manusia sebagai makhluk
yang diberi hak sebagai pengelola bumi tidak dibenarkan untuk bersikap merusak
alam. Dalam proses pencampuran dengan material lain dapat dimaknai bahwa
dalam setiap lini kehidupan ini kita tidak bisa berjalan tanpa kerjasama dengan
manusia lain.
Kussudiardja (2000) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan seni tari
adalah keindahan bentuk gerak anggota-anggota badan manusia yang bergerak,
berirama, dan berjiwa harmonis. Bentuk adalah pose atau sikap anggota badan,
seperti: jari tangan, tangan keseluruhan, leher, kepala, badan, kaki, jari kaki, lutut,
dan sebagainya yang digerakkan secara sendiri-sendiri maupun satu kesatuan
anggota badan. Irama adalah ritme atau degupan serta nada yang dapat dijadikan
pengiring atau illustrasi dalam melakukan gerak. Jiwa adalah roh, karakter, dan isi
dari tari tersebut. Harmonis berarti keselarasan antara gerak dengan irama di
dalam tari sehingga menimbulkan keindahan.
6. 6
Pengkreasian tari “seikat semen” dengan segala filosofi yang dimuat
dalam proses pembuatan semen, diharapkan dapat terinternalisasi dalam diri para
pelaku dan dapat menambah khasanah budaya Indonesia.
3.4. Kampung Semen sebagai Katalisator Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat
Sektor pariwisata merupakan tiket yang menjanjikan bagi negera
berkembang untuk memajukan seluruh wilayahnya secara merata bahkan hingga
ke daerah pelosok (Moscardo, 2008:1). Salah satu sektor yang paling dekat
dengan pariwisata adalah sektor industri kreatif. Industri kreatif merupakan
pemain yang saat ini sedang bertumbuh pesat dan disiapkan untuk menjadi
penyokong roda perekonomian negeri ini. Departemen Perdagangan RI dalam
Rancangan Pengembangan Ekonomi Kreatif 2025 menyebutkan bahwa sector
industi kreatif sangat potensial dikembangkan di Indonesia karena Bangsa
Indonesia memiliki sumberdaya insane kreatif dan warisan budaya yang kaya
(Departemen Perdagangan RI, 2008).
Ada banyak ragam kerajinan tangan yang dapat diciptakan dari bahan
dasar semen diantaranya adalah pot dekoratif, gantungan kunci, kapstok, stepping
stone taman berpola mozaik, tempelan kulkas dekoratif, bros lukis, kursi, wadah
lilin dekoratif, lampu tidur, tatakan iPad, jam meja, jam dinding, dan berbagai
bentuk lain yang dapat dikreasikan oleh masyarakat “Kampung Semen”.
Penambahan nilai barang dari semen menjadi barang kerajinan dengan
nilai jual yang tinggi akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebuah studi
kasus yang dilakukan oleh Gusman dkk., (2011: 82) menunjukkan bahwa
masyarakat memandang positif adanya wisata berbasis masyarakat. Dari
penelitian tersebut ditemukan bahwa masyarakat diuntungkan karena keberadaan
wisata tersebut meningkatkan peluang ekonomi dan menciptakan lapangan
pekerjaan baru.
Lebih dari itu, Indonesia tidak hanya akan dikenal sebagai Negara
penghasil semen namun juga dikenal sebagai penghasil kerajinan olahan semen.
Hal ini akan memberikan pencitraan yang kuat akan kekuatan kita dan komitmen
7. 7
kita untuk menjadi kiblat persemenan di Asia tenggara. Pencitraan ini sejalan
dengan long-term strategic focus PT. Semen Indonesia yaitu peningkatan
pencitraan lembaga (PT. Semen Indonesia and the Prospect of Indonesia Cement
Industry, 2014).
4. Kesimpulan
“Kampung Semen” memiliki potensi untuk menjadi sebuah desa wisata
yang menjadi pusat edukasi, budaya, dan pemberdayaan ekonomi kreatif di
Indonesia. Perintisan “Kampung Semen” dapat dimulai sebagai pengiring
pembangunan Museum Semen Indonesia di Padang maupun dirintis secara
mandiri di wilayah anak perusahaan lain misalnya di sekitar PT. Semen Gresik di
Jawa Timur dan PT. Semen Tonasa di Sulawesi Selatan.
5. Saran
Perintisan “Kampung Semen” ini perlu didukung adanya sistem dan
pembinaan masyarakat yang berkelanjutan baik dari pemerintah maupun sektor
swasta.
6. Daftar Acuan
Beeton, Sue. 2006. Community Development through Tourism. Collingwood:
Landlinks.
D’ Amato dkk. 2009. Corporate Social Responsibility and Sustainable Business-A
Guide to Leadrship Tasks and Functions. North California: Center
for Creative Leadership.
Departemen Perdagangan RI. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia
2025. Jakarta: Departemen Perdagangan RI.
Guzman, Tornas-Lopez dkk. 2011. Community-Based Tourism in Developing
Countries: A Case Study. Tourismos-International Multidicplinary
Journal of Tourism. 6 (1) hlmn 69-84.
Kussudiardjo, Bagong. 1981. Tentang Tari. Yogyakarta : CV. Nur Cahaya.
Moscardo, Giana. 2008. Building Community Capacity for Tourism Development.
Oxfordshire: CAB international.
PT. Semen Indonesia Persero Tbk. PT. Semen Indonesia Persero (Tbk.) and the
Prospect of Indonesia Cement Industry. 2014. Jakarta: PT. Semen
Indonesia Persero Tbk.