2. 1. Kedudukan tauhid dalam Islam adalah sebagai
azas, landasan yang mendasari sikap, gerak dan
pola pikir seorang muslim.
2. Tauhid yang dibawa oleh para Rasul adalah
aqidah yang universal (syamil), yaitu aqidah yang
mengarahkan seluruh aspek kehidupan manusia.
Konsekuensinya adalah penyerahan (islamisasi)
manusia secara total, mulai dari kalbu, akal
pikiran, ucapan, hingga amal, hanya kepada
Allah semata.
3. Allah alalim
Ayat Quraniyah & Kauniyah
Sejarah Ilmu Tauhid
Kedudukan Ilmu Tauhid
diantara Semua Ilmu
5. AlQuran adalah Kitab Tauhid
1.
2.
3.
4.
4. Allah Al Alim (Yang Maha Mengetahui)
1. Ilmunya mencakup seluruh wujud
わ 縁
刻
Ilmu Tuhanku meliputi segala sesuatu
(Q.S. al-Anam [6] : 80)
5. Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib;
tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan
dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan
tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun
dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau
yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab
yang
nyata (Lauh Mahfudz)"
(Q.S. al-Anam [6] : 59)
6. 2. Segala aktivitas lahir dan batin manusia diketahuiNya
Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat
dan apa yang disembunyikan oleh hati.
Q.S. al-Mumin [40] : 19
7. 3. Mengetahui yang lebih tersembunyi dari
rahasia bahkan yang telah dilupakan manusia
Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu,
Maka Sesungguhnya Dia mengetahui rahasia
dan yang lebih tersembunyi
Q.S. Thaahaa [20] : 7.
8. 4. Mengetahui yang belum terjadi
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan
(Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah
tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum
kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian
itu adalah mudah bagi Allah.
QS. Al-Hadid [57] : 22
9. 5. Pengetahuan semua makhluk bersumber
dari pengetahuanNya
.Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan
mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa
yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan
bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara
keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
Q.S. al-Baqarah [2] : 255
10. Perbedaan ilmu manusia & ilmu Allah
Pertama, dalam hal objek, Allah mengetahui segala
sesuatu, manusia tidak mungkin dapat mendekati
pengetahuan Allah
Tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit
Q.S. al-Isra [17]:85
Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habis lautan itu sebelum habis
(ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula) Q.S. al-Kahf [18]:109
11. Kedua, kejelasan pengetahuan manusia tidak mungkin
dapat mencapai kejelasan ilmu Allah
Ketiga, ilmu Alllah bukanlah hasil dari sesuatu tetapi
sesuatu itulah yang merupakan hasil dari ilmuNya. Ilmu
manusia dihasilkan dari adanya sesuatu
Keempat, ilmu Allah tidak berubah dengan perubahan
objek yang diketahuiNya. Tidak ada kebetulan di sisi Allah
karena pengetahuanNya tentang apa yang akan terjadi dan
saat kejadiannya sama saja di sisi Allah
12. Kelima, Allah mengetahui tanpa alat, sedang ilmu
manusia diraihnya dengan pancaindra, akal dan hatinya
yang didahului oleh ketidaktahuan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur (dengan
menggunakan untuk meraih ilmu) Q.S. an-Nahl [16] : 78
13. Keenam, ilmu Allah kekal, tidak hilang dan tidak
dilupakanNya
Tuhanmu sekali-kali tidak lupa Q.S. Maryam [19] : 64
14. PERBEDAAN
OBJEK
ILMU ALLAH
ILMU MANUSIA
Mengetahui segala sesuatu
Tidak mungkin mendekati pengetahuan
Allah
Sumber ilmu
Dihasilkan dari adanya sesuatu
SIFAT
Sangat jelas, Tidak berubah walau
objek berubah, tidak hilang, tidak
lupa, tidak ada kebetulan
Bagai melihat dibalik tabir,Berubah,
tergantung objek, hilang
ALAT
Mengetahui tanpa alat
Pancaindra, akal, hati, didahului
ketidaktahuan
Kekal
Sementara
PEROLEHAN ILMU
WAKTU
15. Manusia
Alim
Anugrah Allah
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat
lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab:
"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa
yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana
Q.S. al-Baqarah [2] : 31-32
16. Pengetahuan hakiki :
Menimbulkan dampak dalam kehidupan
Bukan apa yang diperoleh melalui proses belajar
mengajar, tetapi cahaya yang ditampakkan Tuhan ke dalam hati
orang-orang yang dikehendakiNya
Bukan hanya terbatas pada kemampuan mengekspresikannya
dalam bentuk kata, tetapi ada pula yang menyentuh hati
sehingga melahirkan amal-amal yang sesuai dengan petunjuk
Ilahi
KESADARAN AKAN JATI DIRI SEBAGAI MAKHLUK YANG DHAIF
17. Ilmu
I
L
M
U
W
A
N
Motivasi, Tujuan, Pemanfaatan
Keimanan
Keikhlasan & Ketundukkan
Supaya orang-orang yang mempunyai ilmu
mengetahui bahwa sesungguhnya ia (alQuran)
adalah benar-benar dari Tuhanmu, lalu mereka
beriman, kemudian hati mereka tunduk
kepadaNya Q.S. al-Hajj [22]:54.
20. Konsep kebenaran ilmu
Ayat Qauliyah/Wahyu (Quran & Sunnah) : Mutlak
Ayat Kauniyah : nisbi (relatif ) dan tajribi (eksprimentatif )
Pemahaman terhadap wahyu memungkinkan beberapa alternatif
pemahaman manusia tidak bersifat mutlak.
Kebenaran yang mutlak harus dijadikan burhan/alat untuk
mengukur kebenaran nisbi, BUKAN TERBALIK, kebenaran mutlak
diragukan karena bertentangan dengan kebenaran yang nisbi (relatif
dan eksprimentatif).
jika terjadi pertentangan antara kesimpulan yang didapat dari al kaun
dengan wahyu, maka : diuji kembali kesimpulan tersebut, atau
menguji kembali pemahaman manusia terhadap wahyu.
Logikanya, wahyu dan alam semesta semuanya berasal dari Allah swt.
mustahil terjadi pertentangan
22. Sejarah ilmu tauhid
1.
Masa Rasulullah SAW
Penyusunan peraturan, penetapan pokok
aqidah, penyatuan umat, membangun kedaulatan
Disinari wahyu dan petunjuk al-Quran
Aqidah kuat
Semua permasalahan dikembalikan ke Rasulullah
Menghindar dari perpecahan dan konflik
Q.S. An Nahl 16:125
23. 2. Khalifah Abu Bakar & Umar bin Khatab :
Aqidah kuat
Tidak ada tawil al Quran
Ayat mutasyabihah diimani & diserahkan kepada Allah
3. Khalifah Utsman & Ali bin Abi Thalib
Konflik politik, Utsman terbunuh
Umat Islam terpecah
Terbuka pintu takwil nash al-Quran & hadits
Muncul hadits-hadits palsu
Pembahasan aqidah meluas
24. 4. Bani Umayah dan Bani Abbasiyah
Muncul aliran&golongan dalam aqidah:
Khawarij : pendukung Ali, kecewa,keluar. Berdosa besar, KAFIR
Syiah : Pendukung Ali
Murjiah : berdosa besar, MUMIN. Terserah Allah, mengampuni
/tidak
Mutazilah : Berdosa besar, bukan kafir bukan Mumin, (almanzilah
bain al-manzilatain). Teologi liberal: Menggunakan rasio, tidak
berpegang teguh pada sunnah, pendirinya Washil bin Atha
Asyariyah & Maturidiyah (ahl sunnah wa al-jamaah) : menentang
Mutazilah
Qadariyah : (Free will & free act)
Jabariyah : tidak bebas berbuat, (predestination/fatalism)
25. Reaksi terhadap Asyariyah:
gerakan salafiyah (beriman pada al-Quran dan Hadits
tanpa takwil): Hambaliyah, Sayid jamaluddin alAfghani, Muhammad Abduh dan Sayid Rasyid Ridha di
Mesir
Abad 8 H, Tauhid secara keilmuan mulai dibahas: Ibnu
Taimiyah dilanjutkan muridnya Ibnu Qaiyim al-Jauziyah:
kembali kepada Quran dan Sunnah
Selanjutnya umat muslim mempelajari ilmu tauhid dari
kiab-kitab yang ada
26. Kedudukan Ilmu Tauhid diantara Semua Ilmu
Kemuliaan suatu ilmu tergantung pada kemulian tema yang dibahasnya.
Ilmu tauhid adalah ilmu yang mulia karena objek pembahasannya adalah
sesuatu yang paling mulia, yaitu :
Adakah yang lebih agung selain Pencipta alam semesta ini?
Adakah manusia yang lebih suci daripada para rasul?
Adakah yang lebih penting bagi manusia selain mengenal Rabb dan
Penciptanya, mengenal tujuan keberadaannya di dunia, untuk apa ia
diciptakan, dan bagaimana nasibnya setelah ia mati?
Ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman, sekaligus yang
terpenting dan paling utama.
Mempelajari ilmu tauhid adalah fardhu ain bagi setiap muslim dan
muslimah sampai ia betul-betul yakin berada di atas agama yang benar.
Sedangkan mempelajari lebih dari itu hukumnya fardhu kifayah, artinya
jika telah ada yang mengetahui, yang lain tidak berdosa.