Sabar berarti menahan diri dari sesuatu yang tidak menyenangkan. Alquran menyebutkan sabar dan shalat sebagai penolong umat manusia. Sabar adalah pengakuan atas takdir Allah dan mengharapkan pahala-Nya. Seseorang hanya dikatakan sabar jika dapat menerima berbagai kondisi dengan pasrah kepada Allah.
1 of 2
Downloaded 12 times
More Related Content
Kekuatan sabar
1. Kekuatan Sabar
Oleh Wiyanto Suud
Secara etimologi, sabar berarti menahan. Seperti kata, Qutila fulanun shobron.
Artinya, Si Fulan terbunuh dalam keadaan ditahan. Oleh karenanya, seseorang yang
menahan diri terhadap sesuatu dikatakan orang yang sabar.
Allah SWT berfirman dalam Alquran, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-
orang yang khusyuk. (QS Al-Baqarah [2]: 45).
Menurut Ibnu Jarir, redaksi ayat itu memang memperingatkan Bani Israel, namun
yang dimaksud bukan mereka semata. Ayat ini mencakup mereka dan orang-orang
selain mereka.
Ibnul-Mubarak berkata dengan sanadnya dari Said bin Jubeir, Sabar ialah
pengakuan hamba kepada Allah atas apa yang menimpanya, mengharapkan ridha Allah
semata dan pahala-Nya. Kadang-kadang seseorang bertahan dengan gigih dengan
menguatkan diri, dan tidak terlihat dari dia kecuali kesabaran.
Dengan demikian, tidak ada orang yang bisa disebut sabar, jika sikapnya menolak
atau mengelak berdiri bersama permasalahan yang tidak mengenakkan di hati. Orang
yang sabar selalu memancarkan kehangatan bagi orang lain karena ia senantiasa pasrah
pada Allah dalam kondisi apa pun.
Jika ditimpa musibah, dia tidak akan larut atau meratapi musibah yang
menimpanya. Sedangkan jika diberi kesenangan atau kenikmatan, dia tidak akan lupa
diri dan kufur nikmat kepada Allah.
Dimuat di Hikmah Republika, 5 Januari 2010.
2. Ali bin Abi Thalib mengumpamakan keutamaan sabar bagi keimanan seseorang itu
bagaikan tubuh, dan sabar adalah kepalanya. Ia mengatakan, Sabar bagi keimanan
laksana kepala dalam tubuh. Apabila kesabaran telah lenyap maka lenyap pulalah
keimanan. (HR. Baihaqi).
Walaupun secara sanad, atsar ini dinilai lemah, namun secara makna bisa diterima.
Hal itu dikarenakan cakupan sabar yang demikian luas dalam Islam. Ia mencakup sikap
seorang hamba dalam menghadapi berbagai perintah dan larangan serta berbagai
keadaan yang dialami manusia di dalam kehidupan, di saat senang maupun susah.
Alquran membahasakannya dengan istilah sabar yang baik, Allah SWT berfirman,
Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik. (QS. Al-Maaarij *70+: 5).
Oleh karena itu, marilah kita mulai dari diri kita sendiri untuk senantiasa berlatih
sabar. Yakni, dengan komitmen sebagai seorang hamba untuk selalu mengikuti apa yang
dikehendaki oleh Allah SWT; selalu berjalan sesuai dengan perintah-Nya. Inilah yang
disebut sabar ma'allah, tingkatan sabar yang paling tinggi dan paling sulit. Dan Allah
selalu bersama dengan orang-orang yang sabar (QS. Al-Baqarah [2]: 153).