1. Kenal Kebenaran dari Majalah
Cerita ini sering kali ku bagikan ke adek-adek rohani. Senang berbagi cerita buat Clara dan
menuliskannya secara khusus. Sekitar tahun 2005, saat aku masih kelas X SMA di Sorong, Papua, guru bahasa
Inggris menugaskan kami untuk mengumpulkan koran atau majalah bahasa Inggris. Dulu, mendapatkan koran
Kompas saja sulit apalagilah majalah bahasa Inggris di Papua.
Setengah mampus aku mencarinya tapi gak dapat. Namun, sehari sebelum jadwal pengumpulan aku dengar
kawan kelas lain punya majalah bahasa Inggris. Namanya Cempaka. Aku gak tahu dan gak baca majalahnya
sama sekali. Gitu ku pinjam majalah sampulnya tulisan "Awake" aku langsung kumpulkan. Belakangan, pas bu
guru periksa majalah yang ku kumpul, dia bertanya apakah agamaku sama dengan agamanya Cempaka. Aku
keheranan mengapa bu guru bertanya begitu. Aku tak bisa menjawab pertanyaan bu guru.
Saat majalah dikembalikan, cepat-cepat aku baca majalah itu. Yang ku lihat majalah itu sangat bagus. Ada
cerita tentang Jesus tapi ada tulisan Jehovah. Siapa ini Jehovah tanyaku dalam hati. Aku coba cari tahu apa
agama Cempaka dari kawan2. Jawaban kawan2ku ngeri-ngeri. Mereka bilang agamanya Cempaka sesat,
salibnya miring, mempersembahkan bayi di gerejanya, entah apa lagi banyaklah yang menakutkan. Aku
terkejut lalu coba menelusuri lebih dalam tentang agama Saksi Yehuwa. Aku sedikit yakin sama omongan
kawanku. Soalnya, cuma Cempaka yang beragama itu di sekolah.
Namun, yang paling buat aku kembali berpikir adalah isi majalah itu sendiri dan tingkah laku Cempaka dan
Papanya. Aku berpikir keras, mana mungkin orang sesat atau orang asal-asalan yang buat majalah isinya bagus
begini. Kelas XI aku sekelas dengan Cempaka. Cempaka hobi letakkan majalah di atas mejanya. Saat guru
kami gak masuk kelas, aku sering membaca majalah2 yang dibawanya. Tak jarang aku bawa ke rumah dan ku
baca sembari jaga toko opungku.
Lama-kelamaan aku sendiri yang merasa agamaku yang sesat, bukan agamanya Cempaka. Mulai kelas XI
jugalah aku mulai risih sama gereja. Tapi tak bisa berkutik karena opungku, keluarga, kerabat, semuanya tak
ada yang Saksi dan aku dapat larangan keras. Ya, bertahun-tahun memang keberanian baru tumbuh dalam
diriku untuk memilih melayani Yehuwa.
Aku ingin sekali adek-adek di sekolah/kampus tidak takut mengaku mereka Saksi. Jangan segan membagikan
majalah atau buku kepada kawan2-kawan. Kira-kira sulit untuk memberikan kesaksian, letakkan saja majalah
kita di atas meja. Siapa tahu kawan-kawanmu punya minat untuk membaca. Cempaka mungkin tidak
menyangka kalau majalah2 yang ia bawa itu sangat bermanfaat bagiku. Dia juga tidak sangka apa yang ia tabur
akan dituai rekan seimannya kemudian. Sekitar 7 atau 8 tahun, aku dan kawan lainnya, memilih menjadi Saksi.
Itu semua berkat bantuan Cempaka, kami berdua mengenal kebenaran
Semoga Clara juga terus berani membela kebenaran. Semangat ya dek. Kakak senang kamu mau cerita dan jadi
sahabatmu. Kapan-kapan ada cerita lagi, bagikan ke kakak ya dek. Makasi
Dari Kak Damayanti
Kakak yang sayang samamu