Teori kepemimpinan situasional menyatakan bahwa gaya kepemimpinan bergantung pada tingkat kesiapan pengikut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan antara lain kecerdasan, kematangan, motivasi, dan hubungan antar manusia. Implikasi teori ini terhadap sistem komunikasi organisasi adalah pentingnya komunikasi dalam menjalankan berbagai gaya kepemimpinan.
1 of 6
Download to read offline
More Related Content
Kepemimpinan
1. A. TEORI DAN ARTI PENTING KEPEMIMPINAN
KEPEMIMPINAN ADALAH PROSES MEMENGARUHI ATAU MEMBERI CONTOH OLEH PEMIMPIN
KEPADA PENGIKUTNYA DALAM UPAYA MENCAPAI TUJUAN ORGANISASI. CARAALAMIAH MEMPELAJARI
KEPEMIMPINAN ADALAH "MELAKUKANNYA DALAM KERJA" DENGAN PRAKTIK SEPERTI PEMAGANGAN PADA
SEORANG SENIMAN AHLI, PENGRAJIN, ATAU PRAKTISI.
TEORI KEPEMIMPINAN SITUASIONAL ATAUTHE SITUATIONAL LEADERSHIP THEORY ADALAH TEORI KEPEMIMPINAN
YANG DIKEMBANGKAN OLEH PAUL HERSEY, PENULIS BUKUSITUATIONAL LEADER. DAN KEN BLANCHARD, PAKAR
DAN PENULIS THE MINUTE MANAGER, YANG KEMUDIAN MENULIS PULA BUKU MANAGEMENT OF ORGANIZATIONAL
BEHAVIOR (SKARANG SUDAH TERBIT DALAM EDISI YANG KE-9).
TEORI INI PADA AWALNYA DIINTRODUSIR SEBAGAI LIFE CYCLE THEORY OF LEADERSHIP. SAMPAI KEMUDIAN
PADA PERTENGAHAN 1970AN LIFE CYCLE THEORY OF LEADERSHIP BERGANTI DENGAN SEBUTAN SITUATIONAL
LEADERSHIP THEORY. DI AKHIR 1970AN DAN AWAL 1980AN, MASING-MASING PENULIS MENGEMBANGKAN TEORI
KEPEMIMPINANNYA SENDIRI-SENDIRI. HERSEY MENGEMBANGKANSITUATIONAL LEADERSHIP MODEL DAN
BLANCARD MENGEMBANGKAN SITUATIONAL LEADERSHIP MODELII.
DEFINISI KEPEMIMPINAN SITUASIONAL ADALAH A LEADERSHIP CONTINGENCY THEORY THAT FOCUSES ON
FOLLOWERS READINESS/MATURITY. INTI DARI TEORI KEPEMIMPINAN SITUATIONAL ADALAH BAHWA GAYA
KEPEMIMPINAN SEORANG PEMIMPIN AKAN BERBEDA-BEDA, TERGANTUNG DARI TINGKAT KESIAPAN PARA
PENGIKUTNYA.
2. Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional adalah tentang tidak adanya gaya kepemimpinan yang
terbaik. Kepemimpinan yang efektif adalah bergantung pada relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin yang sukses
selalu mengadaptasi gaya kepemimpinan yang tepat. Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap
individu dan kelompok tapi bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara
keseluruhan. Jadi pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi
yang unik. Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan gayanya terhadap
tuntutan situasi yang berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional bertumpu pada dua konsep fundamental
yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan.
B. Tipologi Kepemimpinan
Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe kepemimpinan; di antaranya
adalah sebagian berikut (Siagian,1997).
1. Tipe Otokratis.
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap
organisasi sebagai pemilik pribadi, Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, Menganggap bawahan
sebagai alat semata-mata, Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, Terlalu tergantung kepada kekuasaan
formalnya, Dalam tindakan pengge-rakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan
dan bersifat menghukum.
2. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan
seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang
memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan, Dalam
menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, Senang pada formalitas yang berlebih-
lebihan, Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, Sukar menerima kritikan dari bawahannya,
Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3. 3. Tipe Paternalistis.
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut :
menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective), jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya
kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.
4. Tipe Karismatik.
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma.
Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya
mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa
mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin
yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural
powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang
yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki
karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak
dapat digolongkan sebagai orang yang ganteng.
5. Tipe Demokratis.
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk
organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses
penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia, selalu
berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada
bawahannya, senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya, selalu berusaha mengutamakan
kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama,
tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain, selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses
daripadanya, dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena
4. C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Pemimpin memiliki tugas menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompok.
Dari keinginan itu dapat dipetik keinginan realistis yang dapat dicapai. Selanjutnya, pemimpin harus
meyakinkan kelompok mengenai apa yang menjadi keinginan realistis dan mana yang sebenarnya
merupakan khayalan. Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin
memahami akan tugas yang harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam
proses dimana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran,
perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian sutu tujuan diperlukan seorang pemimpin yang profesional, dimana ia
memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya
sebagai seorang pemimpin.
Disamping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga
terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan
dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan Davis menyimpulkan ada empat faktor yang
mempengaruhi kepemimpinan dalam organisasi, yaitu :
Kecerdasan : seorang pemimpin harus mempunyai kecerdasan yang melebihi para anggotanya
Kematangan dan keluasan sosial(Social manutary and breadth) : seorang pemimpin biasanya memiliki emosi
yang stabil, matang, memiliki aktivitas dan pandangan yang ckup matang
Motivasi dalam dan dorongan prestasi(Inner motivation and achievement drives) : dalam diri seorang
pemimpin harus mempunyai motivasi dan dorongan untuk mencapai suatu tujuan
Hubungan manusiawi : pemimpin harus bisa mengenali dan menghargai para anggotanya Menurut Greece,
di dalam suatu organisasi, hubungan antara bawahan dengan pimpinan bersifat saling mempengaruhi.
5. D. Implikasi manajerial Kepemimpinan dalam organisasi
Teori Managerial Grid
Teori dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua dimensi dalam
kepemimpinan, yaitu concern for people dan concern for production. Pada dasarnya teorimanagerial grid
ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang didasarkan atas dua aspek tersebut, yaitu :
Improvised artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas tertentu
dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.
Country Club artinya kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu artinya perhatian
akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana organisasi dan tempo kerja yang
nyaman dan ramah.
Team yaitu kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung kepada hasil
kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen. Tekanan untama terletak pada
kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini
adalah kepercayaan dan penghargaan.
Task artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan organisasi. Penampilan
terletak pada penampilan individu dalam organisasi.
Midle Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara tugas dan hubungan
manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi dimungkinkan melalui penyeimbangan
kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara moral individu pada tingkat yang memuaskan.
6. Implikasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi
Dalam teori manajerial grid terdapat dua orientasi yang dijadikan ukuran yaitu berfokus pada manusia dan
pada tugas. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya hubungan antar individu dalam menyelesaikan tugas
yang diberikan kepada bawahan. Sebagai seorang pemimpin, bertugas memberikan arahan serta bimbingan
terhadap bawahannya, sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Implikasi teori ini
terhadap system komunikasi organisasi adalah bahwa teori ini memandang pentingnya komunikasi dalam
menjalankan kepemimpinan dengan lima gaya yang berbeda dari para pemimpin. Adanya orientasi terhadap
dua aspek tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam organisasi harus memperhatikan hubungan
antar individu satu dengan lainnya sebagai motivasi dalam mengerjakan tugas. Pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang mampu terjun diberbagai kalangan baik itu dengan para pimpinan lainnya, maupun dengan
bawahan sebagai asset berharga organisasi. Semua ini terjalin apbila pemimpin tersebut memiliki pendekatan
perilaku yang baik. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif.
Menurut Blake dan Mouton, gaya kepemimpinan team merupakan gaya kepemimpinan yang paling disukai.
Kepemimpinan gaya ini berdasarkan integrasi dari dua kepentingan yaitu pekerjaan dan manusia. Pada
umumnya, kepemimpinan gaya team berasumsi bahwa orang akan menghasilkan sesuatu apabila mereka
memperoleh kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang berarti. Selain itu, dalam kepemimpinan gaya
team terdapat kesepkatan untuk melibatkan anggota organisasi dalam pengambilan keputusan dengan
maksud mempergunakan kemampuan mereka untuk memperoleh hasil yang terbaik yang mungkin dapat
dicapai.
Sumber :
http://nashchanarsyad.blogspot.com/2013/06/teori-dan-arti-penting-kepemimpinan.html
https://ipanwicaksono.wordpress.com/tag/tipologi-kepemimpinan/