際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
KEPEMIMPINAN KRISTEN
Oleh Betsy Edith Christie, 0906521713
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Arkeologi

Nama Sumber:

1. Materi Rancangan Pembelajaran MPK Agama Kristen
2. Memulai Hidup Baru
3. Gods Answers For Your Every Question for Students

Disusun Oleh:

1. Tim Pengajar MPK Agama Kristen Universitas Indonesia
2. Lea Santoso, Jimmy Kuswadi, dan Tim Staf Perkantas
3. Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer

Hakekat kepemimpinan Kristen adalah pelayanan. Landasan alkitab mengenai
kepemimpinan Kristen terdapat dalam Markus 10 : 45 Karena Anak Manusia juga datang
bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya
menjadi tebusan bagi banyak orang. Pelayanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari hidup orang percaya. Pelayanan meliputi banyak hal dan memiliki cakupan aplikasi yang
luas. Pelayanan tidak hanya meliputi pelayanan gerejawi seperti berkhotbah atau pelayanan
gerejawi lainnya, akan tetapi dapat mencakup pelayanan lain yang lebih sederhana. Pelayanan
lain yang lebih sederhana misalnya memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan.
Pelayanan harus dimengerti secara utuh karena pelayanan tidak hanya di gereja, akan
tetapi di lingkungan masyarakat dan keluarga. Pelayanan merupakan sarana untuk melayani
sesama. Subjek kepemimpinan Kristen adalah yang dilayani. Implikasi pendapat ini bahwa di
dalam sebuah kepemimpinan, seorang pemimpin harus dapat mengerti akan posisi dari
bawahannya. Seorang pemimpin harus dapat bersikap, berperilaku, bertindak dengan cara yang
dapat dipahami, dihayati, dilaksanakan bawahan. Pemimpin harus dapat menciptakan suasana
yang kondusif sehingga bawahan yang bersangkutan tidak merasa dipaksa untuk menjalani
sesuatu keputusan tertentu. Hal ini diperlukan agar kerja bawahan dapat optimal.
Hal ini memiliki relevansi dengan teori Maslow mengenai kebutuhan dasar manusia.
Kebutuhan dasar manusia berjenjang, di mana kebutuhan yang lebih tinggi baru akan mendesak
untuk dipenuhi setelah kebutuhan dasar yang lebih rendah terpenuhi. Akan tetapi, aktualisasi diri
sebagai kebutuhan dasar manusia apalagi untuk menjadi (Maslow, 1964, 1970: being) akan
lebih mudah terpenuhi apabila seseorang berada di dalam suasana yang aman, merasa bebas
untuk berkreasi (Rogers, 1965). Kesulitan seorang bawahan untuk memenuhi kebutuhan dasar
misalnya kebutuhan dasar fisik, aman, sosial, harga diri, aktualisasi diri, membaktikan diri
kepada Tuhan dapat menurunkan produktivitas, mutu, dan hasil kerja.
Hal ini apabila dibiarkan terus menerus di dalam waktu lama, akan mempengaruhi
ketenangan, ketenteraman yang dapat bermuara pada sikap menolak, perilaku negatif,
membangkang, mengganggu, dan merusak lingkungan. Sesuai dengan Markus 10:45 dan teori
Maslow maka pelayanan yang baik adalah pelayanan yang memiliki penghargaan organisasi,
manajemen, pimpinan, dan atasan terhadap bawahan. Penghargaan atasan terhadap bawahan
akan memiliki dampak positif pada stabilitas, peningkatan loyalitas, mutu kerja, kualitas
produktivitas, hasil kerja bawahan, dan personalia.
Berdasarkan Markus 10: 45, kepemimpinan berwawasan kebangsaan Indonesia secara
konkret merupakan penerapan nilai pelayanan pada kepemimpinan Seorang pemimpin harus
dapat bersikap objektif yaitu tidak membedakan bawahan dalam keadaan apapun juga. Pemimpin
juga harus berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tut wuri handayani (Ki Hajar Dewantara), ing
ngarso sung tulodo dan ing madyo mangun karso (Sosrokartono), keteladanan, pendidikan,
pengendalian diri, berintegritas dengan lingkungan (Bahan Penataran, 1996, hh. 58,59), dan
penguasaan diri (Surat Yakobus).
Sesuai dengan apa yang telah dikemukakan di atas, terlihat bahwa kepemimpinan yang
berwawasan kebangsaan Indonesia lebih mengutamakan kepada subjek atau yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin lebih mengutamakan kondisi secara menyeluruh dari bawahan. Hal ini dapat
berupa fokus kepada pendidikan terhadap bawahan ataupun pembinaan pegawai yang merupakan
bagian dari bawahan (Goenawan Wardana, Munandar, 1980).
Kepimpinan berwawasan kebangsaan Indonesia lebih mengutamakan kepada subjeknya.
Ini menjadi ciri khas dari kepemimpinan itu sendiri. Kepimpinan ini lebih menghargai bawahan
sebagai individu yang juga harus dihargai layaknya manusia. Hal ini karena seorang bawahan
juga merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Seorang pemimpin juga diharapkan untuk menciptakan
kondisi atau lingkungan kerja yang nyaman. Lingkungan yang nyaman dapat menunjang kinerja
bawahan agar dapat bekerja lebih optimal.
Karakter kepemimpinan berwawasan Indonesia yaitu mensubyekkan yang dipimpin
menggambarkan tingkah laku, perilaku, tindakan kepemimpinan Kristen yang menghadirkan
pemimpin berciri local wisdom, berkearifan lokal Indonesia dengan wibawa bernuansa
internasional. Hal ini sesuai dengan teladan dari Tuhan Yesus sendiri yang memiliki karakter
sebagai pemimpin yang mengasihi yang dipimpin-Nya. Di dalam perumpamaan Yesus
diibaratkan sebagai seorang gembala dan manusia sebagai kawanan domba. Tuhan tidak pernah
mengkucilkan, memusuhi, ataupun membenci yang sesat, melainkan mencari dan mengajak yang
sesat untuk memperbaiki diri melalui proses pendidikan dan pembinaan yang dilakukan Tuhan
Yesus terhadap dirinya.
Keteladanan yang diberikan Yesus lewat kepemimpinan-Nya yang berlandaskan kasih
merupakan contoh yang dapat ditiru pemimpin yang berwawasan kebangsaan Indonesia. Di
dalam sebuah kepemimpinan yang diperlukan adalah sikap seorang pemimpin yang dapat
memimpin bawahannya dengan baik tanpa adanya hak untuk menguasai bawahan. Sikap
menguasai bawahan dapat berujung kepada kinerja bawahan yang tidak optimal. Pemimpin
dalam hal ini hakekatnya Tuhan Yesus Kristus dengan kekuatan Roh Kudus, memampukan
manusia untuk mengalami perubahan dan perkembangan yang akan berdampak positif terhadap
pelaksanaan segala kewajiban baik di kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat dalam hal
ini organisasi tertentu, gereja, ataupun keluarga. Kepemimpinan yang demikian dapat
memampukan bawahan untuk bekerja secara optimal sehingga menghasilkan hasil yang optimal.
Kepemimpinan kristen (ltm3)
Kepemimpinan kristen (ltm3)

More Related Content

Kepemimpinan kristen (ltm3)

  • 1. KEPEMIMPINAN KRISTEN Oleh Betsy Edith Christie, 0906521713 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Arkeologi Nama Sumber: 1. Materi Rancangan Pembelajaran MPK Agama Kristen 2. Memulai Hidup Baru 3. Gods Answers For Your Every Question for Students Disusun Oleh: 1. Tim Pengajar MPK Agama Kristen Universitas Indonesia 2. Lea Santoso, Jimmy Kuswadi, dan Tim Staf Perkantas 3. Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer Hakekat kepemimpinan Kristen adalah pelayanan. Landasan alkitab mengenai kepemimpinan Kristen terdapat dalam Markus 10 : 45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Pelayanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup orang percaya. Pelayanan meliputi banyak hal dan memiliki cakupan aplikasi yang luas. Pelayanan tidak hanya meliputi pelayanan gerejawi seperti berkhotbah atau pelayanan gerejawi lainnya, akan tetapi dapat mencakup pelayanan lain yang lebih sederhana. Pelayanan lain yang lebih sederhana misalnya memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan. Pelayanan harus dimengerti secara utuh karena pelayanan tidak hanya di gereja, akan tetapi di lingkungan masyarakat dan keluarga. Pelayanan merupakan sarana untuk melayani sesama. Subjek kepemimpinan Kristen adalah yang dilayani. Implikasi pendapat ini bahwa di dalam sebuah kepemimpinan, seorang pemimpin harus dapat mengerti akan posisi dari
  • 2. bawahannya. Seorang pemimpin harus dapat bersikap, berperilaku, bertindak dengan cara yang dapat dipahami, dihayati, dilaksanakan bawahan. Pemimpin harus dapat menciptakan suasana yang kondusif sehingga bawahan yang bersangkutan tidak merasa dipaksa untuk menjalani sesuatu keputusan tertentu. Hal ini diperlukan agar kerja bawahan dapat optimal. Hal ini memiliki relevansi dengan teori Maslow mengenai kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar manusia berjenjang, di mana kebutuhan yang lebih tinggi baru akan mendesak untuk dipenuhi setelah kebutuhan dasar yang lebih rendah terpenuhi. Akan tetapi, aktualisasi diri sebagai kebutuhan dasar manusia apalagi untuk menjadi (Maslow, 1964, 1970: being) akan lebih mudah terpenuhi apabila seseorang berada di dalam suasana yang aman, merasa bebas untuk berkreasi (Rogers, 1965). Kesulitan seorang bawahan untuk memenuhi kebutuhan dasar misalnya kebutuhan dasar fisik, aman, sosial, harga diri, aktualisasi diri, membaktikan diri kepada Tuhan dapat menurunkan produktivitas, mutu, dan hasil kerja. Hal ini apabila dibiarkan terus menerus di dalam waktu lama, akan mempengaruhi ketenangan, ketenteraman yang dapat bermuara pada sikap menolak, perilaku negatif, membangkang, mengganggu, dan merusak lingkungan. Sesuai dengan Markus 10:45 dan teori Maslow maka pelayanan yang baik adalah pelayanan yang memiliki penghargaan organisasi, manajemen, pimpinan, dan atasan terhadap bawahan. Penghargaan atasan terhadap bawahan akan memiliki dampak positif pada stabilitas, peningkatan loyalitas, mutu kerja, kualitas produktivitas, hasil kerja bawahan, dan personalia. Berdasarkan Markus 10: 45, kepemimpinan berwawasan kebangsaan Indonesia secara konkret merupakan penerapan nilai pelayanan pada kepemimpinan Seorang pemimpin harus dapat bersikap objektif yaitu tidak membedakan bawahan dalam keadaan apapun juga. Pemimpin juga harus berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tut wuri handayani (Ki Hajar Dewantara), ing ngarso sung tulodo dan ing madyo mangun karso (Sosrokartono), keteladanan, pendidikan, pengendalian diri, berintegritas dengan lingkungan (Bahan Penataran, 1996, hh. 58,59), dan penguasaan diri (Surat Yakobus). Sesuai dengan apa yang telah dikemukakan di atas, terlihat bahwa kepemimpinan yang berwawasan kebangsaan Indonesia lebih mengutamakan kepada subjek atau yang dipimpinnya. Seorang pemimpin lebih mengutamakan kondisi secara menyeluruh dari bawahan. Hal ini dapat
  • 3. berupa fokus kepada pendidikan terhadap bawahan ataupun pembinaan pegawai yang merupakan bagian dari bawahan (Goenawan Wardana, Munandar, 1980). Kepimpinan berwawasan kebangsaan Indonesia lebih mengutamakan kepada subjeknya. Ini menjadi ciri khas dari kepemimpinan itu sendiri. Kepimpinan ini lebih menghargai bawahan sebagai individu yang juga harus dihargai layaknya manusia. Hal ini karena seorang bawahan juga merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Seorang pemimpin juga diharapkan untuk menciptakan kondisi atau lingkungan kerja yang nyaman. Lingkungan yang nyaman dapat menunjang kinerja bawahan agar dapat bekerja lebih optimal. Karakter kepemimpinan berwawasan Indonesia yaitu mensubyekkan yang dipimpin menggambarkan tingkah laku, perilaku, tindakan kepemimpinan Kristen yang menghadirkan pemimpin berciri local wisdom, berkearifan lokal Indonesia dengan wibawa bernuansa internasional. Hal ini sesuai dengan teladan dari Tuhan Yesus sendiri yang memiliki karakter sebagai pemimpin yang mengasihi yang dipimpin-Nya. Di dalam perumpamaan Yesus diibaratkan sebagai seorang gembala dan manusia sebagai kawanan domba. Tuhan tidak pernah mengkucilkan, memusuhi, ataupun membenci yang sesat, melainkan mencari dan mengajak yang sesat untuk memperbaiki diri melalui proses pendidikan dan pembinaan yang dilakukan Tuhan Yesus terhadap dirinya. Keteladanan yang diberikan Yesus lewat kepemimpinan-Nya yang berlandaskan kasih merupakan contoh yang dapat ditiru pemimpin yang berwawasan kebangsaan Indonesia. Di dalam sebuah kepemimpinan yang diperlukan adalah sikap seorang pemimpin yang dapat memimpin bawahannya dengan baik tanpa adanya hak untuk menguasai bawahan. Sikap menguasai bawahan dapat berujung kepada kinerja bawahan yang tidak optimal. Pemimpin dalam hal ini hakekatnya Tuhan Yesus Kristus dengan kekuatan Roh Kudus, memampukan manusia untuk mengalami perubahan dan perkembangan yang akan berdampak positif terhadap pelaksanaan segala kewajiban baik di kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat dalam hal ini organisasi tertentu, gereja, ataupun keluarga. Kepemimpinan yang demikian dapat memampukan bawahan untuk bekerja secara optimal sehingga menghasilkan hasil yang optimal.