際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Raja-Raja di Majapahit

         Kelompok 5 :
       Angelina Claudia
       Dennis Ardiansya
       Imanuel Manata
        Nisa Ghaisani
Kerajaan majapahit
 Pemberontakan pertama terjadi pada tahun 1295 yang dilakukan
  oleh Rangga Lawe (Parangga Lawe) Bupati Tuban. Rangga Lawe
  memberontak karena tidak puas terhadap kebijaksanaan
  Kertarajasa yang dirasa kurang adil.
 Kedudukan Patih Majapahit seharusnya diberikan kepadanya.
  Namun, oleh Kertarajasa kedudukan itu telah diberikan kepada
  Nambi (anak Wiraraja). Pemberontakan Rangga Lawe dapat
  ditumpas dan ia tewas oleh Kebo Anabrang
 Lembu Sora, sahabat Rangga Lawe, karena tidak tahan melihat
  kematiannya, kemudian membunuh Kebo Anabrang. Peristiwa itu
  dijadikan alasan Mahapatih yang mempunyai ambisi politik besar
  di Majapahit menyusun strategi agar raja bersedia menghukum
  tindakan Lembu Sora
 Lembu Sora membangkang perintah raja dan mengadakan
  pemberontakan pada tahun 12981300. Lembu Sora gugur
  bersama sahabatnya, Jurudemung dan Gajah Biru.
Raden Wijaya
       Setelah menjadi raja pertama, Raden Wijaya
(Sri Kertarajasa Jayawardhana) kemudian
memperistri keempat putri Kertanegara sehingga
kekuasaan Singasari otomatis menjadi wilayah
kekuasaan Majapahit.
       Banyak terjadi pemberontakan saat
pemerintahannya. Pemberontakan dilakukan
teman seperjuangannya yaitu
Ranggalawe, Sora, dan Nambi karena tidak puas
akan jabatan yang diberikan
Sri Jayanegara
       Sri Jayanegara (Kala Gemet) memerintah
Majapahit kurang lebih 19 tahun. Permasalahan
politik yang terjadi selama pemerintahan Raden
Wijaya sebagian besar pemberontakan dilakukan
oleh pejabat kerajaan yaitu pemberontakan Juru
Demung, Gajah Biru, Semi, dan Kuti.
       Masa pemerintahan Jayanegara berakhir
tragis karena ia tewas terbunuh oleh seorang tabib
istana.
Tribhuanattunggadewi
       Tribhuanattunggadewi memerintah
Majapahit kurang lebih 22 tahun. Pada masa
pemerintahannya permasalahan politik masih
sering muncul diantaranya pemberontakan Sadeng
       Tetapi pemberontakan tersebut dapat
dipadamkan oleh Gajah Mada yaitu Patih Daha
lalu atas jasanya maka dia diangkat sebagai Patih
Amangkubumi (jabatan tertinggi di Majapahit
sesudah raja)
       Setelah dia wafat, tahta kerajaan diserahkan
kepada putranya Hayam Wuruk
Hayam Wuruk
     Hayam wuruk (Sri Rajasanegara)
memerintah Majapahit selama 39 tahun. Bersama
dengan Patih Amangkubumi Gajah Mada mereka
menjadi dwitunggal yang membawa Majapahit
pada puncaknya. Dibawah pemerintahannya
mereka dapat menyatukan Nusantara tetapi
dinodai perang bubat yang menyebabkan
tewasnya putri dan Raja Pajajaran.
     Dan akhir kejayaan mereka saat Gajah Mada
dan Hayam Wuruk meninggal dunia.
Wikrama Wardhana
     Hayam Wuruk digantikan putrinya
Kusumawardhani dan dia menikah dengan Wikrama
Wardhana dan dia menjadi raja. Selain itu Hayam
Wuruk mempunyai anak dari selir yaitu Wirabhumi .
     Saat Kusumawardhani wafat & Wikrama
Wardhana ingin menjadii biksu. Wirabhumi ingin
mengambil kesempatan itu hingga terjadi perang
saudara (Perang Paregreg) yang menyebabkan
Wirabhumi terbunuh dan akhirnya pemerintahan
Majapahit semakin suram.
Patih Gajah Mada
      Pada masa pemerintahannya
Tribhuanattunggadewi terjadi pemberontakan,
diantaranya pemberontakan Sadeng. Pada waktu
itu Gajah Mada menjadi Patih Daha memadam
pemberontakan.
      Atas jasanya Patih Amangkubumi Arya Tadah
mengusulkan kepada ratu agar Gajah Mada
mengganti kedudukannya menjadi patih
amangkubumi (jabatan tertinggi di Majapahit
sesudah raja).
Sumpah Palapa                       Sumpah Palapa
Saat pelantikan Gajah Mada
menjadi patih amangkubumi
Gajah Mada mengucapkan
                               Sira Gajah Mada pepatih
Sumpah Palapa.                 amangkubumi tan ayun amukti
                               palapa, sira Gajah Mada:
Yang artinya adalah : bahwa
Gajah Mada sebagai patih       Lamun huwus kalah Nusantara
amangkubumi tidak ingin
melepas puasa, Gajah Mada      ingsun amukti palapa, lamun
berkata bahwa bila telah       kalah ring Gurun, ring Seram,
menguasai Nusantara, saya
melepas puasa, bila telah      Tanjungpura, ring Haru, Ring
mengalahkan Gurun, Seram,
Tanjung Pura, Haru, Pahang,    Pahang, Dampu, ring Bali,
Dompu, Bali, Sunda,            Sunda, Palembang, Tumasik,
Palembang, Tumasik,
demikianlah saya baru akan     samana ingsun amukti palapa
melepas puasa
Silsilah Kerajaan Majapahit
Kerajaan majapahit

More Related Content

Kerajaan majapahit

  • 1. Raja-Raja di Majapahit Kelompok 5 : Angelina Claudia Dennis Ardiansya Imanuel Manata Nisa Ghaisani
  • 3. Pemberontakan pertama terjadi pada tahun 1295 yang dilakukan oleh Rangga Lawe (Parangga Lawe) Bupati Tuban. Rangga Lawe memberontak karena tidak puas terhadap kebijaksanaan Kertarajasa yang dirasa kurang adil. Kedudukan Patih Majapahit seharusnya diberikan kepadanya. Namun, oleh Kertarajasa kedudukan itu telah diberikan kepada Nambi (anak Wiraraja). Pemberontakan Rangga Lawe dapat ditumpas dan ia tewas oleh Kebo Anabrang Lembu Sora, sahabat Rangga Lawe, karena tidak tahan melihat kematiannya, kemudian membunuh Kebo Anabrang. Peristiwa itu dijadikan alasan Mahapatih yang mempunyai ambisi politik besar di Majapahit menyusun strategi agar raja bersedia menghukum tindakan Lembu Sora Lembu Sora membangkang perintah raja dan mengadakan pemberontakan pada tahun 12981300. Lembu Sora gugur bersama sahabatnya, Jurudemung dan Gajah Biru.
  • 4. Raden Wijaya Setelah menjadi raja pertama, Raden Wijaya (Sri Kertarajasa Jayawardhana) kemudian memperistri keempat putri Kertanegara sehingga kekuasaan Singasari otomatis menjadi wilayah kekuasaan Majapahit. Banyak terjadi pemberontakan saat pemerintahannya. Pemberontakan dilakukan teman seperjuangannya yaitu Ranggalawe, Sora, dan Nambi karena tidak puas akan jabatan yang diberikan
  • 5. Sri Jayanegara Sri Jayanegara (Kala Gemet) memerintah Majapahit kurang lebih 19 tahun. Permasalahan politik yang terjadi selama pemerintahan Raden Wijaya sebagian besar pemberontakan dilakukan oleh pejabat kerajaan yaitu pemberontakan Juru Demung, Gajah Biru, Semi, dan Kuti. Masa pemerintahan Jayanegara berakhir tragis karena ia tewas terbunuh oleh seorang tabib istana.
  • 6. Tribhuanattunggadewi Tribhuanattunggadewi memerintah Majapahit kurang lebih 22 tahun. Pada masa pemerintahannya permasalahan politik masih sering muncul diantaranya pemberontakan Sadeng Tetapi pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh Gajah Mada yaitu Patih Daha lalu atas jasanya maka dia diangkat sebagai Patih Amangkubumi (jabatan tertinggi di Majapahit sesudah raja) Setelah dia wafat, tahta kerajaan diserahkan kepada putranya Hayam Wuruk
  • 7. Hayam Wuruk Hayam wuruk (Sri Rajasanegara) memerintah Majapahit selama 39 tahun. Bersama dengan Patih Amangkubumi Gajah Mada mereka menjadi dwitunggal yang membawa Majapahit pada puncaknya. Dibawah pemerintahannya mereka dapat menyatukan Nusantara tetapi dinodai perang bubat yang menyebabkan tewasnya putri dan Raja Pajajaran. Dan akhir kejayaan mereka saat Gajah Mada dan Hayam Wuruk meninggal dunia.
  • 8. Wikrama Wardhana Hayam Wuruk digantikan putrinya Kusumawardhani dan dia menikah dengan Wikrama Wardhana dan dia menjadi raja. Selain itu Hayam Wuruk mempunyai anak dari selir yaitu Wirabhumi . Saat Kusumawardhani wafat & Wikrama Wardhana ingin menjadii biksu. Wirabhumi ingin mengambil kesempatan itu hingga terjadi perang saudara (Perang Paregreg) yang menyebabkan Wirabhumi terbunuh dan akhirnya pemerintahan Majapahit semakin suram.
  • 9. Patih Gajah Mada Pada masa pemerintahannya Tribhuanattunggadewi terjadi pemberontakan, diantaranya pemberontakan Sadeng. Pada waktu itu Gajah Mada menjadi Patih Daha memadam pemberontakan. Atas jasanya Patih Amangkubumi Arya Tadah mengusulkan kepada ratu agar Gajah Mada mengganti kedudukannya menjadi patih amangkubumi (jabatan tertinggi di Majapahit sesudah raja).
  • 10. Sumpah Palapa Sumpah Palapa Saat pelantikan Gajah Mada menjadi patih amangkubumi Gajah Mada mengucapkan Sira Gajah Mada pepatih Sumpah Palapa. amangkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Yang artinya adalah : bahwa Gajah Mada sebagai patih Lamun huwus kalah Nusantara amangkubumi tidak ingin melepas puasa, Gajah Mada ingsun amukti palapa, lamun berkata bahwa bila telah kalah ring Gurun, ring Seram, menguasai Nusantara, saya melepas puasa, bila telah Tanjungpura, ring Haru, Ring mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Pahang, Dampu, ring Bali, Dompu, Bali, Sunda, Sunda, Palembang, Tumasik, Palembang, Tumasik, demikianlah saya baru akan samana ingsun amukti palapa melepas puasa