際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
KESULTANAN
TERNATE
ANDIKA PRATAMA
SUTTA RAMA
INDANA ZULFA
THATHIT DHADA
Latar Belakang terjadinya
perang dengan Portugis
 Portugis memaksakan monopoli perdagangan untuk mencukupi

kebutuhan di negaranya.
 Monopoli perdagangan yang dijalankan Portugis membuat

petani Ternate semakin menderita.
 Portugis telah ikut campur tangan dalam urusan pemerintahan
Ternate,dengan menangkap raja Ternate sebelumnya yaitu Raja
Tabariji.
 Keserakahan dan kesombongan Portugis yang memandang
rendah penduduk Ternate.
 Karena ternate ingin membalas dendam atas kematian ayahnya

(Sultan Khairun Jamil ) oleh orang-orang portugis karena telah
membunuhnya. yang di bawah pimpinan Lopez de Mosquita
pada tahun 20 februari 1570.
Kapan Perlawanan ini
berlangsung?
Perlawanan mulai terjadi sejak tahun
1533.
Siapa Pemimpin
Perlawanan ini?
Pemimpinnya adalah :
1. Sultan Dajalo
(1533  1564)
2. Sultan Khairun
(1565  1573)
3. Sultan Baabullah
(1577  1583)
Dimana Perlawanan ini
berlangsung?
Perlawanan ini berlangsung di Maluku.
Jalannya Peperangan


Pasca pembunuhan Sultan Khairun, Sultan Baabullah menuntut
penyerahan Lopez de Mesquita untuk diadili. Benteng  benteng
Portugis di Ternate yakni Tolucco, Santo Lucia dan Santo Pedro jatuh
dalam waktu singkat hanya menyisakan Benteng Sao Paulo
kediaman De Mesquita. Atas perintah Baabullah pasukan Ternate
mengepung benteng Sao Paulo dan memutuskan hubungannya
dengan dunia luar, suplai makanan dibatasi hanya sekedar agar
penghuni benteng bisa bertahan. Sultan Baabullah bisa saja
menguasai benteng itu dengan kekerasan namun ia tak tega karena
cukup banyak rakyat Ternate yang telah menikah dengan orang
Portugis dan mereka tinggal dalam benteng bersama keluarganya.
Karena tertekan Portugis terpaksa memecat Lopez de
Mesquita dan menggantinya dengan Alvaro de Ataide namun
langkah ini tidak berhasil meluluhkan Baabullah. Meskipun
bersikap lunak terhadap Portugis di Sao Paulo, Sultan Baabullah
tidak melupakan sumpahnya, ia mencabut segala fasilitas yang
diberikan sultan Khairun kepada Portugis terutama menyangkut
misi Jesuit. kedudukan Portugis di berbagai tempat digempur
habis  habisan, tahun 1571 pasukan Ternate berkekuatan 30
juanga yang memuat 3000 serdadu dibawah pimpinan Kapita
Kalakinka (Kalakinda) menyerbu Ambon dan berhasil
mendudukinya. Pasukan Portugis dibawah kapten Sancho de
Vasconcellos yang dibantu pribumi kristen berhasil memukul
mundur pasukan Ternate di pulau Buru untuk sementara namun
segera jatuh setelah Ternate memperbaharui serangannya
kembali dibawah pimpinan Kapita Rubuhongi.
Tahun 1575 seluruh kekuasaan Portugis di Maluku telah
jatuh dan suku-suku atau kerajaan pribumi yang mendukung
mereka telah berhasil ditundukkan hanya tersisa benteng Sao
Paulo yang masih dalam pengepungan. Selama lima tahun
orang-orang Portugis dan keluarganya hidup menderita dalam
benteng, terputus dari dunia luar sebagai balasan atas
penghianatan mereka. Sultan Baabullah akhirnya memberi
ultimatum agar mereka meninggalkan Ternate dalam waktu 24
jam. Mereka yang telah beristrikan pribumi Ternate
diperbolehkan tetap tinggal dengan syarat menjadi kawula
kerajaan. Kemenangan rakyat Ternate ini merupakan
kemenangan pertama putera-putera Nusantara atas kekuatan
barat dan oleh Buya Hamka kemenangan rakyat Ternate ini
dipuji sangat penting karena menunda penjajahan barat atas
nusantara selama 100 tahun.
Akhir dari Peperangan
 Demikianlah, tanggal 15 Juli 1575, orang Portugis

pergi secara memalukan dari Ternate, tak
satupun yang disakiti. Mereka kemudian
diperbolehkan menetap di Ambon hingga
1576, setelah itu sebagian dari mereka pergi ke
Malaka dan sebagian lagi ke Timor dimana
mereka menancapkan kekuasaan mereka
hingga 400 tahun kemudian.
Akibat dari Peperangan
 Dengan

kepergian orang, Portugis, Sultan Baabullah
menjadikan benteng Sao Paulo sebagai benteng sekaligus
istana, ia merenovasi dan memperkuat benteng tersebut
kemudian mengubah namanya menjadi benteng Gamalama.
Sultan Baabullah masih melanjutkan hubungan dagang
dengan bangsa barat termasuk Portugis dan mengizinkan
mereka menetap di Tidore, akan tetapi tanpa pemberian hak
istimewa, para pedagang barat diperlakukan sama dengan
pedagang  pedagang dari negeri lain dan mereka tetap
diawasi dengan ketat. Sultan Baabullah bahkan mengeluarkan
peraturan yang mewajibkan setiap bangsa Eropa yang tiba di
Ternate untuk melepaskan topi dan sepatu mereka, sekedar
untuk mengingatkan mereka agar tidak lupa diri.
 Sultan Baabullah tetap memelihara persekutuan

yang telah terbentuk dan sering mengadakan
kunjungan ke wilayah  wilayah yang mendukung
Ternate dan menuntut kesetiaan mereka terhadap
persekutuan yang dipimpinnya.
 Tahun 1580 Sultan Baabullah mengunjungi Makassar
dan mengadakan pertemuan dengan raja Gowa
Tunijallo, mengajaknya masuk Islam dan ikut serta
dalam persekutuan melawan Portugis dan Spanyol.
Sang raja tak langsung menyutujui ajakan Sultan
untuk memeluk Islam namun setuju untuk ikut
dalam persekutuan kemudian sebagai tanda
persahabatan Sultan Baabullah menghadiahkan
pulau Selayar kepada Raja Gowa.
 Dibawah pimpinan Sultan Baabullah, Ternate mencapai

puncak kejayaan, wilayah kekuasaan dan pengaruhnya
membentang dari Sulawesi Utara, tengah dan timur di
bagian barat hingga kepulauan Marshall dibagian
timur, dari Filipina (Selatan) di bagian utara hingga
sejauh kepulauan Kai dan Nusa Tenggara dibagian
selatan. Tiap wilayah atau daerah ditempatkan wakil 
wakil sultan atau yang disebut Sangaji. Sultan
Baabullah dijuluki penguasa 72 negeri yang
semuanya memiliki raja yang tunduk kepadanya
(sejarawan Belanda, Valentijn menuturkan secara rinci
nama-nama ke-72 negeri tersebut) hingga menjadikan
kesultanan Ternate sebagai kerajaan Islam terbesar di
Indonesia timur.
 Sultan Baab tetap melanjutkan kebijakan

ayahnya dengan menjalin persekutuan
dengan Aceh dan Demak untuk
mengenyahkan Portugis dari Nusantara.
Persekutuan Aceh  Demak  Ternate ini
merupakan simbol persatuan nusantara
karena ketiganya sebagai yang terbesar dan
terkuat di masa itu merangkai wilayah barat.
tengah dan timur nusantara dalam satu
ikatan persaudaraan, mewujudkan kembali
persatuan nusantara sejak keruntuhan
Majapahit.

More Related Content

Sultan Baabullah (Ternate)

  • 2. Latar Belakang terjadinya perang dengan Portugis Portugis memaksakan monopoli perdagangan untuk mencukupi kebutuhan di negaranya. Monopoli perdagangan yang dijalankan Portugis membuat petani Ternate semakin menderita. Portugis telah ikut campur tangan dalam urusan pemerintahan Ternate,dengan menangkap raja Ternate sebelumnya yaitu Raja Tabariji. Keserakahan dan kesombongan Portugis yang memandang rendah penduduk Ternate. Karena ternate ingin membalas dendam atas kematian ayahnya (Sultan Khairun Jamil ) oleh orang-orang portugis karena telah membunuhnya. yang di bawah pimpinan Lopez de Mosquita pada tahun 20 februari 1570.
  • 3. Kapan Perlawanan ini berlangsung? Perlawanan mulai terjadi sejak tahun 1533.
  • 4. Siapa Pemimpin Perlawanan ini? Pemimpinnya adalah : 1. Sultan Dajalo (1533 1564) 2. Sultan Khairun (1565 1573) 3. Sultan Baabullah (1577 1583)
  • 6. Jalannya Peperangan Pasca pembunuhan Sultan Khairun, Sultan Baabullah menuntut penyerahan Lopez de Mesquita untuk diadili. Benteng benteng Portugis di Ternate yakni Tolucco, Santo Lucia dan Santo Pedro jatuh dalam waktu singkat hanya menyisakan Benteng Sao Paulo kediaman De Mesquita. Atas perintah Baabullah pasukan Ternate mengepung benteng Sao Paulo dan memutuskan hubungannya dengan dunia luar, suplai makanan dibatasi hanya sekedar agar penghuni benteng bisa bertahan. Sultan Baabullah bisa saja menguasai benteng itu dengan kekerasan namun ia tak tega karena cukup banyak rakyat Ternate yang telah menikah dengan orang Portugis dan mereka tinggal dalam benteng bersama keluarganya.
  • 7. Karena tertekan Portugis terpaksa memecat Lopez de Mesquita dan menggantinya dengan Alvaro de Ataide namun langkah ini tidak berhasil meluluhkan Baabullah. Meskipun bersikap lunak terhadap Portugis di Sao Paulo, Sultan Baabullah tidak melupakan sumpahnya, ia mencabut segala fasilitas yang diberikan sultan Khairun kepada Portugis terutama menyangkut misi Jesuit. kedudukan Portugis di berbagai tempat digempur habis habisan, tahun 1571 pasukan Ternate berkekuatan 30 juanga yang memuat 3000 serdadu dibawah pimpinan Kapita Kalakinka (Kalakinda) menyerbu Ambon dan berhasil mendudukinya. Pasukan Portugis dibawah kapten Sancho de Vasconcellos yang dibantu pribumi kristen berhasil memukul mundur pasukan Ternate di pulau Buru untuk sementara namun segera jatuh setelah Ternate memperbaharui serangannya kembali dibawah pimpinan Kapita Rubuhongi.
  • 8. Tahun 1575 seluruh kekuasaan Portugis di Maluku telah jatuh dan suku-suku atau kerajaan pribumi yang mendukung mereka telah berhasil ditundukkan hanya tersisa benteng Sao Paulo yang masih dalam pengepungan. Selama lima tahun orang-orang Portugis dan keluarganya hidup menderita dalam benteng, terputus dari dunia luar sebagai balasan atas penghianatan mereka. Sultan Baabullah akhirnya memberi ultimatum agar mereka meninggalkan Ternate dalam waktu 24 jam. Mereka yang telah beristrikan pribumi Ternate diperbolehkan tetap tinggal dengan syarat menjadi kawula kerajaan. Kemenangan rakyat Ternate ini merupakan kemenangan pertama putera-putera Nusantara atas kekuatan barat dan oleh Buya Hamka kemenangan rakyat Ternate ini dipuji sangat penting karena menunda penjajahan barat atas nusantara selama 100 tahun.
  • 9. Akhir dari Peperangan Demikianlah, tanggal 15 Juli 1575, orang Portugis pergi secara memalukan dari Ternate, tak satupun yang disakiti. Mereka kemudian diperbolehkan menetap di Ambon hingga 1576, setelah itu sebagian dari mereka pergi ke Malaka dan sebagian lagi ke Timor dimana mereka menancapkan kekuasaan mereka hingga 400 tahun kemudian.
  • 10. Akibat dari Peperangan Dengan kepergian orang, Portugis, Sultan Baabullah menjadikan benteng Sao Paulo sebagai benteng sekaligus istana, ia merenovasi dan memperkuat benteng tersebut kemudian mengubah namanya menjadi benteng Gamalama. Sultan Baabullah masih melanjutkan hubungan dagang dengan bangsa barat termasuk Portugis dan mengizinkan mereka menetap di Tidore, akan tetapi tanpa pemberian hak istimewa, para pedagang barat diperlakukan sama dengan pedagang pedagang dari negeri lain dan mereka tetap diawasi dengan ketat. Sultan Baabullah bahkan mengeluarkan peraturan yang mewajibkan setiap bangsa Eropa yang tiba di Ternate untuk melepaskan topi dan sepatu mereka, sekedar untuk mengingatkan mereka agar tidak lupa diri.
  • 11. Sultan Baabullah tetap memelihara persekutuan yang telah terbentuk dan sering mengadakan kunjungan ke wilayah wilayah yang mendukung Ternate dan menuntut kesetiaan mereka terhadap persekutuan yang dipimpinnya. Tahun 1580 Sultan Baabullah mengunjungi Makassar dan mengadakan pertemuan dengan raja Gowa Tunijallo, mengajaknya masuk Islam dan ikut serta dalam persekutuan melawan Portugis dan Spanyol. Sang raja tak langsung menyutujui ajakan Sultan untuk memeluk Islam namun setuju untuk ikut dalam persekutuan kemudian sebagai tanda persahabatan Sultan Baabullah menghadiahkan pulau Selayar kepada Raja Gowa.
  • 12. Dibawah pimpinan Sultan Baabullah, Ternate mencapai puncak kejayaan, wilayah kekuasaan dan pengaruhnya membentang dari Sulawesi Utara, tengah dan timur di bagian barat hingga kepulauan Marshall dibagian timur, dari Filipina (Selatan) di bagian utara hingga sejauh kepulauan Kai dan Nusa Tenggara dibagian selatan. Tiap wilayah atau daerah ditempatkan wakil wakil sultan atau yang disebut Sangaji. Sultan Baabullah dijuluki penguasa 72 negeri yang semuanya memiliki raja yang tunduk kepadanya (sejarawan Belanda, Valentijn menuturkan secara rinci nama-nama ke-72 negeri tersebut) hingga menjadikan kesultanan Ternate sebagai kerajaan Islam terbesar di Indonesia timur.
  • 13. Sultan Baab tetap melanjutkan kebijakan ayahnya dengan menjalin persekutuan dengan Aceh dan Demak untuk mengenyahkan Portugis dari Nusantara. Persekutuan Aceh Demak Ternate ini merupakan simbol persatuan nusantara karena ketiganya sebagai yang terbesar dan terkuat di masa itu merangkai wilayah barat. tengah dan timur nusantara dalam satu ikatan persaudaraan, mewujudkan kembali persatuan nusantara sejak keruntuhan Majapahit.