Perlawanan terhadap Portugis di Ternate berlangsung dari 1533 hingga 1575 di bawah kepemimpinan Sultan Dajalo, Sultan Khairun, dan Sultan Baabullah. Perlawanan ini berakhir dengan kekalahan Portugis dan pengusiran mereka dari Ternate pada 1575, mengembalikan kemerdekaan perdagangan dan pemerintahan di kesultanan Ternate.
2. Latar Belakang terjadinya
perang dengan Portugis
Portugis memaksakan monopoli perdagangan untuk mencukupi
kebutuhan di negaranya.
Monopoli perdagangan yang dijalankan Portugis membuat
petani Ternate semakin menderita.
Portugis telah ikut campur tangan dalam urusan pemerintahan
Ternate,dengan menangkap raja Ternate sebelumnya yaitu Raja
Tabariji.
Keserakahan dan kesombongan Portugis yang memandang
rendah penduduk Ternate.
Karena ternate ingin membalas dendam atas kematian ayahnya
(Sultan Khairun Jamil ) oleh orang-orang portugis karena telah
membunuhnya. yang di bawah pimpinan Lopez de Mosquita
pada tahun 20 februari 1570.
6. Jalannya Peperangan
Pasca pembunuhan Sultan Khairun, Sultan Baabullah menuntut
penyerahan Lopez de Mesquita untuk diadili. Benteng benteng
Portugis di Ternate yakni Tolucco, Santo Lucia dan Santo Pedro jatuh
dalam waktu singkat hanya menyisakan Benteng Sao Paulo
kediaman De Mesquita. Atas perintah Baabullah pasukan Ternate
mengepung benteng Sao Paulo dan memutuskan hubungannya
dengan dunia luar, suplai makanan dibatasi hanya sekedar agar
penghuni benteng bisa bertahan. Sultan Baabullah bisa saja
menguasai benteng itu dengan kekerasan namun ia tak tega karena
cukup banyak rakyat Ternate yang telah menikah dengan orang
Portugis dan mereka tinggal dalam benteng bersama keluarganya.
7. Karena tertekan Portugis terpaksa memecat Lopez de
Mesquita dan menggantinya dengan Alvaro de Ataide namun
langkah ini tidak berhasil meluluhkan Baabullah. Meskipun
bersikap lunak terhadap Portugis di Sao Paulo, Sultan Baabullah
tidak melupakan sumpahnya, ia mencabut segala fasilitas yang
diberikan sultan Khairun kepada Portugis terutama menyangkut
misi Jesuit. kedudukan Portugis di berbagai tempat digempur
habis habisan, tahun 1571 pasukan Ternate berkekuatan 30
juanga yang memuat 3000 serdadu dibawah pimpinan Kapita
Kalakinka (Kalakinda) menyerbu Ambon dan berhasil
mendudukinya. Pasukan Portugis dibawah kapten Sancho de
Vasconcellos yang dibantu pribumi kristen berhasil memukul
mundur pasukan Ternate di pulau Buru untuk sementara namun
segera jatuh setelah Ternate memperbaharui serangannya
kembali dibawah pimpinan Kapita Rubuhongi.
8. Tahun 1575 seluruh kekuasaan Portugis di Maluku telah
jatuh dan suku-suku atau kerajaan pribumi yang mendukung
mereka telah berhasil ditundukkan hanya tersisa benteng Sao
Paulo yang masih dalam pengepungan. Selama lima tahun
orang-orang Portugis dan keluarganya hidup menderita dalam
benteng, terputus dari dunia luar sebagai balasan atas
penghianatan mereka. Sultan Baabullah akhirnya memberi
ultimatum agar mereka meninggalkan Ternate dalam waktu 24
jam. Mereka yang telah beristrikan pribumi Ternate
diperbolehkan tetap tinggal dengan syarat menjadi kawula
kerajaan. Kemenangan rakyat Ternate ini merupakan
kemenangan pertama putera-putera Nusantara atas kekuatan
barat dan oleh Buya Hamka kemenangan rakyat Ternate ini
dipuji sangat penting karena menunda penjajahan barat atas
nusantara selama 100 tahun.
9. Akhir dari Peperangan
Demikianlah, tanggal 15 Juli 1575, orang Portugis
pergi secara memalukan dari Ternate, tak
satupun yang disakiti. Mereka kemudian
diperbolehkan menetap di Ambon hingga
1576, setelah itu sebagian dari mereka pergi ke
Malaka dan sebagian lagi ke Timor dimana
mereka menancapkan kekuasaan mereka
hingga 400 tahun kemudian.
10. Akibat dari Peperangan
Dengan
kepergian orang, Portugis, Sultan Baabullah
menjadikan benteng Sao Paulo sebagai benteng sekaligus
istana, ia merenovasi dan memperkuat benteng tersebut
kemudian mengubah namanya menjadi benteng Gamalama.
Sultan Baabullah masih melanjutkan hubungan dagang
dengan bangsa barat termasuk Portugis dan mengizinkan
mereka menetap di Tidore, akan tetapi tanpa pemberian hak
istimewa, para pedagang barat diperlakukan sama dengan
pedagang pedagang dari negeri lain dan mereka tetap
diawasi dengan ketat. Sultan Baabullah bahkan mengeluarkan
peraturan yang mewajibkan setiap bangsa Eropa yang tiba di
Ternate untuk melepaskan topi dan sepatu mereka, sekedar
untuk mengingatkan mereka agar tidak lupa diri.
11. Sultan Baabullah tetap memelihara persekutuan
yang telah terbentuk dan sering mengadakan
kunjungan ke wilayah wilayah yang mendukung
Ternate dan menuntut kesetiaan mereka terhadap
persekutuan yang dipimpinnya.
Tahun 1580 Sultan Baabullah mengunjungi Makassar
dan mengadakan pertemuan dengan raja Gowa
Tunijallo, mengajaknya masuk Islam dan ikut serta
dalam persekutuan melawan Portugis dan Spanyol.
Sang raja tak langsung menyutujui ajakan Sultan
untuk memeluk Islam namun setuju untuk ikut
dalam persekutuan kemudian sebagai tanda
persahabatan Sultan Baabullah menghadiahkan
pulau Selayar kepada Raja Gowa.
12. Dibawah pimpinan Sultan Baabullah, Ternate mencapai
puncak kejayaan, wilayah kekuasaan dan pengaruhnya
membentang dari Sulawesi Utara, tengah dan timur di
bagian barat hingga kepulauan Marshall dibagian
timur, dari Filipina (Selatan) di bagian utara hingga
sejauh kepulauan Kai dan Nusa Tenggara dibagian
selatan. Tiap wilayah atau daerah ditempatkan wakil
wakil sultan atau yang disebut Sangaji. Sultan
Baabullah dijuluki penguasa 72 negeri yang
semuanya memiliki raja yang tunduk kepadanya
(sejarawan Belanda, Valentijn menuturkan secara rinci
nama-nama ke-72 negeri tersebut) hingga menjadikan
kesultanan Ternate sebagai kerajaan Islam terbesar di
Indonesia timur.
13. Sultan Baab tetap melanjutkan kebijakan
ayahnya dengan menjalin persekutuan
dengan Aceh dan Demak untuk
mengenyahkan Portugis dari Nusantara.
Persekutuan Aceh Demak Ternate ini
merupakan simbol persatuan nusantara
karena ketiganya sebagai yang terbesar dan
terkuat di masa itu merangkai wilayah barat.
tengah dan timur nusantara dalam satu
ikatan persaudaraan, mewujudkan kembali
persatuan nusantara sejak keruntuhan
Majapahit.