Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya menjadikan Al-Quran sebagai pedoman utama dalam kehidupan, agar dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dokumen juga menjelaskan bahwa kalimat tauhid hanya akan bermanfaat jika diikuti dengan taat dan patuh terhadap perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya yang dapat diketahui melalui Al-Quran dan sunnah Nabi.
2. 2
Jamah Jumat yang dimulyakan Allah.
Hanya kepada Allah sematalah kita panjatkan puji syukur atas limpahan
rahmat dan ni’mat yang telah dianugerahkan kapada kita berupa keiman, islam,
ihsan dan kesehatan, sehingga kita dapat melaksanakan tugas dan kewajiban
kita dalam jama’ah jum’ah yang penuh barokah ini dalam suasana ibadah dan
silaturrahmi diantara kita ummat islam. Marilah kita selalu meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan semua
perintahNya dan menjauhi semua larangan-laranganNya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
nabi besar Muhammad SAW, yang hingga kini keteladanannya masih tetap
aktual untuk diaplikasikan dari segala liku kehidupan umat manusia, yang
merindukan kedamaian dalam membangun tatanan kehidupan dunia dan
akhirat.
Hadirin yang berbahagia.
3. 3
Bayangkanlah bila suatu ketika ada seorang yang menjanjikan hadiah
berupa sebuah mewah lengkap dengan senua isinya. Begitu indah dan
sempurnanya rumah itu, sehingga baru membayangkannya saja kita sudah
merasakan suatu kenikmatan dan kebahagiaan tersendiri. Rumah itu terletak di
kota " A " dan kita diminta untuk pergi sendiri kesana. Diberinya kita sejumlah
ongkos untuk bekal selama perjalanan hingga sampai tujuan. Tetapi ditengah
perjalanan nanti kita diminta singgah dahulu disebuah kampong. Ya... sekedar
singgah sejenak.
Sungguh termasuk orang yang malang apabila sampai dikampung
tersebut kita malah terpana dan lalu menganggap kampung tersebut teramat
indah. Melihat gubuk disangka istana. Melihat kolam kecil disangka danau.
Bahkan melihat bakwan kita sangka praid cicken. Pendek kata, mata dan
penilaian kita menjadi kabur dan tertipu oleh fatamorgana kepanaan yang
menerpa.
Saking merasa senangnya kita dengan kampung itu, sampi-sampai lupa
dengan pesan semula bahwa kita hanya disuruh singgah sejenak saja. Kita
tinggal berlama-lama disana dan tentu saja ongkos pemberian yang cukup
sampai tujuan itu malah kita habiskan dikampung itu. Akibatnya, tidak usah
heran ketika yang menyuruh dan memberi ongkos akan murka tatkala
mengetahui kita ternyata tidak pergi kekota yang diminta.
4. 4
Nah, ketahuilah bahwa kota "A" itu tiada lain adalah akhirat, sedangkan
kampung yang kita hanya disuruh singgah sejenak itu tak lain adalah kampung
dunia ini.
Salahkah apabila Dia Yang Maha baik, yang telah menjanjikan Surga
Jannatun Na'im serta memberi bekal perjalanan yang cukup berupa karunia
nikmat rizki, tidak menyembunyikan "kekecewaannya" melihat tingkahlaku kita
yang tak pandai menjaga amanah, dengan berfirman,
" Merka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia,
sedang mereka tentang kehidupan akhirat adalah lalai" ( Ar Ruum: 7)
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, melainkan senda gurau dan main-
main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan kalau
mereka mengetahui" ( Al Ankabut: 64).
Jamaah Jumat yang dimulyakan Allah
5. 5
Salah satu prinsip dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat
adalah menanamkan kesadaran bahwa dalam kehidupan ini, sesungguhnya
memerlukan kendali/petunjuk., yang dengan petunjuk tersebut seseorang
diidealkan akan berlomba-lomba menuju titik kebajikan duniawi dan yang akan
mengantar seseorang pada titik kebajikan ukhrowi yang kekal, yaitu Surga
( ). Dan petunjuk yang dijamin kebenarannya, hanyalah petunjuk dari
Allah SWT. Sebagaimana firmannya :
Artinya: Inilah kitab Alquran yang isinya tiada sedikitpun keraguan dan
menjadi petunjuk bagi orang yang beriman (Al Baqarah: 2)
Jamaah Jumat yang dimulyakan Allah
Untuk dapat menjadikan Al qur’an sebagai petunjuk dan kendali, maka
seseorang seharusnya memahami makna kalimat Tauhid, ( . ) Kita
tahu bahwa dalam kurun waktu yang lama, kalimat Tauhid itu sering dimaknai
sebatas suatu kalimat yang jika banyak diucapkan –meski dengan tanpa ujud
perbuatan – akan dapat mengantarkan seseorang untuk meraih sorga Allah.
Kita juga tahu bahwa pada akhir-akhir ini, kalimat tersebut ternyata juga
dimaknai sebatas dasar keyakinan untuk membedakan keragaman orang dalam
beragama, meski dengan tanpa militansi dan istiqomah sikap. Ini semua
6. 6
sungguh merupakan pendangkalan makna atas kekuatan iman yang dibangun
atas dasar kalimat Tauhid tersebut. Yang pada kenyataannya, telah
menjatuhkan pamor umat Islam, baik dalam pandangan manusia ataupun
pandangan Allah SWT.
Hadirin yang berbahagia.
Semua itu bagi kita adalah sebagai tantangan dakwah yang harus kita
kembalikan pada kendali atau tuntunan yang seharusnya ada. Dalam satu
riwayat Rosulullah SAW bersabda :
Artinya : Barang siapa yang mengucapkan Laa Ilaaha Illa Allah dengan penuh
keikhlasan, akan dijamin masuk surga (mendengar itu para sahabat bertanya
): Apakah bukti keikhlasannya wahai Rasulullah ? Nabi SAW menjawab : Jika
kalimat tersebut dapat menjadi benteng bagi kamu dari apa-apa yang
diharamkan oleh Allah SWT.
7. 7
Hadirin yang berbahagia
Dari hadits di atas menjadi jelaslah, bahwa sorga sesungguhnya akan tetap kita
dapatkan dengan dasar kalimat Tauhid. Sejauh kita istiqomah dan teguh
menjaga diri dari segala yang dilarang oleh Allhah SWT. Apa-apa yang dilarang
Allah, hanyalah dapat kita ketahui melalui Al Quran dan sunnah Rasul-Nya.
Karenanya, marilah kita tumbuhkan semangat belajar untuk mengkaji kedua
sumber informasi wahyu tersebut, sehingga kita dapat mengetahui dengan
sesungguhnya tentang perintah dan larangan agama kita. Yang dengan
pengetahuan tersebut, kita bisa menjadikan kalimat Tauhid sebagai
benteng/pagar, agar kita tidak berbuat semau kita sendiri dan tidak terjerumus
melanggar larangan Allah SWT.
Diceritakan oleh Imam Thobroni dan ibnu Mardawaih yang menurut keterangan
Imam Syuyuthi, riwayat dari keduanya adalah La ba’sa bihi (artinya : Boleh
dipakai) Cerita itu bersumber dari Aisyah RA. Bahwa beberapa orang sahabat
yang selama itu mendampingi Nabi SAW berjuang dengan suka dan dukanya,
menyatakan kekelisahannya kepada Nabi SAW. Dalam percakapan itu seorang
sahabat berkata: Ya Rasulallah …. Teringat olehku akan kematianku dan
kematianmu . Sementara akuk pun mengerti, bahwa bahwa setelah masuk ke
Surga, niscaya derajatmu akan diangkat ke tempat derajat para nabi Allah. Dan
jika pun aku – diantar oleh amalan baikku – masuk ke dalam surga, maka aku
sangat takut, seandainya aku tidak akan dapat melihat engkau lagi.
8. 8
Mendengar kegundahan para sahabatnya itu. Rasulullah SAW terdiam dan
tidak menjawab kalimat sahabatnya yang mengharukan itu. Sampai akhirnya
Jibril membawa wahyu Allah SWT yang tertera dalam surat An Nisa’ ayat: 69-
70:
-
Artinya :Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasulnya, mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugrahi nikmat oleh Allah,
yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada’ dan para sholihin. Dan
mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang denmikian itu adalah
karunia dari Allah SWT dan cukuplah Alllah yang mengetahui (Annisa’ : 69-
70).
Walhasil, tampaknya wajib bagi siapapun untuk menyadari bahwasanya
tujuan hidup ini adalah beribadah kepada Allah SWT untuk memperoleh
kebahagiaan di dunia dan diakhirat;
9. 9
" Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. (Al-Qashas: 77).