Penelitian ini menguji lima pakan yang mengandung kromium berbeda untuk ikan lele dumbo (Clarias sp.) selama 60 hari. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar kromium 2,60 mg/kg pakan menghasilkan retensi protein dan lemak tertinggi serta laju pertumbuhan harian terbaik.
1. 171
KINERJA PERTUMBUHAN JUVENIL IKAN LELE DUMBO (Clarias sp.) YANG
DIBERI PAKAN DENGAN KANDUNGAN KROMIUM BERBEDA
Growth performance of African catfish (Clarias sp.) juvenile fed on the diets containing
various chromium content
H. Aryansyah, I. Mokoginta, & D. Jusadi
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680
ABSTRACT
This experiment was conducted to determine the effect of different dietary chromium level on the growth
performance of catfish (Clarias sp.) juvenile. Five experimental diets contain different chromium level,
namely diet A (as a control diet) 0.01; B 1.30; C 2.60; D 3.90 and E 5.20 mg/kg diet were used in this
experiment. Fish with body weight of 5.57 \ 0.01 g/ind, fed on the experimental diet, twice a day, at satiation.
Feeding trial was conducted for 60 days. Based on the evaluation of protein level of the whole body, protein
and lipid retention, daily growth rate and feed efficiency, it was concluded that the optimum dietary chromium
level for catfish juvenile was 2.60 mg/kg diet.
Keywords: chromium, growth, Clarias sp.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian kromium dengan level berbeda terhadap
pertumbuhan ikan lele (Clarias sp.) juvenil. Lima jenis pakan yang mengandung kromium berbeda, yaitu
pakan A (kontrol) 0,01; B 1,30; C 2,60; D 3,90 dan pakan E 5,20 mg/kg digunakan dalam penelitian ini. Ikan
dengan bobot 5,57 \ 0,01 g/ind., diberi pakan 2 kali sehari secara satiasi. Pemeliharaan ikan dilakukan selama
60 hari. Berdasarkan analisa retensi protein, kandungan protein dan retensi lemak dalam tubuh ikan lele,
disimpulkan bahwa kadar kromium yang optimum untuk juvenil ikan lele adalah 2,60 mg/kg pakan.
Kata kunci: kromium, pertumbuhan, Clarias sp.
PENDAHULUAN
Pada umumnya ikan kurang mampu
memanfaatkan karbohidrat. Ikan yang
bersifat karnivora dapat memanfaatkan
karbohidrat optimum pada tingkat 10,0-20,0
% dalam pakan dan ikan omnivora pada
tingkat 30,0-40,0 % dalam pakan (Wilson,
1994). Perbedaan kemampuan menggunakan
karbohidrat pada spesies yang berbeda
disebabkan oleh kemampuan organ
pencernaan ikan dalam mencerna karbohidrat
dan kemampuan sel untuk memanfaatkan
glukosa (Furuichi, 1988).
Pemanfaatan protein pakan akan optimal
kalau disertai seimbangnya energi protein
yang tepat pula. Energi non protein dari
lemak dan karbohidrat harus tersedia,
sehingga protein sebagian besar digunakan
untuk pertumbuhan. Hubungan antara
karbohidrat dan protein dikenal sebagai
^protein sparing effect ̄ dari karbohidrat
(NRC, 1983).
Untuk masuk ke dalam sel, glukosa perlu
dibantu oleh insulin. Beberapa penelitian
akhir-akhir ini menunjukkan bahwa aktivitas
insulin dapat ditingkatkan melalui pemberian
kromium dalam pakan. Kromium adalah
mikromineral yang dibutuhkan oleh tubuh.
Peranan utama kromium adalah dalam
keterlibatannya pada interaksi antara insulin
dan sel reseptor, hadir sebagai senyawa
kompleks yang disebut Glucose Tolerance
Factor (GTF) atau kromodulin. Kromodulin
memicu aktivitas insulin, membawa banyak
glukosa ke dalam sel. Sel-sel akan merubah
Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2): 171C176 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai
http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id
2. 172
glukosa menjadi energi. Tambahan energi ini
sebagai sumber untuk sintesis protein,
pertumbuhan jaringan, pemeliharaan sel dan
peningkatan fertilitas. Kromium sebagaimana
mestinya mikromineral esensial lainnya,
memiliki nilai kisaran tertentu agar berfungsi
secara optimal (Mertz, 1979).
Kromium (Cr) merupakan unsur logam
dengan nomor atom 24, mempunyai bobot
atom 51,9 dan bilangan oksidasi 2, 3 dan 6
(Anonim, 1986). Logam tersebut dapat
ditemukan di air dan tanah. Kromium
trivalen (Cr3+
) merupakan status oksidasi
yang paling stabil dan diperkirakan menjadi
yang terpenting bagi organisme. Daya serap
Cr3+
dapat ditingkatkan dengan keberadaan
vitamin C atau pembentukan chelate untuk
menghindari pengendapan pada lingkungan
basa seperti dalam usus halus (Groff dan
Gropper, 2000). Keracunan diakibatkan
kromium kurang terjadi (Underwood dan
Suttle, 1999). Hal tersebut dikarenakan
terjadinya bioreduksi Cr6+
menjadi Cr3+
yang
kurang beracun oleh berbagai organisme
(Underwood dan Suttle, 1999). Tingkat
toleransi hewan terhadap kromium Cr6+
sangat tinggi, yaitu hingga lebih dari 1000
mg/kg pakan bobot kering pakan dan bahkan
mencapai 3000 mg/kg pakan untuk Cr3+
(NRC, 1997; Underwood dan Suttle, 1999).
Subandiyono et al. (2004) mendapatkan
kadar kromium optimum dalam pakan ikan
gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang
menghasilkan kinerja pertumbuhan terbaik
adalah 1,3-1,5 mg/kg pakan. Kadar
kromium optimum dalam pakan ikan mas
(Cyprinus carpio Linn.) yang
menghasilkan pertumbuhan dan retensi
protein terbaik adalah 1,6-2,2 mg/kg pakan
(Mokoginta et al., 2005). Selanjutnya, pada
ikan nila (O. niloticus), pertumbuhan relatif
dan efisiensi pakan yang tidak berbeda nyata
akan tetapi retensi protein tertinggi
dihasilkan oleh pakan dengan kadar kromium
3,9 mg/kg pakan (Mokoginta et al., 2005).
Sedangkan penelitian Munawaroh (2004)
menunjukkan bahwa pemberian kromium
dengan kadar yang berbeda dalam pakan ikan
patin (Pangasius hypophthalmus) tidak
mempengaruhi pertumbuhan.
BAHAN DAN METODE
Pakan Uji
Pakan uji yang digunakan penelitian ini
adalah pakan buatan dalam bentuk pelet
kering. Pakan diberi kromium ragi pada
kadar yang berbeda sehingga pakan A, B, C,
D dan E masing-masing mengandung
kromium sebesar 0,01; 1,30; 2,60; 3,90 dan
5,20 mg/kg pakan. Komposisi proksimat
pakan (% bobot kering) dan energi pakan uji
untuk ikan lele dumbo (Clarias sp.) disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi proksimat pakan (% bobot kering) dan energi pakan uji untuk ikan lele
dumbo (Clarias sp.).
Keterangan
Perlakuan Pakan (mg Cr/kg pakan)
A (0,01) B (1,30) C (2,60) D (3,90) E (5,20)
Protein 29,80 29,98 29,82 29,52 29,38
Lemak 4,77 5,05 4,87 5,08 4,71
Kadar Abu 9,62 10,05 9,70 9,53 10,04
Serat Kasar 6,90 6,24 6,87 6,44 6,72
BETN 48,90 48,69 48,74 49,42 49,16
Energi/Protein (Kkal DE/g
protein)
9,06 9,09 9,07 9,25 9,14
Total Energi (Kkal DE/g) 2699,48 2725,68 2705,66 2731,10 2686,13
Kadar Cr (mg/kg pakan) 0,01 1,30 2,60 3,90 5,20
Kadar Air : 4,67 4,69 4,02 4,40 4,59
3. 173
Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data
Ikan yang digunakan pada penelitian ini
ialah ikan lele dumbo (Clarias sp.) yang
diambil pada tanggal 26 Oktober 2006 dari
Desa Babakan Ciseeng, Parung, Bogor.
Pemeliharaan ikan dilakukan di Laboratorium
Basah Nutrisi Ikan. Wadah berupa akuarium
digunakan sebanyak 15 buah dengan ukuran
45x40x35 cm (volume air 54 l) serta
ketinggian efektif air 30 cm. Sistem air
menggunakan sistem resirkulasi dan masing-
masing akuarium diberi aerasi. Setiap
akuarium diisi 10 ekor ikan dengan bobot
rata-rata 5,57 \ 0,01 g yang diadaptasi selama
seminggu sebelum dilakukan penelitian.
Setelah diadaptasi, ikan dipuasakan selama 24
jam. Ikan dipelihara 60 hari dengan pemberian
pakan 2 kali sehari yaitu pagi hari pukul 08.30
WIB dan sore hari 17.30 WIB secara satiasi
(at satiation; sekenyangnya).
Dasar akuarium disipon, air yang hilang
akibat penyiponan diganti dengan air yang
baru hingga volume yang sama. Selama
penelitian suhu air 29-30o
C; oksigen terlarut
4,80-6,20 ppm; pH 6,40-7,20; kadar NH3-N
0,025-0,048 ppm dan alkalinitas 67,32-81,28
ppm. Nilai kisaran di atas dapat menunjang
kehidupan dan pertumbuhan ikan lele.
Analisis Statistik
Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan
dan tiga ulangan. Untuk mengetahui pengaruh
antar perlakuan dengan menggunakan
ANOVA dan dilanjutkan uji Duncan pada
selang kepercayaan 95%. Analisis statistik
dengan menggunakan program SPSS 13.0.
Parameter yang dievaluasi secara statistik
adalah Konsumsi Pakan, Retensi Protein,
Retensi Lemak, Laju Pertumbuhan Harian,
Efisiensi Pakan dan Tingkat Kelangsungan
Hidup.
Analisis Kimia
Analisis proksimat tubuh ikan, bahan
pakan dan pakan uji dianalisis melalui
prosedur Takeuchi (1988). Analisis proksimat
tubuh ikan, analisis kandungan kromium
pakan uji, tubuh ikan dilakukan diawal dan
diakhir penelitian, untuk mengetahui
kandungan kromium dalam pakan serta
akumulasi kromium dalam tubuh ikan melalui
prosedur Takeuchi (1988).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Komposisi proksimat tubuh (% bobot
kering) dan kadar Cr tubuh ikan lele dumbo
(Clarias sp.) pada awal dan akhir penelitian
disajikan pada Tabel 2. Kadar protein dan
BETN tubuh meningkat hingga perlakuan D
sejalan dengan naiknya kadar Cr pakan dan
menurun pada perlakuan E. Kadar lemak
tubuh meningkat hingga perlakuan C sebesar
23,50 % dan menurun pada penambahan
kadar Cr yang lebih tinggi. Kadar Cr tubuh
naik sejalan dengan pemberian Cr pakan yang
semakin tinggi.
Tabel 2. Komposisi proksimat tubuh (% bobot kering) dan kadar Cr tubuh ikan lele dumbo
(Clarias sp.) pada awal dan akhir penelitian.
Perlakuan Pakan (mg Cr/kg pakan)
Keterangan Awal Akhir
A (0,01) B (1,30) C (2,60) D (3,90) E (5,20)
Protein (%) 46,67 56,84 \ 1,60 57,18 \ 1,10 58,12 \ 0,20 59,61 \ 0,37 56,94 \ 0,76
Lemak (%) 19,10 22,47 \ 0,22 22,76 \ 0,06 23,50 \ 0,39 23,35 \ 0,07 22,50 \ 0,04
BETN (%) 2,36 1,37 \ 0,46 1,45 \ 0,44 1,43 \ 0,23 1,53 \ 0,16 1,52 \ 0,11
Cr (mg/kg pakan) 0,21 0,36 \ 0,14 1,06 \ 0,12 2,22 \ 0,16 3,41 \ 0,32 4,63 \ 0,17
K. Air (%) 71,63 66,90 \ 0,33 66,77 \ 0,64 66,99 \ 0,82 66,78 \ 0,48 66,18 \ 0,34
4. 174
Parameter kinerja pertumbuhan berupa
nilai rata-rata bobot awal (BA), bobot akhir
(BAk), konsumsi pakan (KP), retensi protein
(RP), retensi lemak (RL), laju pertumbuhan
harian (LPH), efisiensi pakan (EP) dan
tingkat kelangsungan hidup (SR) disajikan
pada Tabel 3. Nilai konsumsi pakan berkisar
947,20-1007,99 g, perlakuan D lebih tinggi
dari perlakuan lainnya. Konsumsi pakan
cenderung menurun pada pemberian Cr lebih
dari 3,90 mg/kg pakan. Retensi protein
berkisar 35,17-46,01%, retensi protein
semakin meningkat sejalan dengan naiknya
kadar Cr pakan hingga perlakuan D dan
menurun pada penambahan kadar Cr yang
lebih tinggi, perlakuan C dan D lebih tinggi
dari perlakuan A, B dan E. Retensi lemak
berkisar 70,38-89,47%, retensi lemak
semakin meningkat sejalan dengan naiknya
kadar Cr pakan hingga perlakuan C dan
menurun pada penambahan kadar Cr yang
lebih tinggi, perlakuan C dan D sama dan
lebih tinggi dari perlakuan A, B dan E. Laju
pertumbuhan harian berkisar 4,37-4,64%,
perlakuan C dan D sama dan lebih tinggi dari
perlakuan A, B dan E. Efisiensi pakan
berkisar 65,69-78,55%, perlakuan C, D dan E
sama dan lebih tinggi perlakuan A dan B.
Pada penelitian ini adanya pemberian Cr
memberi pengaruh yang sama terhadap
tingkat kelangsungan hidup.
Pembahasan
Kromium adalah mikromineral yang
dibutuhkan oleh tubuh. Peranan utama
kromium adalah dalam keterlibatannya pada
interaksi antara insulin dan sel reseptor, hadir
sebagai senyawa kompleks yang disebut
Glucose Tolerance Factor (GTF) atau
kromodulin. Kromodulin memicu aktivitas
insulin, membawa banyak glukosa ke dalam
sel. Sel-sel akan merubah glukosa menjadi
energi. Tambahan energi ini sebagai sumber
untuk sintesis protein, pertumbuhan jaringan,
pemeliharaan sel dan peningkatan fertilitas.
Kromium sebagaimana mestinya
mikromineral esensial lainnya, memiliki nilai
kisaran tertentu agar berfungsi secara optimal
(Mertz, 1979).
Pada perlakuan A (kontrol) tanpa
pemberian kromium, pakan mengandung
kromium hanya 0,01 mg/kg pakan. Berarti
kromium dalam pakan yang ada kurang
memicu kerja insulin yang berakibat energi
dari karbohidrat kurang banyak tersedia
dalam tubuh. Hal ini yang menyebabkan
protein pakan yang dikatabolisme sebagai
sumber energi cukup besar dan yang
diretensi tubuh lebih kecil dari yang lain.
Tabel 3. Bobot awal (BA), bobot akhir (BAk), konsumsi pakan (KP), retensi protein (RP),
retensi lemak (RL), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP) dan tingkat
kelangsungan hidup (SR) ikan lele dumbo (Clarias sp.) yang diberi perlakuan selama
60 hari.
Parameter
Perlakuan Pakan (mg Cr/kg pakan)
A (0,01) B (1,30) C (2,60) D (3,90) E (5,20)
B. A (g) 55,74 \ 0,57 55,74 \ 0,58 55,78 \ 0,42 55,82 \ 0,62 55,65 \ 0,23
B. Ak (g) 676,38 \ 67,92 729,24 \ 47,25 789,24 \ 25,36 848,23 \ 60,54 728,85 \ 58,39
K P (g) 955,79 \ 58,94
ab
947,20 \ 40,60
ab
980,77 \ 56,07
ab
1007,99 \ 58,55
b
897,11 \ 35,82
a
R P (%) 35,17 \ 3,10
a
38,26 \ 3,21
ab
41,80 \ 2,49
bc
46,01 \ 3,47
c
39,47 \ 1,99
ab
R L (%) 70,38 \ 3,51
a
77,32 \ 2,57
b
89,47 \ 3,36
c
84,39 \ 3,56
c
75,82 \ 2,51
ab
L P H (%) 4,37 \ 0,06
a
4,44 \ 0,10
a
4,51 \ 0,07
ab
4,64 \ 0,14
b
4,44 \ 0,06
a
E P (%) 65,69 \ 2,09
a
71,33 \ 2,79
b
74,86 \ 2,25
bc
78,55 \ 1,55
c
75,46 \ 3,06
bc
S R (%) 93,33 \ 11,55
a
96,67 \ 5,77
a
100,00 \ 0,00
a
100,00 \ 0,00
a
96,67 \ 5,77
a
5. 175
Data retensi protein dan kadar protein tubuh
pada perlakuan A membuktikan hal ini. Data
perlakuan A berupa kadar protein tubuh
56,84% dan retensi protein 35,17%
menunjukkan kadar protein tubuh dan retensi
protein yang rendah ini juga akan
menghasilkan laju pertumbuhan yang rendah
pula (4,37%). Jumlah konsumsi pakan pada
perlakuan A (955,79%) sama dengan
perlakuan B, C, D, dan E sehingga efisiensi
pakan yang dihasilkan rendah pula (65,69%).
Jadi kadar kromium pada perlakuan A (0,01
mg/kg pakan) menghasilkan kerja insulin
yang tidak optimal.
Pada perlakuan B, C dan D dengan
adanya pemberian kromium yang semakin
besar menghasilkan protein tubuh yang
semakin tinggi; memicu nilai retensi protein
meningkat hingga perlakuan D dan menurun
pada perlakuan E. Kadar protein tubuh dan
retensi protein yang semakin tinggi tersebut
akan meningkatkan pula laju pertumbuhan
pada perlakuan B, C dan D. Jumlah pakan
yang dikonsumsi ikan pada perlakuan B dan
C sama dengan A dan E tetapi menghasilkan
efisiensi pakan yang lebih tinggi dari A dan
E. Pada perlakuan D pakan yang dikonsumsi
ikan paling tinggi sebesar 1007,99 g namun
karena diimbangi oleh laju pertumbuhan
yang lebih tinggi menghasilkan nilai efisiensi
pakan pun juga paling tinggi. Adanya
peningkatan kadar protein tubuh, retensi
protein, laju pertumbuhan harian dan
efisiensi pakan yang semakin meningkat
pada perlakuan B, C dan D ini
menggambarkan bahwa protein pakan dapat
ditingkatkan untuk sintesis protein tubuh
dengan adanya peningkatan pemanfaatan
karbohidrat sebagai sumber energi.
Pada perlakuan E, dengan adanya
pemberian kromium sebesar 5,20 mg/kg
pakan menghasilkan kadar protein tubuh
yang menurun menjadi 56,94% serta retensi
protein rendah pula. Nilai retensi protein
yang rendah ini akan mengakibatkan laju
pertumbuhan harian dan efisiensi pakan yang
rendah pula. Kemungkinan pada perlakuan E,
dengan adanya pemberian kromium yang
lebih tinggi mengakibatkan adanya gangguan
pada sistem metabolisme tubuh ikan atau
menurunnya respon biologis ikan.
Pemberian kromium pada kadar yang lebih
tinggi tidak selalu memberikan respon
biologis yang lebih baik, namun dapat sama
atau bahkan berakibat sebaliknya
(Underwood dan Suttle, 1999; Groff dan
Gropper, 2000; Subandiyono, et al. 2003;
Subandiyono, 2004). Menurut Underwood
dan Suttle (1999), sebagaimana mineral
esensial lainnya, kekurangan ataupun
kelebihan di luar kebutuhan optimalnya akan
menurunkan fungsi biologisnya. Berdasarkan
hasil berbagai parameter diatas maka dapat
disimpulkan bahwa kadar optimal kromium
dalam pakan ikan lele dumbo (Clarias sp.)
adalah 2,60 mg/kg pakan.
Kadar kromium optimum dalam
penelitian ini berbeda dari kadar optimum
ikan yang lain. Subandiyono et al. (2004)
mendapatkan kadar kromium optimum dalam
pakan ikan gurami (Osphronemus gouramy
Lac.) yang menghasilkan kinerja
pertumbuhan terbaik adalah 1,3-1,5 mg/kg
pakan. Kadar kromium optimum dalam
pakan ikan mas (Cyprinus carpio Linn.) yang
menghasilkan pertumbuhan dan retensi
protein terbaik adalah 1,6-2,2 mg/kg pakan
(Mokoginta et al., 2005). Selanjutnya, pada
ikan nila (O. niloticus), pertumbuhan relatif
dan efisiensi pakan yang tidak berbeda nyata
akan tetapi retensi protein tertinggi
dihasilkan oleh pakan dengan kadar kromium
3,9 mg/kg pakan (Mokoginta et al., 2005).
Sedangkan penelitian Munawaroh (2004)
menunjukkan bahwa pemberian kromium
dengan kadar yang berbeda dalam pakan ikan
patin (Pangasius hypophthalmus) tidak
mempengaruhi pertumbuhan.
KESIMPULAN
Pemberian kadar kromium 2,60 mg/kg
dalam pakan ikan lele dumbo (Clarias sp.)
secara efektif dan efisien mampu
menghasilkan kinerja pertumbuhan yang
terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1986. Longman dictionary of
scientific. Longman Group. Hongkong.
684 pp.
6. 176
Furuichi, M. 1988. Dietary requirements,
p.1-77. In Watanabe, T. (ed). Fish
nutrition and mariculture. JICA Text
book. The General Aquaculture Course.
Department of Aquaculture Biosiences.
Tokyo University of Fiseheries.
Groff and Gropper SS. 2000. Advanced
nutrition and human metabolism. 3rd
Edition. Wadsworth-Thomson Learning,
Balmount, USA. 584 pp.
Mertz, W. 1979. Chromium nutrition and
metabolism. Press. Amsterdam.
Nederlands, p. 1-14.
Mokoginta I., Hapsari F, Suprayudi MA.
2005a. Peningkatan retensi protein
melalui peningkatan efisiensi karbohidrat
pakan yang diberi kromium pada ikan
mas (Cyprinus carpio Linn.). J.
Akuakultur Indonesia, 3 (2) : 37-41.
Mokoginta I., Agustina VS, Utomo NBP.
2005b. Pengaruh kadar kromium pakan
yang berbeda terhadap retensi protein,
pertumbuhan dan kesehatan ikan nila
(Oreochromis niloticus). J. Ilmu-ilmu
Perairan dan Perikanan Indonesia, 12 (1):
33-37.
Munawaroh, M. 2004. Pengaruh kadar
kromium dalam pakan terhadap efisiensi
karbohidrat untuk meningkatkan retensi
protein dan pertumbuhan ikan patin
(Pangasius hypophthalmus). Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 35 hal.
National Research Council, 1983. Nutrient
requirement of warmwater fishes and
shellfishes. National Academy of Science
Press, Washington D.C. 102 pp.
Subandiyono, I. Mokoginta, Sutardi. 2003.
Pengaruh kromium dalam pakan terhadap
kadar glukosa darah, kuosien respiratori,
ekskresi NH3-N, dan pertumbuhan ikan
gurame (Osphronemus gouramy, Lac.).
Hayati, 10: 25-29.
Subandiyono, I. Mokoginta, E. Harris,
Sutardi. 2004. Peran suplemen kromium
ragi dalam pemanfaatan karbohidrat
pakan dan pertumbuhan ikan gurami
(Osphronemus gouramy, Lac.). Hayati,
11: 29-33.
Takeuchi T. 1988. Laboratory work chemical
evaluation of dietary nutrient, p.79-229.
In Watanabe, T. (Ed). Fish nutrient and
mariculture. JICA. Tokyo. Kanagawa
International Fisheries Training Centre,
JICA.
Underwood EJ, Suttle NF. 1999. The mineral
nutrition of livestock. 3rd
Ed. CABI Pub.,
Oxon, UK. 624 pp.
Wilson RP. 1994. Utilization of dietary
carbohydrate by fish. Aquaculture, 124:
67-80.