際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
KONEKSI ANTAR MATERI
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 10
MODUL 2.3
Heni Dwi Hartanti S.Pd.
Calon Guru Penggerak Angkatan 10
Konsep Coaching
secara Umum
Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada
solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach
memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman
hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee.
Coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk
memaksimalkan kinerjanya (Whitmore, 2003). Coaching sebagai
"bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk
memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya
melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran
dan proses kreatif. (International Coach Federation -ICF).
Prinsip Coaching
Saat ini dikembangkan salah satu model coaching yaitu TIRTA. Model
TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang
menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting
mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar
menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat
melakukan pendampingan kepada murid melalui pendekatan
coaching di komunitas sekolah dengan lebih mudah dan mengalir.
TIRTA merupakan singkatan dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan
Tanggung jawab.
Coaching memiliki beberapa prinsip, yaitu; fokus pada potensi,
coaching berfokus pada pengembangan potensi individu, bukan pada
kekurangannya. Kemitraan: coaching merupakan proses kolaboratif
antara coach dan coachee. Refleksi: coaching mendorong coachee
untuk melakukan refleksi diri. Pemberdayaan: coaching bertujuan
untuk memberdayakan coachee agar dapat mencapai tujuannya.
Coaching dalam
konteks
pendidikan
Keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan
kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun
anggota masyarakat.
Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching.
Dalam pelaksanaannya ada dua paradigma utama dalam menjalankan proses supervisi
akademik yang memberdayakan, yakni paradigma pengembangan kompetensi yang
berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu. Dalam paradigma berpikir
coaching, supervisor berperan sebagai mitra yang membantu guru untuk
mengembangkan potensinya. Paradigma tersebut di antaranya adalah fokus pada
pembelajar, memiliki kesadaran diri yang besar atau kuat, Memegang sikap keterbukaan
dan rasa ingin tahu yang tinggi, serta kemampuan dalam melihat peluang baru dan juga
berpikir ke depan. Supervisor menggunakan berbagai teknik coaching untuk membantu
guru dalam melakukan refleksi diri dan menemukan solusi atas permasalahan
pembelajaran yang dihadapinya yaitu : Pertanyaan terbuka, umpan balik, refleksi,
pemetaan kekuatan, pemetaan tantangan.
Pemikiran reflektif
terkait pengalaman
belajar
1. Emosi yang dirasakan adalah tercerahkan atas pengetahuan-pengetahuan baru akan
kemampuan dalam melakukan coaching serta termotivasi untuk lebih giat belajar
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kemampuan coaching untuk supervisi
akademik seperti : kemampuan kita sebagai coach untuk hadir penuh (presence),
mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot.
2. Terdapat beberapa tantangan untuk menerapkan praktik coaching secara
berkelanjutan dengan murid atau rekan sejawat. Membudayakan praktik coaching untuk
peningkatan hasil pembelajaran. Selain itu ada pula hal yang sudah baik yang diperoleh
yaitu pemahaman tentang materi coaching untuk supervisi akademik dan sudah
mempraktikkannya.
3. Hal yang perlu diperbaiki adalah langkah-langkah yang baik dan bijak pada
mengajukan pertanyaan yang berbobot kepada coachee serta mampu menghadirkan
perhatian penuh dengan baik saat coaching berlangsung.
Keterkaitan modul
2.1, 2.2, & 2.3
Keterkaitan coaching dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran social dan
emosi yaitu sebagai berikut. Di dalam pembelajaran berdiferensiasi terdapat pemetaan
kebutuhan belajar yang dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu pembelajaran harus
disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar, sehingga pembelajaran dapat
mengakomodir kebutuhan individu murid. Pemetaan ini dapat digunakan oleh seorang
coach sebagai data untuk memaksimalkan potensi coacheenya.
Selanjutnya di dalam pembelajaran sosial emosional terdapat pengetahuan serta
kegiatan untuk melatih menghadirkan presence yang bisa kita lakukan adalah dengan
melakukan kegiatan STOP dan Mindful Listening serta berbagai teknik lainnya yang
sangat bermanfaat. Namun setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk dapat
menghadirkan presence. Oleh karena itu, penting bagi coach untuk dapat menemukan
tekniknya sendiri dalam menghadirkan presence saat sebelum dan selama melakukan
coaching.
Peran seorang Calon Guru Penggerak sebagai seorang coach di sekolah dan
keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran
berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi :
Seorang guru penggerak harus mampu berperan sebagai pemimpin pembelajaran yang
dapat menerapkan pendidikan yang berpihak pada murid. Hal tersebut dapat terlaksana
dengan baik bila guru paham secara utuh dan mampu mengembangkan segala potensi
yang dimiliki murid maupun rekan sejawatnya. Agar dapat mengembangkan potensi-
potensi tersebut Guru penggerak harus memiliki ketrampilan sosial dan emosional yang
baik. Seperti kesadaran diri serta kesadaran sosial yang baik ketika melakukan coaching.
Harus mampu menahan diri dan keinginan untuk berkomentar yang menjudgment sang
coachee.
Semoga kita dapat menjadi
pemelajar sepanjang hayat serta
selalu sabar dan tekun dalam
membimbing dan menuntun
potensi-potensi yang dimiliki oleh
peserta didik! Salam sehat dan
bahagia!
Terimakasih

More Related Content

Koneksi Antar Materi 2.3 guru penggerak.pptx

  • 1. KONEKSI ANTAR MATERI Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 10 MODUL 2.3
  • 2. Heni Dwi Hartanti S.Pd. Calon Guru Penggerak Angkatan 10
  • 4. Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya (Whitmore, 2003). Coaching sebagai "bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif. (International Coach Federation -ICF).
  • 6. Saat ini dikembangkan salah satu model coaching yaitu TIRTA. Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan pendampingan kepada murid melalui pendekatan coaching di komunitas sekolah dengan lebih mudah dan mengalir. TIRTA merupakan singkatan dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab. Coaching memiliki beberapa prinsip, yaitu; fokus pada potensi, coaching berfokus pada pengembangan potensi individu, bukan pada kekurangannya. Kemitraan: coaching merupakan proses kolaboratif antara coach dan coachee. Refleksi: coaching mendorong coachee untuk melakukan refleksi diri. Pemberdayaan: coaching bertujuan untuk memberdayakan coachee agar dapat mencapai tujuannya.
  • 8. Keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching. Dalam pelaksanaannya ada dua paradigma utama dalam menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu. Dalam paradigma berpikir coaching, supervisor berperan sebagai mitra yang membantu guru untuk mengembangkan potensinya. Paradigma tersebut di antaranya adalah fokus pada pembelajar, memiliki kesadaran diri yang besar atau kuat, Memegang sikap keterbukaan dan rasa ingin tahu yang tinggi, serta kemampuan dalam melihat peluang baru dan juga berpikir ke depan. Supervisor menggunakan berbagai teknik coaching untuk membantu guru dalam melakukan refleksi diri dan menemukan solusi atas permasalahan pembelajaran yang dihadapinya yaitu : Pertanyaan terbuka, umpan balik, refleksi, pemetaan kekuatan, pemetaan tantangan.
  • 10. 1. Emosi yang dirasakan adalah tercerahkan atas pengetahuan-pengetahuan baru akan kemampuan dalam melakukan coaching serta termotivasi untuk lebih giat belajar mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kemampuan coaching untuk supervisi akademik seperti : kemampuan kita sebagai coach untuk hadir penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot. 2. Terdapat beberapa tantangan untuk menerapkan praktik coaching secara berkelanjutan dengan murid atau rekan sejawat. Membudayakan praktik coaching untuk peningkatan hasil pembelajaran. Selain itu ada pula hal yang sudah baik yang diperoleh yaitu pemahaman tentang materi coaching untuk supervisi akademik dan sudah mempraktikkannya. 3. Hal yang perlu diperbaiki adalah langkah-langkah yang baik dan bijak pada mengajukan pertanyaan yang berbobot kepada coachee serta mampu menghadirkan perhatian penuh dengan baik saat coaching berlangsung.
  • 12. Keterkaitan coaching dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran social dan emosi yaitu sebagai berikut. Di dalam pembelajaran berdiferensiasi terdapat pemetaan kebutuhan belajar yang dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar, sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu murid. Pemetaan ini dapat digunakan oleh seorang coach sebagai data untuk memaksimalkan potensi coacheenya. Selanjutnya di dalam pembelajaran sosial emosional terdapat pengetahuan serta kegiatan untuk melatih menghadirkan presence yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan kegiatan STOP dan Mindful Listening serta berbagai teknik lainnya yang sangat bermanfaat. Namun setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk dapat menghadirkan presence. Oleh karena itu, penting bagi coach untuk dapat menemukan tekniknya sendiri dalam menghadirkan presence saat sebelum dan selama melakukan coaching.
  • 13. Peran seorang Calon Guru Penggerak sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi : Seorang guru penggerak harus mampu berperan sebagai pemimpin pembelajaran yang dapat menerapkan pendidikan yang berpihak pada murid. Hal tersebut dapat terlaksana dengan baik bila guru paham secara utuh dan mampu mengembangkan segala potensi yang dimiliki murid maupun rekan sejawatnya. Agar dapat mengembangkan potensi- potensi tersebut Guru penggerak harus memiliki ketrampilan sosial dan emosional yang baik. Seperti kesadaran diri serta kesadaran sosial yang baik ketika melakukan coaching. Harus mampu menahan diri dan keinginan untuk berkomentar yang menjudgment sang coachee.
  • 14. Semoga kita dapat menjadi pemelajar sepanjang hayat serta selalu sabar dan tekun dalam membimbing dan menuntun potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik! Salam sehat dan bahagia! Terimakasih