Dokumen tersebut membahas konsep dasar desain pembelajaran yang mencakup pengertian, komponen, teori-teori pembelajaran, dan model-model desain pembelajaran. Dokumen tersebut menjelaskan bahwa desain pembelajaran bertujuan untuk merancang lingkungan pembelajaran yang efektif dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, tujuan pembelajaran, strategi, bahan ajar, dan penilaian berdasarkan teori-teori pembel
2. Pokok Pembahasan :
A.Pengertian Desain Pembelajaran
B. Komponen Desain Pembelajaran
C. Teori Teori Pembelajaran dalam
Desain Pembelajaran
D. Model Desain Pembelajaran beserta
Karakteristiknya .
3. A. Pengertian Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut
pandang, antara lain :
Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian
dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran
dan pelaksanaannya.
Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan
spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan
situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala
makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai
tingkatan kompleksitas.
Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan
sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta
prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Sebagai proses, desain pembelajaran adalah pengembangan
pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori
pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. (Syaiful Sagala
, 2005 : 136)
4. Dengan demikian...
Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media
teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar
dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif
antara guru dan peserta didik.
Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman
peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan
merancang "perlakuan" berbasis-media untuk
membantu terjadinya transisi.
Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori
belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat
terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau
dalam latar berbasis komunitas.
5. B. Komponen Utama Desain Pembelajaran :
1. Pembelajar (pihak yg mjd fokus) meliputi : karakteristik
mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
2. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) adalah
penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
3. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis
topik atau materi yang akan dipelajari
4. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam
kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan pemb.
5. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan
kepada pembelajar
6. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau
kompetensi yg sudah dikuasai atau belum.
6. C. Teori-teori Pembelajaran yang mendasari
Desain Pembelajaran adalah :
1. Behaviorisme
2. Kognitivisme
3. Konstruktivisme.
7. Berdasarkan Penelitian. . .
lingkungan pembelajaran yang bermedia
teknologi dapat meningkatkan nilai para
pelajar, sikap mereka terhadap belajar, dan
evaluasi dari pengalaman belajar mereka.
Teknologi juga dapat membantu untuk
meningkatkan interaksi antar pengajar dan
pelajar, dan membuat proses belajar yang
berpusat pada pelajar (student oriented).
8. Dengan kata lain,..
Penggunaan Teknologi dan media (audio visual atau
komputer media) dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengalaman belajar yang lebih luas.
Guru sebagai pengembang media pembelajaran harus
mengetahui perbedaan pendekatan-pendekatan dalam
belajar agar dapat memilih strategi pembelajaran yang
tepat.
Strategi pembelajaran harus dipilih untuk memotivasi
para pembelajar, memfasilitasi proses
belajar, membentuk manusia seutuhnya, melayani
perbedaan individu, mengangkat belajar
bermakna, mendorong terjadinya interaksi, dan
memfasilitasi belajar kontekstual,
9. 1. Teori Behaviorisme
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984)
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon
(Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan
respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut.
Behaviorisme memandang fikiran sebagai kotak hitam dalam merespon
rangsangan yang dapat diobsevasi secara kuantitatif, dan mengabaikan
proses berfikir yang terjadi dalam otak.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon
dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan
semakin kuat.
10. Implementasi prinsip behavioris dalam mendesain pembelajaran :
a. Siswa harus diberitahu secara eksplisit outcome belajar
sehingga mereka dapat mensetting harapan-harapan mereka dan
menentukan apakah dirinya telah mencapai outcome dari
pembelajaran online atau tidak.
b. Pembelajar harus diuji apakah mereka telah mencapai outcome
pembelajaran atau tidak. Tes dilakukan untuk mencek tingkat
pencapaian pembelajar dan untuk memberi umpan balik yang
tepat.
c. Materi belajar harus diurutkan dengan tepat untuk
meningkatkan belajar. Urutan dapat dimulai dari bentuk yang
sederhana ke yang kompleks, dari yang diketahui sampai yang
tidak diketahui dan dari pengetahuan sampai penerapan.
d. Pembelajar harus diberi umpan balik, sehingga mereka dapat
mengetahui bagaimana melakukan tindakan koreksi jika
diperlukan.
11. 2.Teori Kognitivisme
Menurut ahli jiwa aliran kognitivis :
tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada
kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan
situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Teori belajar kognitiv lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks.
Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.
Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu
berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
12. Kognitivisme membagi tipe-tipe pembelajar, yaitu:
1) Pembelajar tipe pengalaman-konkret lebih menyukai
contoh khusus dimana mereka bisa terlibat dan mereka
berhubungan dengan teman- temannya, dan bukan dengan
orang-orang dalam otoritas itu;
2) Pembelajar tipe observasi reflektif suka mengobservasi
dengan teliti sebelum melakukan tindakan;
3) Pembelajar tipe konsepsualisasi abstrak lebih suka bekerja
dengan sesuatu dan symbol-simbol dari pada dengan
manusia. Mereka suka bekerja dengan teori dan melakukan
analisis sistematis.
4) Pembelajar tipe eksperimentasi aktif lebih suka belajar
dengan melakukan paktek proyek dan melalui kelompok
diskusi. Mereka menyukai metode belajar aktif dan
berinteraksi dengan teman untuk memperoleh umpan balik
dan informasi.
13. Implementasi prinsip kognitivis dalam mendesain pembelajaran :
a. Materi pembelajaran harus memasukan aktivitas gaya belajar yang
berbeda, sehingga siswa dapat memilih aktivitas yang tepat berdasarkan
kecenderungan gaya berlajarnya.
b. Sebagai tambahan aktivitas, dukungan secukupnya harus diberikan
kepada siswa dengan perbedaan gaya belajar. Siswa dengan perbedaan gaya
belajar memiliki perbedaan pilihan terhadap dukungan, sebagai
contoh, assimilator lebih suka kehadiran instruktur yang tinggi. Sementara
akomodator lebih suka kehadiran instruktur yang rendah.
c. Informasi harus disajikan dalam cara yang berbeda untuk mengakomodasi
berbedaan individu dalam proses dan memfasilitasi transfer ke long-term
memory. d. Pembelajar harus dimotivasi untuk belajar, tanpa
memperdulikan sebagaimana efektif materi, jika pembelajar tidak
dimotivasi mereka tidak akan belajar.
e. Pada saat belajar, pembelajar harus diberi kesempatan untuk merefleksi
apa yang mereka pelajari. Bekerja sama dengan pembelajar lain, dan
mengecek kemajuan mereka.
f. Psikologi kognitif menyarankan bahwa pembelajar menerima dan
memproses informasi untuk ditransfer ke long term memory untuk
disimpan.
14. 3. Teori Konstruktivisme
Penekanan pokok pada konstruktivis adalah situasi
belajar, yang memandang belajar sebagai yang kontekstual.
Aktivitas belajar yang memungkinkan pembelajar
mengkontekstualisasi informasi harus digunakan dalam
mendesain sebuah media pembelajaran. Jika informasi
harus diterapkan dalam banyak konteks, maka strategi
belajar yang mengangkat belajar multi-kontekstual harus
digunakan untuk meyakinkan bahwa pembelajar pasti
dapat menerapkan informasi tersebut secara luas.
Belajar adalah bergerak menjauh dari pembelajaran satu-
cara ke konstruksi dan penemuan pengetahuan.
15. Implementasi prinsip konstruktivis pada on-line learning
adalah sebagai berikut :
a. Belajar harus menjadi suatu proses aktif. Menjaga pembelajar tetap aktif
melakukan aktivitas yang bermakna menghasilkan proses tingkat tinggi, yang
memfasilitasi penciptaan makna personal.
b. Pembelajar mengkonstruksi pengetahuan sendiri bukan hanya menerima apa
yang diberi oleh instruktur. Konstruksi pengetahuan difasilitasi oleh pembelajaran
interaktif yang bagus, karena siswa harus mengambil inisiatif untuk berinteraksi
dengan pembelajar lain dan dengan instruktur, dan karena agenda belajar dikontrol
oleh pembelajar sendiri.
c. Bekerja dengan pembelajar lain memberi pembelajar pengalaman kehidupan
nyata melalui kerja kelompok, dan memungkinkan mereka menggunakan
keterampilan meta- kognitif mereka.
d. Pembelajar harus diberi control proses belajar.
e. Pembelajar harus diberi waktu dan kesempatan untuk refleksi. Pada saat belajar
online siswa perlu merefleksi dan menginternalisasi informasi.
f. Belajar harus dibuat bermakna bagi siswa. Materi belajar harus memasukan
contoh-contoh yang berhubungan dengan pembelajar sehingga mereka dapat
menerima informasi yang diberikan.
g. Belajar harus interaktif dan mengangkat belajar tingkat yang lebih tinggi dan
kehadiran sosial, dan membantu mengembangkan makna personal. Pembelajar
menerima materi pelajaran melalui teknologi, memproses informasi, dan kemudian
mempersonalisasi dan mengkontekstualisasi informasi tersebut.
16. D. Model-model Desain Pembelajaran
Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke
dalam :
1. model berorientasi kelas, biasanya ditujukan untuk mendesain
pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua
jam pelajaran atau lebih. Contoh : Model ASSURE.
2. model berorientasi sistem, model desain pembelajaran untuk
menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya
luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah, dll.
Contoh : Model ADDIE
3. model berorientasi produk,
4. model prosedural dan
5. model melingkar.
17. 1. Model berorientasi kelas,
biasanya ditujukan untuk mendesain
pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya
dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih.
Contoh : Model ASSURE.
19. 2. Model beroreintasi sistem yaitu
model desain pembelajaran untuk
menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang
cakupannya luas, seperti desain sistem suatu
pelatihan, kurikulum sekolah, dll.
Contoh : Model ADDIE.
21. 3.Model berorientasi produk (Hannafin and Peck )
Model Hannafin and Peck ini digunakan untuk
menghasilkan suatu produk, biasanya media
pembelajaran,contoh video pembelajaran, multimedia
pembelajaran, atau modul.
Tahap-tahap dalam model Hannafin and Peck adalah :
a. tahap analisis kebutuhan,
b. tahap desain
c. tahap pengembangan dan implementasi.
Penilaian dan evaluasi dilaksanakan dalam setiap tahap.
26. Finally...
Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya
dapat menguntungkan kita, beberapa
keuntungan itu antara lain adalah kita dapat
memilih dan menerapkan salah satu model
desain pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik yang kita hadapi di lapangan, selain
itu juga, kita dapat mengembangkan dan
membuat model turunan dari model-model yang
telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan
mengembangkan desain yang telah ada untuk
dicobakan dan diperbaiki.
27. Referensi :
ADDIE Instructional Design Model. Retrived December 20 2006. from
http://itsinfo.tamu.edu/workshops/handouts/pdf_handouts/addie.pdf
Braxton, S. (2003). General Instructional Design Phases. Retrieved on November
24th, 2006 from
http://www.futureu.com/publications/braxton/general_phases.html
Driscoll, M. (2005). Psychology of learning for instruction (3rd ed). Boston: Allyn &
Bacon.
Grabe & Grabe. (2006). Integrating Technology for Meaningful Learning 5th
Edition, Newyork: Houghton Mifflin Company
Hannafin, M.J. & Peck, K.L. 1988. The design, development, and evaluation of
instructional software. New York: Mc Millan Publishing Company
Heinich, Molenda, Russell, Smaldino. (2005). Instructional technology and media
for learning 8th edition. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall
Newby, T. J. et al., 2006. Educational technology for teaching and learning 3rd
edition. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall
Sharp, V. 2005. Computer education for teachers: Integrating technology into
classroom teaching. New York: Mc Graw Hill
Toh Seong Chong. 2006. Designing effective interactive multimedia courseware:
Use and misuse. Retrieved on 13th December 2006 from
http://210.187.10.244/moodle/
Sagala Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung : Alfabeta