際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Konsep
Digitalisasi Rantai
Pasok
dalam
Pelayanan Makanan
Bergizi Gratis (MBG)
2024
..
TD.NABABAN
- EXECUTIVE SUMMARY -
EXECUTIVE SUMMARY
Tujuan  Sasaran  Manfaat
WHO
(Siapa yang terlibat?)
 Penerima manfaat:
Anak sekolah, ibu hamil, ibu
menyusui dan balita, terutama
dari keluarga kurang mampu.
 Pelaksana:
Pemerintah pusat dan daerah,
sekolah, petugas kesehatan, dan
komunitas.
 Pemberi dana:
Pemerintah, donatur, dan pihak
swasta.
 Pemangku kepentingan
lainnya: Produsen pangan,
distributor, ahli gizi, dan
akademisi.
WHAT
(Apa yang terjadi?)
 Permasalahan:
 Kurangnya akses terhadap makanan
bergizi bagi kelompok rentan.
 Tingginya angka stunting dan
kekurangan gizi pada anak.
 Kualitas makanan yang kurang
memenuhi standar gizi.
 Inefisiensi dalam distribusi dan
pengelolaan program.
 Tujuan:
 Meningkatkan status gizi
masyarakat, terutama anak-anak.
 Mencegah stunting dan
underweight.
 Meningkatkan prestasi belajar.
 Memberdayakan ekonomi lokal.
WHEN
(Kapan peristiwa terjadi?)
 Pelaksanaan program:
Berlangsung terus-menerus,
namun intensitas dan cakupan
dapat berbeda-beda
tergantung kebijakan
pemerintah.
 Evaluasi program:
Dilakukan secara berkala untuk
mengukur keberhasilan dan
mengidentifikasi kendala.
WHERE
(Di mana peristiwa terjadi?)
 Lokasi:
Seluruh wilayah Indonesia,
terutama daerah dengan
prevalensi stunting tinggi dan
akses terbatas terhadap
makanan bergizi.
 Tempat pelaksanaan:
Sekolah, puskesmas,
posyandu, dan komunitas.
WHY
(Mengapa peristiwa terjadi?)
 Penyebab:
 Kemiskinan,
ketidaksetaraan, dan
kurangnya pengetahuan
tentang gizi.
 Sistem distribusi pangan
yang belum efektif.
 Kurangnya koordinasi
antar lembaga.
 Anggaran yang terbatas.
TARGET SOLUSI
Beberapa target solusi yang dapat diusulkan
sebagai referensi dalam mengatasi
permasalahan program MBG diantaranya
adalah:
PENINGKATAN AKSES:
 Memperluas cakupan
program ke daerah-
daerah tertinggal,
meningkatkan jumlah
penerima manfaat,
dan memastikan
ketersediaan
makanan bergizi di
sekolah dan fasilitas
kesehatan.
PENINGKATAN
KUALITAS:
 Meningkatkan
kualitas makanan
yang disajikan
dengan
memperhatikan
kandungan gizi,
keamanan pangan,
dan variasi menu.
PENGUATAN SISTEM
DISTRIBUSI:
 Memperbaiki sistem
logistik dan
penyimpanan
makanan, serta
melibatkan
masyarakat dalam
pengelolaan program.
PENINGKATAN
KOORDINASI:
 Memperkuat
koordinasi antar
lembaga pemerintah,
sekolah, dan
komunitas untuk
memastikan
pelaksanaan program
yang efektif.
PENINGKATAN
KESADARAN:
 Melakukan kampanye
sosialisasi tentang
pentingnya gizi bagi
tumbuh kembang
anak, ibu hamil dan
ibu menyusui.
PEMANTAUAN DAN
EVALUASI:
 Melakukan
pemantauan dan
evaluasi secara
berkala untuk
mengukur
keberhasilan program
dan melakukan
perbaikan jika
diperlukan.
EXECUTIVE SUMMARY
Kerangka Analisa 5W (Who, What, When, Where, Why)
- OUR UNDERSTANDING -
POSISI TERHADAP STANDAR INTERNASIONAL
 Stunting: Secara global, stunting mempengaruhi
sekitar 22,3% anak di bawah 5 tahun pada tahun
2022. Indonesia sedikit di atas rata-rata global
dengan 21,6%.
 Wasting: Prevalensi wasting global adalah sekitar
6,8% pada tahun 2022, sementara Indonesia
sedikit lebih tinggi dengan 7,1%.
 Overweight: Prevalensi overweight global adalah
sekitar 5,6% pada tahun 2022, sedangkan
Indonesia lebih tinggi dengan 8%.
PERBANDINGAN DENGAN NEGARA LAIN
 Konsumsi Protein: Rata-rata konsumsi protein per
kapita di Indonesia adalah 62 gram per hari, lebih
rendah dibandingkan dengan negara-negara
tetangga seperti Malaysia (159 gram), Thailand
(141 gram), dan Filipina (93 gram).
 Ketahanan Pangan: Indonesia berada di peringkat
63 dunia dalam indeks ketahanan pangan, di
bawah negara-negara seperti Vietnam dan
Malaysia.
PROFIL GIZI NASIONAL
STUNTING
21,6% (th. 2022)
Sebelumnya (th. 2021): 24,4%
*Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) Global Comparison
21,6%
(Indonesi
a)
VS 22,3%
(Global)
WASTING
7,1% (th. 2022)
*Prevalensi Wasting (berat
badan rendah terhadap tinggi
badan)
Global Comparison
7,1%
(Indonesi
a)
VS 6,8%
(Global)
OVERWEIGHT
8% (anak < 5th)
*Prevalensi Overweight
(kelebihan berat badan) Global Comparison
8%
(Indonesi
a)
VS 5,6%
(Global)
*Sumber: ayosehat.kemkes.go.id
*Sumber: data.unicef.org *Sumber: ayosehat.kemkes.go.id; data.unicef.org
Fakta Tingkat Gizi Nasional Indonesia
Profil Gizi Nasional
EKOSISTEM SATUAN PELAYANAN GIZI
Rantai Pasok Layanan Makanan Gizi Gratis
PERENCANAAN
1 Pasokan Bahan
Baku
& Logistik
2
Pengolahan MBG
(Makanan Bergizi Gratis)
3
Pengemasan
& Distribusi
4
 Badan Gizi Nasional (BGN)
bersama dengan Satuan
Pelayanan Gizi (SPG)
menentukan menu makanan
yang sesuai dengan kebutuhan
gizi, musim, dan ketersediaan
bahan baku.
 Mengalokasikan biaya produksi,
distribusi, dan evaluasi program.
 Berkoordinasi dengan Institusi
terkait untuk standard
kebutuhan gizi, lokasi,
penjadwalan dan pelaksanaan
 Badan Gizi Nasional memilih
pemasok yang memenuhi syarat
dan memiliki kualitas produk
yang baik.
 Membuat perjanjian tertulis
dengan pemasok.
 Menerima dan memeriksa
kualitas bahan baku yang telah
dipesan.
 Badan Gizi Nasional bersama
dengan pekerja lokal Desa,
membersihkan, memotong, dan
mengolah bahan baku sesuai
resep.
 Memasak makanan dengan
metode yang tepat untuk
menjaga kualitas nutrisi.
 Badan Gizi Nasional mengemas
MBG dalam kemasan yang
higienis.
 Menentukan rute pengiriman
dan jadwal distribusi.
 Mengirim makanan ke lokasi
Penerima Manfaat MBG.
LIMBAH
OLAHAN
PUPUK ORGANIK
Layanan MBG
(Makanan Bergizi
Gratis)
Supply Chain
Lokasi
Kantor Pusat/Kantor Regional
Lokasi
Kantor Pusat/Kantor Regional
Lokasi
Dapur Satuan Pelayanan Gizi (5000
titik)
Seluruh Desa yang masuk cakupan
Layanan MBG
Lokasi
Dapur Satuan Pelayanan Gizi (5000
titik)
Area kawasan cakupan Layanan MBG
Penerima
Manfaat MBG
5
Lokasi
Seluruh Instansi tempat Penerima Manfaat
terdaftar (Sekolah, Puskesmas, Posyandu)
SEKOLAH
Institusi Tempat
Penerima
Manfaat
PEMASOK/
UMKM
Institusi
Pemasok Bahan
Baku
Masyarakat
Lokal/ Desa
Setempat
BADAN
GIZI
NASIONAL
(BGN)
Pemerintah
Regulator
Pemilik
Anggaran
SATUAN
PELAYANA
N
GIZI
(SPG)
Unit Kerja
dibawah BGN
Unit Pelayanan
MBG
PUSKESMAS
Institusi Tempat
Penerima
Manfaat
SISWA/I
SD, SLTP,
SLTA
Penerima
Manfaat
Siswa/i SD, SLTP,
SLTA
IBU HAMIL,
IBU
MENYUSUI,
BALITA
Penerima
Manfaat
Ibu Hamil, Ibu
Menyusui, Balita
PEKERJA
LOKAL
DESA
Pekerja di
Dapur Satuan
Pelayanan Gizi
Berasal dari
Masyarakat
lokal
PENGELOLAAN SATUAN PELAYANAN GIZI
Unit Pelayanan (Dapur Umum) Satuan Pelayanan Gizi
STANDARD UNIT LAYANAN
 Luas bangunan ideal 20 m
x 20 m, minimal 20 m x 15
m.
 Luas tanah 2 x luas
bangunan.
 Akses bahan baku berbeda
dengan akses makan siap
dikirim.
 Pembagian ruangan
mempertimbangkan aspek
higienis dan sanitasi.
 Memiliki akses listrik dan
air bersih yang layak.
STANDARD MODEL
PELAYANAN
 Unit Pelayanan Umum
melayani 2000  3000 anak
sekolah (10  18 Sekolah).
 Unit Pelayanan di
Sekolah/Pesantren untuk
student body 2000  3000
anak.
 Unit Pelayanan bermitra
dengan Pemasok untuk
wilayah khusus (tidak
kompak, terpencil, sulit
dijangkau).
PEMBANGUNAN
DAPUR UMUM
(SATPEL)
PEMILIK
BANGUNAN
& LAHAN
PENGOPERASIA
N
PENGAWASA
N
BGN BGN BGN BGN
PEMDA
(Disahkan oleh
BGN)
PEMDA BGN BGN
Pihak Ketiga
(Disahkan oleh
BGN)
Pihak Ketiga BGN BGN
BOBO
(BGN Own,
BGN Operate)
1
POBO
(Pemda Own,
BGN Operate)
2
OOBO
(Other Own,
BGN Operate)
3
OPSI
PENGELOLAAN
SATPEL
Alur Approval Umum Pembangunan Dapur Umum
PERENCANAAN DAN KONSEP
DESAIN:
 Penyusunan Proposal
 Konsultasi dengan Ahli
PERIZINAN LOKAL:
 Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
 Izin Lingkungan
PERIZINAN KESEHATAN
KEAMANAN PANGAN:
 Izin Operasional
 Sertifikasi Halal (bila diperlukan)
 Sertifikasi Sistem Jaminan Keamanan
Pangan (SJKP)
BADAN PANGAN NASIONAL
(BGN):
 Konsultasi Teknis
 Evaluasi Proposal
 Pemantauan dan Evaluasi
- SOLUTION INITIATIVES -
SOLUTION ARCHITECTURE OBJECTIVES
Poin-poin Objektif dalam Penyusunan Arsitektur Solusi
BUSINESS ARCHITECTURE
Actor, Business Process, Data & Information
FUNCTIONAL ARCHITECTURE
Actor, Business Process, Data & Information, SCM Modules
FUNCTIONAL ARCHITECTURE
Supply Chain Management Platform Landscape
SCM (Supply Chain Management) adalah proses pengelolaan seluruh aliran
barang, informasi, dan jasa, mulai dari tahap awal (perolehan bahan baku)
hingga tahap akhir (pengiriman ke konsumen). Dalam konteks Operasional
Layanan MBG (Makanan Bergizi Gratis), system SCM dapat membantu dan
mencakup semua aktivitas yang terkait dengan penyediaan makanan bergizi,
mulai dari pengadaan bahan baku, produksi, penyimpanan, distribusi, hingga
penyaluran ke penerima manfaat.
DESKRIPSI
METODOLOGI PENERAPAN SOLUSI
Methodology: Problem Solving Formulation
Dalam rangka memastikan keberhasilan implementasi
Program Makanan Bergizi Gratis (MBG), diperlukan suatu
metodologi dalam seluruh proses implementasinya,
dimana hal ini menjadi sangat penting karena beberapa
alasan utama, diantaranya:
1. Pendekatan Sistematis: Dibutuhkan kerangka kerja
yang terstruktur untuk mengidentifikasi masalah,
mengumpulkan fakta, dan merumuskan solusi.
2. Inovasi dan Kreativitas: Mengumpulkan berbagai ide
dan mengevaluasi opsi yang berbeda, program dapat
menemukan cara-cara inovatif untuk mengatasi
tantangan yang ada.
3. Partisipasi dan Kolaborasi: Melibatkan berbagai
pemangku kepentingan dalam proses pemecahan
masalah, termasuk pemerintah, komunitas, dan sektor
swasta.
4. Evaluasi dan Penyesuaian: Pemantauan dan evaluasi
program secara berkala, tim pelaksana dapat
mengidentifikasi kendala dan melakukan penyesuaian
yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas
program.
5. Efisiensi dan Efektivitas: Perlu memastikan sumber
daya digunakan secara efisien dan efektif, untuk
mencapai tujuan program dengan anggaran yang
terbatas dan dalam waktu yang ditentukan.
6. Peningkatan Kualitas: Memastikan bahwa solusi yang
diimplementasikan memenuhi standar kualitas yang
tinggi.
 Metodologi yang kami usulkan berupa kerangka kerja
berbasis Formulasi dalam menjawab setiap
permasalahan dan ide Solusi yang akan diusung
(Problem Solving Formulation).
 Skema disamping ini dapat dijadikan referensi untuk
pengembangan ideasi lain yang lebih spesifik dalam
konteks penyelenggaraan Program Makan Bergizi
Gratis.
Dengan pendekatan ini, diharapkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dapat berjalan
lebih efektif dan memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat yang
DESKRIPSI
OVERALL SOLUTION INITIATIVES
TERIMA KASIH
Architecting Excellence in Every Solution
TD.NABABAN

More Related Content

Konsep Digitalisasi Rantai Pasok Pelayanan Makanan Bergizi Gratis (MBG)

  • 3. EXECUTIVE SUMMARY Tujuan Sasaran Manfaat
  • 4. WHO (Siapa yang terlibat?) Penerima manfaat: Anak sekolah, ibu hamil, ibu menyusui dan balita, terutama dari keluarga kurang mampu. Pelaksana: Pemerintah pusat dan daerah, sekolah, petugas kesehatan, dan komunitas. Pemberi dana: Pemerintah, donatur, dan pihak swasta. Pemangku kepentingan lainnya: Produsen pangan, distributor, ahli gizi, dan akademisi. WHAT (Apa yang terjadi?) Permasalahan: Kurangnya akses terhadap makanan bergizi bagi kelompok rentan. Tingginya angka stunting dan kekurangan gizi pada anak. Kualitas makanan yang kurang memenuhi standar gizi. Inefisiensi dalam distribusi dan pengelolaan program. Tujuan: Meningkatkan status gizi masyarakat, terutama anak-anak. Mencegah stunting dan underweight. Meningkatkan prestasi belajar. Memberdayakan ekonomi lokal. WHEN (Kapan peristiwa terjadi?) Pelaksanaan program: Berlangsung terus-menerus, namun intensitas dan cakupan dapat berbeda-beda tergantung kebijakan pemerintah. Evaluasi program: Dilakukan secara berkala untuk mengukur keberhasilan dan mengidentifikasi kendala. WHERE (Di mana peristiwa terjadi?) Lokasi: Seluruh wilayah Indonesia, terutama daerah dengan prevalensi stunting tinggi dan akses terbatas terhadap makanan bergizi. Tempat pelaksanaan: Sekolah, puskesmas, posyandu, dan komunitas. WHY (Mengapa peristiwa terjadi?) Penyebab: Kemiskinan, ketidaksetaraan, dan kurangnya pengetahuan tentang gizi. Sistem distribusi pangan yang belum efektif. Kurangnya koordinasi antar lembaga. Anggaran yang terbatas. TARGET SOLUSI Beberapa target solusi yang dapat diusulkan sebagai referensi dalam mengatasi permasalahan program MBG diantaranya adalah: PENINGKATAN AKSES: Memperluas cakupan program ke daerah- daerah tertinggal, meningkatkan jumlah penerima manfaat, dan memastikan ketersediaan makanan bergizi di sekolah dan fasilitas kesehatan. PENINGKATAN KUALITAS: Meningkatkan kualitas makanan yang disajikan dengan memperhatikan kandungan gizi, keamanan pangan, dan variasi menu. PENGUATAN SISTEM DISTRIBUSI: Memperbaiki sistem logistik dan penyimpanan makanan, serta melibatkan masyarakat dalam pengelolaan program. PENINGKATAN KOORDINASI: Memperkuat koordinasi antar lembaga pemerintah, sekolah, dan komunitas untuk memastikan pelaksanaan program yang efektif. PENINGKATAN KESADARAN: Melakukan kampanye sosialisasi tentang pentingnya gizi bagi tumbuh kembang anak, ibu hamil dan ibu menyusui. PEMANTAUAN DAN EVALUASI: Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk mengukur keberhasilan program dan melakukan perbaikan jika diperlukan. EXECUTIVE SUMMARY Kerangka Analisa 5W (Who, What, When, Where, Why)
  • 6. POSISI TERHADAP STANDAR INTERNASIONAL Stunting: Secara global, stunting mempengaruhi sekitar 22,3% anak di bawah 5 tahun pada tahun 2022. Indonesia sedikit di atas rata-rata global dengan 21,6%. Wasting: Prevalensi wasting global adalah sekitar 6,8% pada tahun 2022, sementara Indonesia sedikit lebih tinggi dengan 7,1%. Overweight: Prevalensi overweight global adalah sekitar 5,6% pada tahun 2022, sedangkan Indonesia lebih tinggi dengan 8%. PERBANDINGAN DENGAN NEGARA LAIN Konsumsi Protein: Rata-rata konsumsi protein per kapita di Indonesia adalah 62 gram per hari, lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia (159 gram), Thailand (141 gram), dan Filipina (93 gram). Ketahanan Pangan: Indonesia berada di peringkat 63 dunia dalam indeks ketahanan pangan, di bawah negara-negara seperti Vietnam dan Malaysia. PROFIL GIZI NASIONAL STUNTING 21,6% (th. 2022) Sebelumnya (th. 2021): 24,4% *Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) Global Comparison 21,6% (Indonesi a) VS 22,3% (Global) WASTING 7,1% (th. 2022) *Prevalensi Wasting (berat badan rendah terhadap tinggi badan) Global Comparison 7,1% (Indonesi a) VS 6,8% (Global) OVERWEIGHT 8% (anak < 5th) *Prevalensi Overweight (kelebihan berat badan) Global Comparison 8% (Indonesi a) VS 5,6% (Global) *Sumber: ayosehat.kemkes.go.id *Sumber: data.unicef.org *Sumber: ayosehat.kemkes.go.id; data.unicef.org Fakta Tingkat Gizi Nasional Indonesia Profil Gizi Nasional
  • 7. EKOSISTEM SATUAN PELAYANAN GIZI Rantai Pasok Layanan Makanan Gizi Gratis PERENCANAAN 1 Pasokan Bahan Baku & Logistik 2 Pengolahan MBG (Makanan Bergizi Gratis) 3 Pengemasan & Distribusi 4 Badan Gizi Nasional (BGN) bersama dengan Satuan Pelayanan Gizi (SPG) menentukan menu makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi, musim, dan ketersediaan bahan baku. Mengalokasikan biaya produksi, distribusi, dan evaluasi program. Berkoordinasi dengan Institusi terkait untuk standard kebutuhan gizi, lokasi, penjadwalan dan pelaksanaan Badan Gizi Nasional memilih pemasok yang memenuhi syarat dan memiliki kualitas produk yang baik. Membuat perjanjian tertulis dengan pemasok. Menerima dan memeriksa kualitas bahan baku yang telah dipesan. Badan Gizi Nasional bersama dengan pekerja lokal Desa, membersihkan, memotong, dan mengolah bahan baku sesuai resep. Memasak makanan dengan metode yang tepat untuk menjaga kualitas nutrisi. Badan Gizi Nasional mengemas MBG dalam kemasan yang higienis. Menentukan rute pengiriman dan jadwal distribusi. Mengirim makanan ke lokasi Penerima Manfaat MBG. LIMBAH OLAHAN PUPUK ORGANIK Layanan MBG (Makanan Bergizi Gratis) Supply Chain Lokasi Kantor Pusat/Kantor Regional Lokasi Kantor Pusat/Kantor Regional Lokasi Dapur Satuan Pelayanan Gizi (5000 titik) Seluruh Desa yang masuk cakupan Layanan MBG Lokasi Dapur Satuan Pelayanan Gizi (5000 titik) Area kawasan cakupan Layanan MBG Penerima Manfaat MBG 5 Lokasi Seluruh Instansi tempat Penerima Manfaat terdaftar (Sekolah, Puskesmas, Posyandu) SEKOLAH Institusi Tempat Penerima Manfaat PEMASOK/ UMKM Institusi Pemasok Bahan Baku Masyarakat Lokal/ Desa Setempat BADAN GIZI NASIONAL (BGN) Pemerintah Regulator Pemilik Anggaran SATUAN PELAYANA N GIZI (SPG) Unit Kerja dibawah BGN Unit Pelayanan MBG PUSKESMAS Institusi Tempat Penerima Manfaat SISWA/I SD, SLTP, SLTA Penerima Manfaat Siswa/i SD, SLTP, SLTA IBU HAMIL, IBU MENYUSUI, BALITA Penerima Manfaat Ibu Hamil, Ibu Menyusui, Balita PEKERJA LOKAL DESA Pekerja di Dapur Satuan Pelayanan Gizi Berasal dari Masyarakat lokal
  • 8. PENGELOLAAN SATUAN PELAYANAN GIZI Unit Pelayanan (Dapur Umum) Satuan Pelayanan Gizi STANDARD UNIT LAYANAN Luas bangunan ideal 20 m x 20 m, minimal 20 m x 15 m. Luas tanah 2 x luas bangunan. Akses bahan baku berbeda dengan akses makan siap dikirim. Pembagian ruangan mempertimbangkan aspek higienis dan sanitasi. Memiliki akses listrik dan air bersih yang layak. STANDARD MODEL PELAYANAN Unit Pelayanan Umum melayani 2000 3000 anak sekolah (10 18 Sekolah). Unit Pelayanan di Sekolah/Pesantren untuk student body 2000 3000 anak. Unit Pelayanan bermitra dengan Pemasok untuk wilayah khusus (tidak kompak, terpencil, sulit dijangkau). PEMBANGUNAN DAPUR UMUM (SATPEL) PEMILIK BANGUNAN & LAHAN PENGOPERASIA N PENGAWASA N BGN BGN BGN BGN PEMDA (Disahkan oleh BGN) PEMDA BGN BGN Pihak Ketiga (Disahkan oleh BGN) Pihak Ketiga BGN BGN BOBO (BGN Own, BGN Operate) 1 POBO (Pemda Own, BGN Operate) 2 OOBO (Other Own, BGN Operate) 3 OPSI PENGELOLAAN SATPEL Alur Approval Umum Pembangunan Dapur Umum PERENCANAAN DAN KONSEP DESAIN: Penyusunan Proposal Konsultasi dengan Ahli PERIZINAN LOKAL: Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Izin Lingkungan PERIZINAN KESEHATAN KEAMANAN PANGAN: Izin Operasional Sertifikasi Halal (bila diperlukan) Sertifikasi Sistem Jaminan Keamanan Pangan (SJKP) BADAN PANGAN NASIONAL (BGN): Konsultasi Teknis Evaluasi Proposal Pemantauan dan Evaluasi
  • 10. SOLUTION ARCHITECTURE OBJECTIVES Poin-poin Objektif dalam Penyusunan Arsitektur Solusi
  • 11. BUSINESS ARCHITECTURE Actor, Business Process, Data & Information
  • 12. FUNCTIONAL ARCHITECTURE Actor, Business Process, Data & Information, SCM Modules
  • 13. FUNCTIONAL ARCHITECTURE Supply Chain Management Platform Landscape SCM (Supply Chain Management) adalah proses pengelolaan seluruh aliran barang, informasi, dan jasa, mulai dari tahap awal (perolehan bahan baku) hingga tahap akhir (pengiriman ke konsumen). Dalam konteks Operasional Layanan MBG (Makanan Bergizi Gratis), system SCM dapat membantu dan mencakup semua aktivitas yang terkait dengan penyediaan makanan bergizi, mulai dari pengadaan bahan baku, produksi, penyimpanan, distribusi, hingga penyaluran ke penerima manfaat. DESKRIPSI
  • 14. METODOLOGI PENERAPAN SOLUSI Methodology: Problem Solving Formulation Dalam rangka memastikan keberhasilan implementasi Program Makanan Bergizi Gratis (MBG), diperlukan suatu metodologi dalam seluruh proses implementasinya, dimana hal ini menjadi sangat penting karena beberapa alasan utama, diantaranya: 1. Pendekatan Sistematis: Dibutuhkan kerangka kerja yang terstruktur untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan fakta, dan merumuskan solusi. 2. Inovasi dan Kreativitas: Mengumpulkan berbagai ide dan mengevaluasi opsi yang berbeda, program dapat menemukan cara-cara inovatif untuk mengatasi tantangan yang ada. 3. Partisipasi dan Kolaborasi: Melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam proses pemecahan masalah, termasuk pemerintah, komunitas, dan sektor swasta. 4. Evaluasi dan Penyesuaian: Pemantauan dan evaluasi program secara berkala, tim pelaksana dapat mengidentifikasi kendala dan melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas program. 5. Efisiensi dan Efektivitas: Perlu memastikan sumber daya digunakan secara efisien dan efektif, untuk mencapai tujuan program dengan anggaran yang terbatas dan dalam waktu yang ditentukan. 6. Peningkatan Kualitas: Memastikan bahwa solusi yang diimplementasikan memenuhi standar kualitas yang tinggi. Metodologi yang kami usulkan berupa kerangka kerja berbasis Formulasi dalam menjawab setiap permasalahan dan ide Solusi yang akan diusung (Problem Solving Formulation). Skema disamping ini dapat dijadikan referensi untuk pengembangan ideasi lain yang lebih spesifik dalam konteks penyelenggaraan Program Makan Bergizi Gratis. Dengan pendekatan ini, diharapkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dapat berjalan lebih efektif dan memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat yang DESKRIPSI
  • 16. TERIMA KASIH Architecting Excellence in Every Solution TD.NABABAN

Editor's Notes

  1. Tujuan Utama: Program MBG bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama anak-anak, melalui perbaikan gizi untuk meningkatkan prestasi belajar, mencegah stunting, dan menciptakan generasi emas. Sasaran: Program ini menargetkan siswa, ibu hamil, ibu menyusui dan balita, khususnya mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu dan wilayah tertinggal. Manfaat: Selain meningkatkan kesehatan dan prestasi belajar, program MBG juga diharapkan dapat mengurangi angka putus sekolah, memberdayakan UMKM lokal, dan mengurangi ketimpangan sosial.
  2. Fakta gizi nasional Indonesia, posisinya terhadap standar internasional, serta perbandingan dengan negara-negara lain: Fakta Gizi Nasional Indonesia Stunting: Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia adalah 21,6%, turun dari 24,4% pada tahun 2021孫(https://ayosehat.kemkes.go.id/panduan-hari-gizi-nasional-ke-64-tahun-2024). Target pemerintah adalah menurunkan angka ini menjadi 14% pada tahun 2024孫(https://ayosehat.kemkes.go.id/panduan-hari-gizi-nasional-ke-64-tahun-2024). Wasting: Prevalensi wasting (berat badan rendah untuk tinggi badan) di Indonesia adalah sekitar 7,1% pada tahun 2022孫(https://ayosehat.kemkes.go.id/panduan-hari-gizi-nasional-ke-64-tahun-2024). Overweight: Prevalensi overweight (kelebihan berat badan) pada anak di bawah 5 tahun adalah sekitar 8%孫(https://ayosehat.kemkes.go.id/panduan-hari-gizi-nasional-ke-64-tahun-2024). Posisi Terhadap Standar Internasional Stunting: Secara global, stunting mempengaruhi sekitar 22,3% anak di bawah 5 tahun pada tahun 2022族(https://data.unicef.org/wp-content/uploads/2023/05/JME-2023-Levels-and-trends-in-child-malnutrition.pdf). Indonesia sedikit di atas rata-rata global dengan 21,6%. Wasting: Prevalensi wasting global adalah sekitar 6,8% pada tahun 2022族(https://data.unicef.org/wp-content/uploads/2023/05/JME-2023-Levels-and-trends-in-child-malnutrition.pdf), sementara Indonesia sedikit lebih tinggi dengan 7,1%. Overweight: Prevalensi overweight global adalah sekitar 5,6% pada tahun 2022族(https://data.unicef.org/wp-content/uploads/2023/05/JME-2023-Levels-and-trends-in-child-malnutrition.pdf), sedangkan Indonesia lebih tinggi dengan 8%. Perbandingan dengan Negara Lain Konsumsi Protein: Rata-rata konsumsi protein per kapita di Indonesia adalah 62 gram per hari, lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia (159 gram), Thailand (141 gram), dan Filipina (93 gram)続(https://ayosehat.kemkes.go.id/agenda-kegiatan/hari-gizi-nasional-2024). Ketahanan Pangan: Indonesia berada di peringkat 63 dunia dalam indeks ketahanan pangan, di bawah negara-negara seperti Vietnam dan Malaysia(https://www.unicef.org/indonesia/media/20441/file/Menuju%20Masa%20Depan%20Indonesia%20Bebas%20Masalah%20Kekurangan%20Gizi.pdf). Data Statistik - Stunting: 21,6% (Indonesia) vs. 22,3% (Global) - Wasting: 7,1% (Indonesia) vs. 6,8% (Global) - Overweight: 8% (Indonesia) vs. 5,6% (Global) - Konsumsi Protein: 62 gram per kapita (Indonesia) vs. 159 gram (Malaysia), 141 gram (Thailand), 93 gram (Filipina) Ref. 孫(https://ayosehat.kemkes.go.id/panduan-hari-gizi-nasional-ke-64-tahun-2024): [Panduan Hari Gizi Nasional 2024](https://ayosehat.kemkes.go.id/panduan-hari-gizi-nasional-ke-64-tahun-2024) 族(https://data.unicef.org/wp-content/uploads/2023/05/JME-2023-Levels-and-trends-in-child-malnutrition.pdf): [UNICEF Data on Child Malnutrition](https://data.unicef.org/wp-content/uploads/2023/05/JME-2023-Levels-and-trends-in-child-malnutrition.pdf) 続(https://ayosehat.kemkes.go.id/agenda-kegiatan/hari-gizi-nasional-2024): [GoodStats on Protein Consumption](https://data.goodstats.id/statistic/perbandingan-konsumsi-indonesia-dengan-beberapa-negara-31V45) (https://www.unicef.org/indonesia/media/20441/file/Menuju%20Masa%20Depan%20Indonesia%20Bebas%20Masalah%20Kekurangan%20Gizi.pdf): [Bisnis.com on Food Security](https://ekonomi.bisnis.com/read/20230126/99/1621929/ketahanan-pangan-ri-peringkat-63-dunia-di-bawah-vietnam-dan-malaysia) Source: Conversation with Copilot, 10/26/2024 (1) Panduan Hari Gizi Nasional ke 64 Tahun 2024 - Kemkes. https://ayosehat.kemkes.go.id/panduan-hari-gizi-nasional-ke-64-tahun-2024. (2) Levels and trends in child malnutrition - UNICEF DATA. https://data.unicef.org/wp-content/uploads/2023/05/JME-2023-Levels-and-trends-in-child-malnutrition.pdf. (3) Hari Gizi Nasional 2024 - Kemkes. https://ayosehat.kemkes.go.id/agenda-kegiatan/hari-gizi-nasional-2024. (4) MENUJU MASA DEPAN INDONESIA BEBAS MASALAH KEKURANGAN GIZI. https://www.unicef.org/indonesia/media/20441/file/Menuju%20Masa%20Depan%20Indonesia%20Bebas%20Masalah%20Kekurangan%20Gizi.pdf.
  3. Poin-poin Objektif dalam Penyusunan Arsitektur Solusi: 1. Integrasi Data yang Komprehensif: - Sumber Data Beragam: Super App harus mampu mengintegrasikan data dari berbagai sumber, termasuk sistem pertanian, logistik, kesehatan, dan keuangan. - Standarisasi Data: Penetapan standar data yang jelas untuk memastikan konsistensi dan akurasi data. - Data Warehouse: Membangun data warehouse yang terpusat untuk menyimpan dan mengelola data secara terintegrasi. 2. Pengalaman Pengguna yang Optimal: - Antarmuka yang Intuitif: Desain antarmuka pengguna yang mudah digunakan oleh semua pihak yang terlibat, termasuk petani, petugas dapur sentral, dan penerima manfaat. - Personalisasi: Menyediakan pengalaman yang personal bagi setiap pengguna berdasarkan peran dan kebutuhan mereka. - Aksesibilitas: Memastikan Super App dapat diakses melalui berbagai perangkat (smartphone, tablet, komputer) dan jaringan. 3. Keamanan dan Privasi Data: - Enkripsi Data: Melindungi data sensitif dengan enkripsi yang kuat. - Akses Kontrol: Menerapkan sistem akses kontrol yang ketat untuk mencegah akses yang tidak sah. - Kepatuhan Regulasi: Memastikan kepatuhan terhadap peraturan perlindungan data yang berlaku. 4. Skalabilitas: - Arsitektur yang Fleksibel: Membangun arsitektur yang dapat dengan mudah disesuaikan dengan pertumbuhan program dan peningkatan jumlah pengguna. - Infrastruktur yang Skalabel: Memilih infrastruktur yang dapat menampung beban kerja yang meningkat. 5. Ketersediaan Tinggi: - Redundansi Sistem: Menerapkan mekanisme redundansi untuk memastikan ketersediaan sistem secara terus-menerus. - Disaster Recovery: Menyiapkan rencana pemulihan bencana untuk meminimalkan dampak gangguan. 6. Efisiensi Biaya: - Pemanfaatan Teknologi Open Source: Menggunakan teknologi open source yang relevan untuk mengurangi biaya lisensi. - Optimasi Infrastruktur: Mengoptimalkan penggunaan sumber daya infrastruktur untuk mengurangi biaya operasional. 7. Fleksibilitas: - Arsitektur Modular: Membangun sistem dengan arsitektur modular yang memungkinkan pengembangan fitur baru dengan mudah. - API: Menyediakan API yang terbuka untuk memungkinkan integrasi dengan sistem lain. 8. Analisis Data dan Kecerdasan Buatan: - Dashboard Analitik: Menyediakan dashboard yang intuitif untuk memantau kinerja program dan mengidentifikasi tren. - Prediktif Analitik: Menggunakan algoritma kecerdasan buatan untuk memprediksi kebutuhan, mengoptimalkan rute pengiriman, dan mendeteksi anomali.