際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Mega Fatmah R.S
1720180033
Widiastuti 1720180036
Fery Maulana 1720180038
Syifa Rahmawati
1720180042
D3 ILMU KEPERAWATAN UIA
TINGKAT 1B
Konsep Stres dan Adaptasi
 Stres adalah suatu ketidakseimbangan
diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap
hari yang tidak dapat dihindari atau
perubahan yang memerlukan
penyesuaian.
 Stres terjadi jika orang dihadapkan
dengan peristiwa yang mengancam fisik
atau psikologisnya, peristiwa tersebut
disebut stressor.
Menurut Hans Selye jenis stres dibagi menjadi dua, yaitu
(+) EUSTRESS
 Jenis stress berenergi positif.
 Saat individu mengalami stres jenis ini,
individu tersebut akan memandang
kejadian, stimulus, atau stresor tersebut
sebagai situasi yang menantang namun
memiliki sisi menyenangkan bagi dirinya.
(-) DISTRESS
 Jenis stres yang bersifat merusak, tidak
menguntungkan, serta merupakan
interpretasi negatif dari suatu peristiwa
yang dialami. Intepretasi tersebut berupa
rasa ketakutan, rasa marah, atau bahkan
keduanya
4
"Andi dan Agus merupakan pegawai di sebuah perusahaan. Suatu ketika, mereka dipromosikan yang
otomatis menambah penghasilannya, tetapi juga menambah beban kerjanya. Di minggu pertama Andi
belum terbiasa hingga jatuh sakit. Akan tetapi, Agus justru semakin rajin masuk kantor dan menikmati
tugas barunya itu."
 Dalam ilustrasi tersebut Andi dan Agus mendapatkan promosi pekerjaan. Promosi inilah yang disebut dengan
stressor (penyebab stres). Terhadap promosi ini, Andi dan Agus suka tidak suka harus mengondisikan dirinya.
Pengkondisian inilah yang disebut dengan stres. Hanya saja keduanya berbeda dalam menyikapi stres di
minggu pertama. Andi jatuh sakit karena stresnya. Inilah yang disebut dengan distress sedangkan Agus justru
semakin rajin. Inilah yang disebut dengan eustress.
1. Stressor internal. Berasal dari dalam diri seseorang, misalnya, infeksi.
2. Stressor eksternal. Berasal dari luar diri seseorang, misalnya, pindah ke
kota lain, kematian anggota keluarga, atau tekanan pekerjaan.
TAHAP 1 TAHAP 2
 Merupakan tahapan stres ringan
 Disertai perasaan-perasaan semangat
bekerja besar,
 Berlebihan (over acting)
 Penglihatan terlihat tajam tidak seperti
biasanya, namun tanpa disadari
cadangan energi semakin menipis.
 Mulai timbul keluhan-keluhan yang
disebabkan karena cadangan energi tidak
cukup untuk sehari-hari, ini disebabkan
karena kurangnya istirahat (tidur).
 Keluhan-keluhannya: merasa letih sewaktu
bangun, mudah lelah, merasa capek
menjelang sore, lambung/perut tidak
nyaman (bowel discomfort), otot-otot
punggung terasa tegang.
TAHAP 3 TAHAP 4
 Keluhannya: gangguan lambung dan
usus semakin terasa, perasaan
ketidaktenangan dan ketegangan
emosional semakin meningkat,
gangguan insomnia, koordinasi tubuh
terganggu.
 Seseorang sudah harus berkonsultasi
pada dokter untuk memperoleh terapi,
atau bisa juga beban stres hendaknya
dikurangi dan memperoleh kesempatan
untuk beristirahat.
 Aktivitas pekerjaan yang semula
menyenangkan dan mudah diselesaikan
menjadi membosankan dan terasa sulit, yang
semula tanggap terhadap situasi menjadi
kehilangan untuk merespons secara
memadai (adequate), ketidakmampuan untuk
melaksanakan kegiatan rutin, gangguan pola
tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang
menegangkan, daya konsentrasi dan ingat
menurun, dan timbul perasaan ketakutan dan
kecemasan.
TAHAP 5
 Bila keadaan stres masih berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap 5, yang
ditandai dengan kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan
psychological exhaustion), ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari
yang ringan dan sederhana, gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal
disorder), timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung
dan panik.
TAHAP 6
 Tahapan ini merupakan tahap klimaks, dimana seseorang akan mengalami serangan panik
(panic attack) dan perasaan takut mati. Orang yang mengalami stres tahap ini berulang dibawa
pulang ke UGD bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ada
kelainan fisik organ tubuh.
 Gambaran stres pada tahap ini adalah, debat jantung teramat keras, susah bernafas, sekujur
badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran, ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang
ringan, pingsan atau kolaps (collapse). Gambar gejala diatas lebih didominasi oleh keluhan-
keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat
stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
REAKSI FISIOLOGIS
Rambut
Ekspresi Wajah
Kulit
Keadaan yang ditandai
dengan hilangnya gairah
dan semangat. Terkadang
disertai rasa sedih
Sistem Pernapasan
Sistem Perkemihan
REAKSI PSIKOLOGIS
Kecemasan (anxiety)
Depresi
Takut
Mekanisme
Pertahanan Ego
Suatu upaya untuk mempertahankan fungsi
optimal yang melibatkan refleks,
mekanisme otomatis untuk perlindungan
mekanisme koping dan idealnya dalam
mengarah pada penyesuaian atau
penguasaan situasi.
13
1. Adaptasi Psikologis
Dalam proses adaptasi secara psikologis terdapat dua cara untuk mempertahankan diri
dari berbagai stresor, yaitu:
Task Oriented Reaction
Reaksi ini dilakukan dengan cara:
 Berbicara dengan orang lain tentang masalah yang dihadapi untuk dicari
jalan keluarnya
 Mencari tahu lebih banyak tentang keadaan yang dihadapi melalui buku
bacaan ataupun orang ahli
 Melakukan latihan-latihan yang dapat mengurangi stress.
14
Ego Oriented Reaction
Mekanisme pertahanan diri yang dapat digunakan untuk melakukan proses adaptasi
psikologi antara lain:
 Rasionalisasi
Suatu usaha untuk menghindari dari masalah psikologis dengan selalu memberikan
alasan secara rasional, sehingga masalah cepat teratasi
 Displacement
Upaya untuk mengatasi masalah psikologis dengan melakukan pemindahan tingkah
laku kepada objek lain
15
 Proyeksi
Mekanisme pertahanan diri dengan menempatkan sifat batin sendiri ke dalam sifat
batin orang lain
 Represi
Upaya untuk mengatasi masalah dengan cara menghilangkan pikiran masa lalu yang
buruk dengan melupakannya atau menahan kepada alam tidak sadar dan sengaja
dilupakan.
 Supresi
Upaya untuk mengatasi masalah dengan menekan masalah yang tidak diterima
dengan sadar dan individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan
 Denial
Upaya pertahanan diri dengan cara penolakan terhadap masalah yang dihadapi atau
tidak mau menerima kenyataan yang dihadapinya.
batin orang lain.
16
2. Adaptasi Sosial Budaya
Cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan proses penyesuaian perilaku
yang sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat, berkumpul dengan
masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan.
3. Adaptasi Spiritual
Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang didasarkan pada
keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya.
Apabila mengalami stress, maka seseorang akan giat melakukan ibadah (rajin ibadah).
Untuk menilai terhadap kekebalan stress
dapat menggunakan skala Miller dan Smith.
Alat Ukur terdiri dari 20 aktivitas kehidupan
sehari-hari dengan masing-masing aktivitas
diberi skor 1-5. Beberapa aspek tertentu dari
kebiasaan, gaya hidup dan lingkungan
seseorang dapat menjadikannya lebih kebal
atau lebih rentan terhadap dampak negatif
stress.
Skala Miller dan Smith
Total skor = ____ - 20 = ____ poin
Keterangan
1 = Hampir selalu
2 = Biasanya
3 = Kadang-kadang
4 = Hampir tidak pernah
5 = Tidak pernah
Skor Ketahanan Stress
0-10 poin = Memiliki ketahanan yang luar biasa
terhadap stress
11-30 = Tidak terlalu rentan terhadap stress
31-50 = Cukup rentan terhadap stress
51-74 = Rentan terhadap stress
75-80 = Sangat rentan terhadap stress
18
 Pengaturan nutrisi
 Istirahat dan tidur
 Olahraga atau latihan teratur
 Berhenti merokok
 Tidak mengkonsumsi minuman keras
 Pengaturan berat badan
 Teknik relaksasi
 Meningkatkan strategi koping (cara penyelesaian masalah)
19
1. Napas dalam
Dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan cara menghembuskan
napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik pernapasan
dalam mempunyai peran yang sangat penting bagi tubuh, yaitu:
 Memperlambat denyut jantung
 Mengatur tekanan darah
 Menghilangkan ketegangan otot
 Mengembalikan keseimbangan mental dan emosional batin
Tahap Persiapan
 Kaji dan berikan informasi terkait
dengan pelaksanaan tindakan
 Sediakan waktu selama 5-10 menit
 Atur posisi duduk/berbaring yang
nyaman
Tahap Pelaksanaan
 Putar musik dengan suara pelan dan
rileks
 Redupkan cahaya
 Tutup mata, letakkan satu tangan pada
perut kanan atas
 Tarik napas dalam secara perlahan
lewat hidung, rasakan gerakan pelan
perut
 Hembuskan napas secara perlahan, lewat mulut
 Fokuskan pada pernapasan, serta rasakan
pergerakan keluar masuknya udara pada tubuh.
 Ulangi tahap d-e beberapa kali sampai merasakan
rileks
 Buka mata pelan-pelan.
Tahap Terminasi
 Evaluasi perasaan klien setelah prosedur dilakukan
 Evaluasi manfaat yang dirasakan.
21
1. Pengenalan diri (self-awareness)
Yaitu mampu mengenali emosi dan penyebab dari pemicu emosi tersebut dan mampu
mengevaluasi dirinya sendiri dan mendapatkan informasi untuk melakukan suatu
tindakan.
2. Penguasaan diri (self-regulation)
3. Motivasi diri (self-motivation)
4. Empati (empathy)
5. Hubungan yang efektif (effective relationship)
 Dengan adanya kemampuan tersebut, seseorang dapat berkomunikasi dengan baik
 Kemampuan untuk memecahkan masalah bersama-sama lebih ditekankan
 Konfrontasi yang tidak penting dihindari
 Mempunyai tujuan yang kosntruktif dalam pikirannya
22
 Perawat harus mampu memfasilitas orang sedang mengalami stress
 Perawat harus melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan prinsip-prinsip
manajemen stress
 Perawat dapat menggunakan strategi pemecahan masalah yang bertujuan
mengurangi stress secara efektif untuk jangka panjang serta dapat meningkatkan
keyakinan diri dan kemampuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang
akan datang
A. Aziz Alimul. 2009.
Pengantar Konsep Dasar
Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika, 55-69
Iqbal Mubarak. 2015.
Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar.
Jakarta: Salemba
Medika, 415-459
Patricia A Potter. 2005.
Fundamental Keperawatan.
Jakarta: EGC, 476-480
Konsep Stress dan Adaptasi

More Related Content

Konsep Stress dan Adaptasi

  • 1. Mega Fatmah R.S 1720180033 Widiastuti 1720180036 Fery Maulana 1720180038 Syifa Rahmawati 1720180042 D3 ILMU KEPERAWATAN UIA TINGKAT 1B
  • 2. Konsep Stres dan Adaptasi
  • 3. Stres adalah suatu ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari atau perubahan yang memerlukan penyesuaian. Stres terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mengancam fisik atau psikologisnya, peristiwa tersebut disebut stressor.
  • 4. Menurut Hans Selye jenis stres dibagi menjadi dua, yaitu (+) EUSTRESS Jenis stress berenergi positif. Saat individu mengalami stres jenis ini, individu tersebut akan memandang kejadian, stimulus, atau stresor tersebut sebagai situasi yang menantang namun memiliki sisi menyenangkan bagi dirinya. (-) DISTRESS Jenis stres yang bersifat merusak, tidak menguntungkan, serta merupakan interpretasi negatif dari suatu peristiwa yang dialami. Intepretasi tersebut berupa rasa ketakutan, rasa marah, atau bahkan keduanya 4
  • 5. "Andi dan Agus merupakan pegawai di sebuah perusahaan. Suatu ketika, mereka dipromosikan yang otomatis menambah penghasilannya, tetapi juga menambah beban kerjanya. Di minggu pertama Andi belum terbiasa hingga jatuh sakit. Akan tetapi, Agus justru semakin rajin masuk kantor dan menikmati tugas barunya itu." Dalam ilustrasi tersebut Andi dan Agus mendapatkan promosi pekerjaan. Promosi inilah yang disebut dengan stressor (penyebab stres). Terhadap promosi ini, Andi dan Agus suka tidak suka harus mengondisikan dirinya. Pengkondisian inilah yang disebut dengan stres. Hanya saja keduanya berbeda dalam menyikapi stres di minggu pertama. Andi jatuh sakit karena stresnya. Inilah yang disebut dengan distress sedangkan Agus justru semakin rajin. Inilah yang disebut dengan eustress.
  • 6. 1. Stressor internal. Berasal dari dalam diri seseorang, misalnya, infeksi. 2. Stressor eksternal. Berasal dari luar diri seseorang, misalnya, pindah ke kota lain, kematian anggota keluarga, atau tekanan pekerjaan.
  • 7. TAHAP 1 TAHAP 2 Merupakan tahapan stres ringan Disertai perasaan-perasaan semangat bekerja besar, Berlebihan (over acting) Penglihatan terlihat tajam tidak seperti biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis. Mulai timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak cukup untuk sehari-hari, ini disebabkan karena kurangnya istirahat (tidur). Keluhan-keluhannya: merasa letih sewaktu bangun, mudah lelah, merasa capek menjelang sore, lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort), otot-otot punggung terasa tegang.
  • 8. TAHAP 3 TAHAP 4 Keluhannya: gangguan lambung dan usus semakin terasa, perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat, gangguan insomnia, koordinasi tubuh terganggu. Seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan memperoleh kesempatan untuk beristirahat. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa sulit, yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan untuk merespons secara memadai (adequate), ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin, gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan, daya konsentrasi dan ingat menurun, dan timbul perasaan ketakutan dan kecemasan.
  • 9. TAHAP 5 Bila keadaan stres masih berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap 5, yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan psychological exhaustion), ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana, gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder), timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.
  • 10. TAHAP 6 Tahapan ini merupakan tahap klimaks, dimana seseorang akan mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Orang yang mengalami stres tahap ini berulang dibawa pulang ke UGD bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ada kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres pada tahap ini adalah, debat jantung teramat keras, susah bernafas, sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran, ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan, pingsan atau kolaps (collapse). Gambar gejala diatas lebih didominasi oleh keluhan- keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
  • 11. REAKSI FISIOLOGIS Rambut Ekspresi Wajah Kulit Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih Sistem Pernapasan Sistem Perkemihan REAKSI PSIKOLOGIS Kecemasan (anxiety) Depresi Takut Mekanisme Pertahanan Ego
  • 12. Suatu upaya untuk mempertahankan fungsi optimal yang melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan mekanisme koping dan idealnya dalam mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi.
  • 13. 13 1. Adaptasi Psikologis Dalam proses adaptasi secara psikologis terdapat dua cara untuk mempertahankan diri dari berbagai stresor, yaitu: Task Oriented Reaction Reaksi ini dilakukan dengan cara: Berbicara dengan orang lain tentang masalah yang dihadapi untuk dicari jalan keluarnya Mencari tahu lebih banyak tentang keadaan yang dihadapi melalui buku bacaan ataupun orang ahli Melakukan latihan-latihan yang dapat mengurangi stress.
  • 14. 14 Ego Oriented Reaction Mekanisme pertahanan diri yang dapat digunakan untuk melakukan proses adaptasi psikologi antara lain: Rasionalisasi Suatu usaha untuk menghindari dari masalah psikologis dengan selalu memberikan alasan secara rasional, sehingga masalah cepat teratasi Displacement Upaya untuk mengatasi masalah psikologis dengan melakukan pemindahan tingkah laku kepada objek lain
  • 15. 15 Proyeksi Mekanisme pertahanan diri dengan menempatkan sifat batin sendiri ke dalam sifat batin orang lain Represi Upaya untuk mengatasi masalah dengan cara menghilangkan pikiran masa lalu yang buruk dengan melupakannya atau menahan kepada alam tidak sadar dan sengaja dilupakan. Supresi Upaya untuk mengatasi masalah dengan menekan masalah yang tidak diterima dengan sadar dan individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan Denial Upaya pertahanan diri dengan cara penolakan terhadap masalah yang dihadapi atau tidak mau menerima kenyataan yang dihadapinya. batin orang lain.
  • 16. 16 2. Adaptasi Sosial Budaya Cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan proses penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat, berkumpul dengan masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan. 3. Adaptasi Spiritual Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya. Apabila mengalami stress, maka seseorang akan giat melakukan ibadah (rajin ibadah).
  • 17. Untuk menilai terhadap kekebalan stress dapat menggunakan skala Miller dan Smith. Alat Ukur terdiri dari 20 aktivitas kehidupan sehari-hari dengan masing-masing aktivitas diberi skor 1-5. Beberapa aspek tertentu dari kebiasaan, gaya hidup dan lingkungan seseorang dapat menjadikannya lebih kebal atau lebih rentan terhadap dampak negatif stress. Skala Miller dan Smith Total skor = ____ - 20 = ____ poin Keterangan 1 = Hampir selalu 2 = Biasanya 3 = Kadang-kadang 4 = Hampir tidak pernah 5 = Tidak pernah Skor Ketahanan Stress 0-10 poin = Memiliki ketahanan yang luar biasa terhadap stress 11-30 = Tidak terlalu rentan terhadap stress 31-50 = Cukup rentan terhadap stress 51-74 = Rentan terhadap stress 75-80 = Sangat rentan terhadap stress
  • 18. 18 Pengaturan nutrisi Istirahat dan tidur Olahraga atau latihan teratur Berhenti merokok Tidak mengkonsumsi minuman keras Pengaturan berat badan Teknik relaksasi Meningkatkan strategi koping (cara penyelesaian masalah)
  • 19. 19 1. Napas dalam Dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan cara menghembuskan napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik pernapasan dalam mempunyai peran yang sangat penting bagi tubuh, yaitu: Memperlambat denyut jantung Mengatur tekanan darah Menghilangkan ketegangan otot Mengembalikan keseimbangan mental dan emosional batin
  • 20. Tahap Persiapan Kaji dan berikan informasi terkait dengan pelaksanaan tindakan Sediakan waktu selama 5-10 menit Atur posisi duduk/berbaring yang nyaman Tahap Pelaksanaan Putar musik dengan suara pelan dan rileks Redupkan cahaya Tutup mata, letakkan satu tangan pada perut kanan atas Tarik napas dalam secara perlahan lewat hidung, rasakan gerakan pelan perut Hembuskan napas secara perlahan, lewat mulut Fokuskan pada pernapasan, serta rasakan pergerakan keluar masuknya udara pada tubuh. Ulangi tahap d-e beberapa kali sampai merasakan rileks Buka mata pelan-pelan. Tahap Terminasi Evaluasi perasaan klien setelah prosedur dilakukan Evaluasi manfaat yang dirasakan.
  • 21. 21 1. Pengenalan diri (self-awareness) Yaitu mampu mengenali emosi dan penyebab dari pemicu emosi tersebut dan mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan mendapatkan informasi untuk melakukan suatu tindakan. 2. Penguasaan diri (self-regulation) 3. Motivasi diri (self-motivation) 4. Empati (empathy) 5. Hubungan yang efektif (effective relationship) Dengan adanya kemampuan tersebut, seseorang dapat berkomunikasi dengan baik Kemampuan untuk memecahkan masalah bersama-sama lebih ditekankan Konfrontasi yang tidak penting dihindari Mempunyai tujuan yang kosntruktif dalam pikirannya
  • 22. 22 Perawat harus mampu memfasilitas orang sedang mengalami stress Perawat harus melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen stress Perawat dapat menggunakan strategi pemecahan masalah yang bertujuan mengurangi stress secara efektif untuk jangka panjang serta dapat meningkatkan keyakinan diri dan kemampuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang akan datang
  • 23. A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 55-69 Iqbal Mubarak. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika, 415-459 Patricia A Potter. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC, 476-480