1. Praktikum ke-2 Nama Asisten : Siti Khodijah
m.k Penyakit Organisme Akuatik Kelompok :2
Tanggal : Selasa, 27 September 2011
Pemeriksaan Parasit
Oleh:
Arief Muhammad
C14090018
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
2. I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serangan hama dan penyakit dapat menimbulkan kerugian besar dalam
usaha perikanan karena dapat menyebabkan kematian biota budidaya dengan
cepat. Parasit adalah organisme yang hidupnya dapat menyesuaikan diri dan
merugikan organisme lain yang ditempatinya (inangnya) dan menyebabkan
penyakit. Parasit merugikan inang tersebut karena mengambil nutrien dari inang
yang dapat menyebabkan sakit bahkan kematian.
Terdapat beberapa jenis parasit yang biasa menyerang biota budidaya pada
usaha perikanan antara lain Ichtyophthirius sp., saprolegnia, Trichodina sp.,
Trichodinella sp., Myxobolus spp., Myxosoma spp., Henneguya spp.,
Thellohanelus spp., Lernea cyprinaceae, Dactylogyrus sp., Gyrodactylus., Gousia
spp., Argulus sp., Flexibacter columnaris , Aeromonas hydrophila, Pseudomonas
flourescens, Mycobacterium fortuitum, Saprolegnia, Achlya, dan Branchiomyces.
Serangan setiap jenis parasit menunjukkan gejala yang berbeda-beda dan
spesifik (khas) pada jenis ikan tertentu. Parasit juga menyerang pada jaringan atau
organ tubuh yang berbeda-beda pada biota budidaya. Jenis-jenis parasit yang
menyerang biota budidaya (ikan) serta gejala-gejala yang ditimbulkannya harus
diketahui secara tepat agar dapat mengendalikannya secara efektif. Oleh karena
itu, praktikum mengenai identifikasi parasit pada ikan ini perlu untuk dilakukan.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan parasit baik pada
bagian eksternal maupun internal ikan.
3. II. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum penyakit organisme akuatik dengan judul pemeriksaan parasit
dilakukan pada hari Selasa pukul 07.00 s.d 10.00 WIB tanggal 20 September
2011. Bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan selama praktikum adalah perlengkapan bedah, kain
lap, baki, dan mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ikan nila dan
belut.
2.3 Prosedur
2.3.1 Pemeriksaan Ektoparasit
Sebelum dilakukan pengamatan ektoparasit, ikan mas dimatikan dengan
cara digunting bagian pangkal kepala hingga syaraf tulang vertebrae putus dan
ikan lumpuh. Selanjutnya diukur morfometriknya dan bagian kecil sirip dorsal,
sirip pektoral, sirip ventral, sirip anal, sirip caudal, sisik, dan kulit diiris tipis. Jaga
dalam keadaan basah dengan akuades. Kemudian irisan tadi diletakan di atas gelas
objek dan diamati dengan mikroskop. Amati dan catat hasilnya.
Sama halnya seperti ikan mas, belut juga sebelum diamati permukaan
tubuhnya dari ektoparasit diukur dahulu panjangnya. Kemudian diambil sampel
dari sirip caudal, permukaan operculum, serta bagian lendir tubuh. Amati dengan
mikroskop dan catat hasilnya.
2.3.2 Pemeriksaan Endoparasit
Setelah pemeriksaan ektoparasit, ikan dibedah untuk mendapatkan organ-
organ dalamnya. Organ-organ dalam yang diperiksa adalah insang, usus, hati,
ginjal, dan empedu. Setelah organ dalam didapatkan, letakan di atas gelas objek
dan ditetesi dengan larfis kemudian diamati dengan mikroskop. Amati dan catat
hasilnya.
4. Sebagai metode penghitungan data, berikut adalah rumus untuk
menentukan prevalensi dan intensitas.
Rumus Prevalensi
Rumus Intensitas
5. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil pemeriksaan parasit pada ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Pemeriksaan Ektoparasit
Letak Parasit dan Jumlah
Ukuran
No. Jenis Parasit Sirip Sirip Sirip Sirip
Ikan Kulit Operkulum Insang
Punggung Dada Perut Ekor
Trichodina
1. 6,8 cm - - 1 1 - - -
sp.
Dactyrogilu
- - 2 - - - -
s sp.
Trichodina
2. 6 cm 2 1 - 1 1 - -
sp.
Trichodina
3. 5,5 cm - 3 10 1 3 1 1
sp.
Pemeriksaan Endoparasit
Letak Parasit dan Jumlah
No. Ukuran Ikan Jenis Parasit
Usus Ginjal Hati Limfa
1. 6,8 cm Trichodina sp. - - - 2
2. 6 cm - - - - -
3. 5,5 cm - - - - -
1. Hasil pemeriksaan parasit pada ikan belut (Monopterus albus)
Panjang Asal Parasit
Parasit yang Jumlah
Lab Kelompok Total Belut
di Temukan Parasit Ektoparasit Ektoparasit
(cm)
1 28 - - - -
2 28 - - - -
3 31 - - - -
Trichodina Lendir
LKI 4 31 30 -
sp. Tubuh
5 30 - - - -
Trichodina Lendir
6 29 2 -
sp. Tubuh
3.2 Pembahasan
Patogen ikan bermacam-macam, baik dari golongan parasit, bakteri,
jamur, maupun virus. Serangan penyakit ini dapat timbul sewaktu-waktu, bersifat
eksplosif (meluas), penyebarannya cepat dan seringkali menimbulkan kematian
6. yang cepat pula. Penyakit yang disebabkan oleh parasit disebut parasitis. Penyakit
yang disebabkan oleh bakteri disebut penyakit bakterial. Penyakit yang
disebabkan oleh jamur disebut penyakit mycosis. Sedangkan penyakit yang
disebabkan oleh virus disebut penyakit viral. Selain itu, penyakit ikan juga dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan dan nutrisi (pakan). Penyakit yang disebabkan
oleh faktor lingkungan disebut penyakit nonparasitis.
Dalam hal ini akan lebih dalam membahas tentang penyakit yang
disebabkan oleh parasit. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, beberapa jenis
parasit yang biasa menyerang biota budidaya pada usaha perikanan antara lain
Ichtyophthirius sp., saprolegnia, Trichodina sp., Trichodinella sp., Myxobolus
spp., Myxosoma spp., Henneguya spp., Thellohanelus spp., Lernea cyprinaceae,
Dactylogyrus sp., Gyrodactylus., Gousia spp., Argulus sp., Flexibacter
columnaris , Aeromonas hydrophila, Pseudomonas flourescens, Mycobacterium
fortuitum, Saprolegnia, Achlya, dan Branchiomyces. Parasit yang berhasil
diidentifikasi pada praktikum kali ini adalah Lernea cyprinaceae dan Trichodina
sp.
Jenis parasit yang berhasil ditemukan adalah Trichodina sp. atau
Trichodinella sp pada hampir seluruh tubuh ikan baik itu bagian luar maupun
dalam. Namun umumnya ditemukan pada bagian luar tubuh ikan. Penyakit
Trichodiniais merupakan penyakit parasitis. Penyakit ini termasuk golongan
protozoa. Trichodina sp. menyerang ikan pada bagian tubuh dan sirip. Sedangkan
Trichodinella sp. menyerang insang ikan. Hal ini senada dengan hasil yang
didapatkan ketika praktikum. Parasit Trichodinella sp. ditemukan pada insang
ikan nila. Parasit ini berukuran sangat kecil (mikrosopis) sehingga untuk
mendeteksinya harus menggunakan mikroskop (Sidi Asih 1992).
Parasit Trichodina sp. dan Trichodinella sp. dapat menyerang semua
ukuran ikan, tetapi kebanyakan menyerang ikan berukuran besar. Penyakit ini
menimbulkan kerusakan pada tubuh ikan dan insang. Kematian ikan akibat parasit
ini cukup tinggi (Abbas 1995)
Gejala-gejala serangan penyakit Trichodiniais adalah kondisi ikan lemah,
tubuh ikan berwarna kusam (pudar), ikan sering menggosok-gosokkan tubuhnya
ke dinding kolam atau ke dasar kolam. Penularan penyakit ini melalui air dan
7. kontak langsung antara ikan yang terinfeksi dengan ikan yang sehat. Faktor yang
mendukung berkembangnya penyakit Trichodinais adalah menurunnya kadar
oksigen dalam air hingga kurang dari 4 ppm, suhu air yang fluktuatif, dan bahan
organik yang tinggi di dalam air kolam.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan pemberian pakan yang
bermutu baik dan tepat jumlahnya, kondisi air kolam yang cukup oksigen, air
kolam banyak mengandung bahan organik, dan suhu air kolam yang sesuai
dengan kehidupan ikan. Ikan yang terserang penyakit harus ditangkap dan
kemudian dipisahkan ke dalam bak/kolam tersendiri, kemudian diobati dengan
cara direndam dalam larutan formalin 40 ppm selama 24 jam. Obat lainnya
menurut Cahyono (2000) yang dapat digunakan adalah copper oxychlorine.
Carannya direndam ke dalam air yang mengandung copper oxychlorine dengan
dosis 5 ppm. Dosis tersebut efektif untuk pengobatan semua ukuran ikan.
Penggunaan obat ini harus hati-hati dan tidak boleh melebihi dosis yang
dianjurkan karena dapat mematikan ikan yang diobati.
Selanjutnya, parasit kedua yang berhasil ditemukan adalah Dactylogyrus
sp. pada pemeriksaan ektoparasit ikan nila. Parasit ini termasuk cacing
monogenea yang menyebabkan penyakit dactylogyriasis yang juga sering diderita
oleh ikan gurame dan ikan mas. Cacing Dactylogyrus sp. menyerang insang,
sedangkan cacing Gyrodactylus sp. menyerang tubuh dan sirip (Cahyono 2000).
Hal ini senada dengan penemuan Dactylogyrus sp. yang ditemukan ketika
praktikum, yaitu insang ikan nila. Namun tidak ditemukan cacing Dactylogyrus
sp. pada insang belut.
Cacing Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp. menyerang bibit ikan dan
ikan dewasa. Penularannya terjadi melalui media air dan kontak langsung antara
ikan yang terinfeksi dan ikan yang sehat. Faktor yang mendukung berkembangnya
cacing Dactylogyrus sp. adalah kualitas air yang menurun, kepadatan populasi
ikan yang tinggi, suhu air yang berubah-ubah, dan kekurangan pakan. Gejala-
gejala serangan cacing Dactylogyrus sp. adalah kondisi ikan lemah, nafsu makan
menurun dan ikan megap-megap seperti kekurangan oksigen.
Menurut Abbas Siregar (1995), perkembangan cacing Dactylogyrus sp.
dapat dicegah dengan meningkatkan kualitas air, memberi makan yang cukup dan
8. bermutu baik, menghindari pemakaian peralatan yang terkontaminasi cacing, dan
pengendapan serta penyaringan air yang masuk ke dalam kolam. Menurut Ongko
Praseno (1992) , pengobatan terhadap ikan yang terinfeksi cacing Dactylogyrus
sp. dapat dilakukan dengan merendamnya dalam larutan formalin 40 ppm selama
24 jam. Obat-obat lain yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit
dactylogyriasis adalah organic phosphoric acid ester. Beberapa merk jenis obat
tersebut adalah dypterex, dylox, masoten, dan fibol. Dosis yang dianjurkan adalah
0,25-1 ppm. Ikan yang terinfeksidirendam dalam air yang sudah mengandung obat
tersebut. Penggunaan obat organic phosphoric acid ester harus dilakukan dalam
temperatur air dan pH yang rendah.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
9. Berdasarkan hasil yang didapat ketika mengamati benih ikan nila dan belut
saat praktikum ditemukan parasit jenis Trichodina sp. pada permukaan kulit dekat
dengan pangkal dorsal dan Dactylogyrus sp. pada organ insang.
4.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya lebih baik praktikan diajak melihat
langsung ke kolam yang ikannya terjangkit penyakit agar mengetahui dengan
nyata di lapangan bagaiman reaksi ikan yang terserang penyakit. Kemudian ikan
dibawa ke laboratorium dan diidentifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Siregar, Djarijah. 1995. Penyakit Ikan dan Cara Pengendaliannya.
Kanisius: Jakarta
10. Cahyono, Bambang. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Kanisius: Jakarta
Ongko Praseno, dkk. 1992. Bakteri Patogen pada Ikan gurame (Osphronemus
gouramy) dan pengobatannya. Dalam: Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Ikan Air Tawar, Balitkanwar, Bogor.
Sidi Asih, dkk. 1992. Produksi masal benih ikan nila. dalam: Prosiding Seminar
Hasil Penelitian Perikanan Ikan Air Tawar, Balitkanwar, Bogor.