際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
MEMPELAJARI JENIS SIRIP PADA IKAN
SEBAGAI APLIKASI BRUNER LEARNING THEORY
LAPORAN HASIL OBSERVASI
disusun untuk memenuhi salah satu tugas teori belajar
yang diampu oleh Dr. Ari Widodo, Phill., M.Ed
oleh :
Pendidikan Biologi A 2013
Zharfa Dhini Setiawan 1300982
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
A. Judul
Mempelajari Jenis Sirip pada Ikan Sebagai Aplikasi Bruner Learning Theory
B. Tujuan Observasi
Kegiatan observasi ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
1. Memahami lebih dalam mengenai Bruner Learning Theory
2. Mengetahui bentuk-bentuk Bruner Learning Theory dalam kehidupan sehari-hari
C. Pelaksanaan Observasi
Hari, Tanggal : Jumat, 07 Maret 2015
Pukul : 17.01 WIB
Tempat : Padasuka Atas, Cimenyan
D. Landasan Teori
Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915)
dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif
yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya
pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan
kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan
mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia
sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar
merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal
baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Pendirian yang terkenal yang
dikemukakan oleh J. Bruner ialah, bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarakan dengan
efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam setiap
tingkat perkembangannya. Pendiriannya ini didasarkan sebagian besar atas
penelitian Jean Piaget tentang perkembangan intelektual anak. Berhubungan dengan hal
itu, antara lain:
a. Perkembangan intelektual anak
Menurut penelitian J. Piaget, perkembangan intelektual anak dapat dibagi
menjadi tiga taraf.
1. Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, masa pra sekolah, jadi tidak
berkenaan dengan anak sekolah. Pada taraf ini ia belum dapat mengadakan
perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia
luar. Karena itu ia belum dapat memahami dasar matematikan dan fisika yang
fundamental, bahwa suatu jumlah tidak berunah bila bentuknya berubah. Pada
taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak
sangat terbatas.
2. Fase operasi kongkrit, pada taraf ke-2 ini operasi itu internalized, artinya
dalam menghadapi suatu masalah ia tidak perlu memecahkannya dengan
percobaan dan perbuatan yang nyata; ia telah dapat melakukannya dalam
pikirannya. Namun pada taraf operai kongkrit ini ia hanya dapat memecahkan
masalah yang langsung dihadapinya secara nyata. Ia belum mampu memecahkan
masalah yang tidak dihadapinya secara nyata atau kongkrit atau yang belum
pernah dialami sebelumnya.
3. Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi
berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang
berlangsung dihadapinya sebelumnya.
b. Tahap-tahap dalam proses belajar mengajar
Menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu:
1. Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah
keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
2. Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrakatau konseptual.
3. Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana
informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala atau masalah yang dihadapi. ( Muhabib Syah,M.Ed, 2000)
c. Alat-Alat Mengajar
Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam 4 macam menurut fungsinya.
1. Alat untuk menyampaikan pengalaman vicarious. Yaitu menyajikan bahan-
bahan kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan
pengalaman langsung yang lazim di sekolah. Ini dapat dilakukan melalui film,
TV, rekaman suara dll.
2. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu
gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi juga eksperimen atau
demonstrasi, juga program yang memberikan langkah-langkah untuk memahami
suatu prinsip atau struktur pokok.
3. Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau
tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk
memberi pengertian tentang suatu ide atau gejala.
Alat automatisasi seperti teaching machine atau pelajaran berprograma,
yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi ballikan
atau feedback tentang responds murid. ( Prof.Dr Nasution, M.A, 2000)
d. Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan:
1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. Misal :
untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedangkan bukan
contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran.
2. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalnya
berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini  apakah nama bentuk
ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran
ubin-ubin yang dapat digunakan?
3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya
sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut?
4. Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan
intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan
pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban
yang sebenarnya. (Anita W,1995 dalam Paulina panen, 2003 3.16)
5. Berikut ini disajikan contoh penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran
matematika di sekolah dasar.
e. Tahap-tahap dalam penerapan teori Bruner.
Menurut Bruner, agar proses mempelajari sesuatu pengetahuan atau kemampuan
berlangsung secara optimal, dalam arti pengetahuan atau kemampuan dapat
diinternalisasi dalam struktur kognitif orang yang bersangkutan. Kemampuan
tersebut dibagi dalam 3 tahap yaitu, tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik.
1. Tahap Enaktif.
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara
langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak atik)objek.
2. Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran
internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau
grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan
gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.
3. Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi
Simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.
E. Metode
Pengamatan dilakukan kepada 1 orang anak (kelas 5 SD) dengan diberikan 3 tahap,
yaitu :
1. Tahap Ennacticve
Anak diberikan model (puzzle) berupa sirip-sirip ikan (Mas) yang harus disusun
sesuai dengan letak/posisi sirip itu berada. Dibelakang potongan sirip-sirip ikan
tersebut telah diberikan nama-nama sirip ikan (dorsal, pectoral, caudal, ventral/pelvic
dan analis). Setelah disusun sesuai letak siripnya, anak diberi tahu nama-nama sirip
ikan yang telah tadi ia susun.
2. Tahap Iconic
Anak diperlihatkan gambar ikan yang memiliki jenis sirip yang sama, setelah itu
anak diberikan gambaran mengenai ikan yang memiliki sirip pelvic yang lebih
panjang dari ikan yang ia buat sebelumnya (Gurame). Kemudian anak ditugaskan
untuk menggambarkan ikan tersebut.
3. Tahap Symbolic
Setelah menggambarkan apa yang ditugaskan, pada tahap ini anak tersebut diberi 5
pertanyaan yang harus ia isi mengenai jenis-jenis sirip yang tadi ia pelajari
sebelumnya.
F. Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, anak yang diberi ketiga tahapan tersebut
dapat memahami dan mengetahui nama-nama sirip yang ada pada ikan (dorsal, pectoral,
caudal, ventral/pelvic dan analis). Mulai dari tahap yang belum menguasai secara
abstrak, hingga akhirnya dapat menguasai materi tersebut secara abstrak.
Gambar 1.1 Gambar 1.2
Model Puzzle yang Digunakan Ikan yang memiliki sirip sama
(Dokumentasi Kelompok, 2015) (Dokumentasi Kelompok, 2015)
Gambar 1.3 Hasil menggambar ikan dengan sirip pelvic lebih panjang
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
Gambar 1.4 Pertanyaan dan jawaban pada tahap Symbolic
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
G. Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi, berikut merupakan temuan dari aplikasi teori belajar
Bruner:
1. Pada tahap Ennactive anak diberikan pengertian mengenai nama-nama sirip ikan
dengan cara menyusun puzzle (diberikan model) berupa menyusun sirip ikan
berdasarkan letak aslinya, kemudian diberikan arahan mengenai nama-nama sirip
tersebut. Pada tahap ini anak diajak langsung untuk mengamati letak sirip ikan dan
apasajakah nama dari sirip-sirip tersebut. Di tahap ini anak dapat langsung
memahami nama dari sirip-sirip ikan, dikarenakan anak melihat langsung bagaimana
bentuknya dan dimana letaknya.
2. Pada tahap Iconic, anak dijelaskan mengenai ikan yang memiliki sirip yang
bentuknya sama seperti ikan pada puzzle namun jenisnya berbeda. Setelah diberi
penjelasan, anak diberikan berupa persoalan yang sedikit abstrak, yakni ia diharuskan
untuk menggambarkan ikan dengan sirip-sirip yang tadi dijelaskan sebelumnya
namun salah satu bentuk siripnya berbeda (sirip pelvic nya lebih panjang dari ikan
yang terdapat pada puzzle). Daya imajinasi (yang sedikit abstrak) pada anak tersebut
haruslah berjalan, agar dapat menggambarkan bagaimana bentuk ikan yang
ditugaskan.
3. Di tahap Symbolyc ini anak ditugaskan untuk mengisi pertanyaan mengenai sirip-
sirip yang ia pelajari sebelumnya. Ia diharuskan untuk mengingat-ngingat apasaja
nama-nama sirip yang telah ia pelajari sebelumnya, tanpe melihat model ikan yang
pada tahap sebelumnya masih diperlihatkan. Di tahap ini anak memasuki satu fase
yang diharuskan untuk dapat berpikir secara abstrak.
H. Kesimpulan
Tahapan-tahapan yang ada pada teori belajar Bruner ini benar-benar
mempengaruhi cara belajar anak, yang dimulai dengan harus diadakannya suatu
model, hingga anak tersebut dapat berpikir (abstrak) tanpa melihat model-mdel yang
ia pelajari sebelumnya. Anak pada usia dini tidak akan langsung memahami suatu
materi pembelajaran apabila belum ada model yang diberikan oleh gurunya.
Sedngkan anak yang sudah dapat berpikir secara abstrak, tanpa memperlihatkan
model pun, anak tersebut sudah dapat melakukan apa yang ditugaskan kepadanya.
Daftar Pustaka
Dahar, Ratna W. 2006. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Erlangga
Fuaidah, Tuunas. 2014. Teori Belajar Mengajar Menurut Jerome S. Bruner. [Online]
Tersedia : https://8tunas8.wordpress.com/teori-belajar-mengajar-menurut-jerome-s-
bruner/ [Diakses 7 Maret 2015]
Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta :
Bumiaksara
Syah, Muhabib. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Simanjuntak, Lisnawaty. 1993. Metode Mengajar. Jakarta; PT Rineka Cipta

More Related Content

Laporan Mini Project "Teori Belajar Bruner"

  • 1. MEMPELAJARI JENIS SIRIP PADA IKAN SEBAGAI APLIKASI BRUNER LEARNING THEORY LAPORAN HASIL OBSERVASI disusun untuk memenuhi salah satu tugas teori belajar yang diampu oleh Dr. Ari Widodo, Phill., M.Ed oleh : Pendidikan Biologi A 2013 Zharfa Dhini Setiawan 1300982 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015
  • 2. A. Judul Mempelajari Jenis Sirip pada Ikan Sebagai Aplikasi Bruner Learning Theory B. Tujuan Observasi Kegiatan observasi ini bertujuan agar mahasiswa dapat: 1. Memahami lebih dalam mengenai Bruner Learning Theory 2. Mengetahui bentuk-bentuk Bruner Learning Theory dalam kehidupan sehari-hari C. Pelaksanaan Observasi Hari, Tanggal : Jumat, 07 Maret 2015 Pukul : 17.01 WIB Tempat : Padasuka Atas, Cimenyan D. Landasan Teori Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J. Bruner ialah, bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarakan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat perkembangannya. Pendiriannya ini didasarkan sebagian besar atas penelitian Jean Piaget tentang perkembangan intelektual anak. Berhubungan dengan hal itu, antara lain: a. Perkembangan intelektual anak Menurut penelitian J. Piaget, perkembangan intelektual anak dapat dibagi menjadi tiga taraf. 1. Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, masa pra sekolah, jadi tidak berkenaan dengan anak sekolah. Pada taraf ini ia belum dapat mengadakan perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia luar. Karena itu ia belum dapat memahami dasar matematikan dan fisika yang
  • 3. fundamental, bahwa suatu jumlah tidak berunah bila bentuknya berubah. Pada taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak sangat terbatas. 2. Fase operasi kongkrit, pada taraf ke-2 ini operasi itu internalized, artinya dalam menghadapi suatu masalah ia tidak perlu memecahkannya dengan percobaan dan perbuatan yang nyata; ia telah dapat melakukannya dalam pikirannya. Namun pada taraf operai kongkrit ini ia hanya dapat memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara nyata. Ia belum mampu memecahkan masalah yang tidak dihadapinya secara nyata atau kongkrit atau yang belum pernah dialami sebelumnya. 3. Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya sebelumnya. b. Tahap-tahap dalam proses belajar mengajar Menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu: 1. Tahap informasi (tahap penerimaan materi) Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. 2. Tahap transformasi (tahap pengubahan materi) Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrakatau konseptual. 3. Tahap evaluasi Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi. ( Muhabib Syah,M.Ed, 2000) c. Alat-Alat Mengajar Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam 4 macam menurut fungsinya. 1. Alat untuk menyampaikan pengalaman vicarious. Yaitu menyajikan bahan- bahan kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman langsung yang lazim di sekolah. Ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dll.
  • 4. 2. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi juga eksperimen atau demonstrasi, juga program yang memberikan langkah-langkah untuk memahami suatu prinsip atau struktur pokok. 3. Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk memberi pengertian tentang suatu ide atau gejala. Alat automatisasi seperti teaching machine atau pelajaran berprograma, yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi ballikan atau feedback tentang responds murid. ( Prof.Dr Nasution, M.A, 2000) d. Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan: 1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran. 2. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini apakah nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan? 3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut? 4. Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. (Anita W,1995 dalam Paulina panen, 2003 3.16) 5. Berikut ini disajikan contoh penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar. e. Tahap-tahap dalam penerapan teori Bruner. Menurut Bruner, agar proses mempelajari sesuatu pengetahuan atau kemampuan berlangsung secara optimal, dalam arti pengetahuan atau kemampuan dapat diinternalisasi dalam struktur kognitif orang yang bersangkutan. Kemampuan tersebut dibagi dalam 3 tahap yaitu, tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik.
  • 5. 1. Tahap Enaktif. Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak atik)objek. 2. Tahap Ikonik Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. 3. Tahap Simbolis Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi Simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. E. Metode Pengamatan dilakukan kepada 1 orang anak (kelas 5 SD) dengan diberikan 3 tahap, yaitu : 1. Tahap Ennacticve Anak diberikan model (puzzle) berupa sirip-sirip ikan (Mas) yang harus disusun sesuai dengan letak/posisi sirip itu berada. Dibelakang potongan sirip-sirip ikan tersebut telah diberikan nama-nama sirip ikan (dorsal, pectoral, caudal, ventral/pelvic dan analis). Setelah disusun sesuai letak siripnya, anak diberi tahu nama-nama sirip ikan yang telah tadi ia susun. 2. Tahap Iconic Anak diperlihatkan gambar ikan yang memiliki jenis sirip yang sama, setelah itu anak diberikan gambaran mengenai ikan yang memiliki sirip pelvic yang lebih panjang dari ikan yang ia buat sebelumnya (Gurame). Kemudian anak ditugaskan untuk menggambarkan ikan tersebut. 3. Tahap Symbolic Setelah menggambarkan apa yang ditugaskan, pada tahap ini anak tersebut diberi 5 pertanyaan yang harus ia isi mengenai jenis-jenis sirip yang tadi ia pelajari sebelumnya.
  • 6. F. Hasil Pengamatan Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, anak yang diberi ketiga tahapan tersebut dapat memahami dan mengetahui nama-nama sirip yang ada pada ikan (dorsal, pectoral, caudal, ventral/pelvic dan analis). Mulai dari tahap yang belum menguasai secara abstrak, hingga akhirnya dapat menguasai materi tersebut secara abstrak. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Model Puzzle yang Digunakan Ikan yang memiliki sirip sama (Dokumentasi Kelompok, 2015) (Dokumentasi Kelompok, 2015) Gambar 1.3 Hasil menggambar ikan dengan sirip pelvic lebih panjang (Dokumentasi Kelompok, 2015) Gambar 1.4 Pertanyaan dan jawaban pada tahap Symbolic (Dokumentasi Kelompok, 2015)
  • 7. G. Pembahasan Berdasarkan hasil observasi, berikut merupakan temuan dari aplikasi teori belajar Bruner: 1. Pada tahap Ennactive anak diberikan pengertian mengenai nama-nama sirip ikan dengan cara menyusun puzzle (diberikan model) berupa menyusun sirip ikan berdasarkan letak aslinya, kemudian diberikan arahan mengenai nama-nama sirip tersebut. Pada tahap ini anak diajak langsung untuk mengamati letak sirip ikan dan apasajakah nama dari sirip-sirip tersebut. Di tahap ini anak dapat langsung memahami nama dari sirip-sirip ikan, dikarenakan anak melihat langsung bagaimana bentuknya dan dimana letaknya. 2. Pada tahap Iconic, anak dijelaskan mengenai ikan yang memiliki sirip yang bentuknya sama seperti ikan pada puzzle namun jenisnya berbeda. Setelah diberi penjelasan, anak diberikan berupa persoalan yang sedikit abstrak, yakni ia diharuskan untuk menggambarkan ikan dengan sirip-sirip yang tadi dijelaskan sebelumnya namun salah satu bentuk siripnya berbeda (sirip pelvic nya lebih panjang dari ikan yang terdapat pada puzzle). Daya imajinasi (yang sedikit abstrak) pada anak tersebut haruslah berjalan, agar dapat menggambarkan bagaimana bentuk ikan yang ditugaskan. 3. Di tahap Symbolyc ini anak ditugaskan untuk mengisi pertanyaan mengenai sirip- sirip yang ia pelajari sebelumnya. Ia diharuskan untuk mengingat-ngingat apasaja nama-nama sirip yang telah ia pelajari sebelumnya, tanpe melihat model ikan yang pada tahap sebelumnya masih diperlihatkan. Di tahap ini anak memasuki satu fase yang diharuskan untuk dapat berpikir secara abstrak. H. Kesimpulan Tahapan-tahapan yang ada pada teori belajar Bruner ini benar-benar mempengaruhi cara belajar anak, yang dimulai dengan harus diadakannya suatu model, hingga anak tersebut dapat berpikir (abstrak) tanpa melihat model-mdel yang ia pelajari sebelumnya. Anak pada usia dini tidak akan langsung memahami suatu materi pembelajaran apabila belum ada model yang diberikan oleh gurunya. Sedngkan anak yang sudah dapat berpikir secara abstrak, tanpa memperlihatkan model pun, anak tersebut sudah dapat melakukan apa yang ditugaskan kepadanya.
  • 8. Daftar Pustaka Dahar, Ratna W. 2006. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Erlangga Fuaidah, Tuunas. 2014. Teori Belajar Mengajar Menurut Jerome S. Bruner. [Online] Tersedia : https://8tunas8.wordpress.com/teori-belajar-mengajar-menurut-jerome-s- bruner/ [Diakses 7 Maret 2015] Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumiaksara Syah, Muhabib. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Simanjuntak, Lisnawaty. 1993. Metode Mengajar. Jakarta; PT Rineka Cipta