Kasus pria berusia 55 tahun dengan keluhan sulit buang air kecil. Pemeriksaan fisik menunjukkan prostat membesar. Diagnosis beninga hiperplasia prostat. Pasien diobati dengan open prostatektomi.
2. IDENTITAS
Nama : Tn. J
Umur : 55 th
Jenis Kelamin: Laki-laki
Pekerjaan : Serabutan
Alamat : Jantiharjo,
Karanganyar
Agama : Islam
No RM : 003452xx
MRS : 11 agustus 2015
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh BAK sulit sejak 10 hari yang
lalu. pasien mengaku menahan BAK selama 2
jam namun setelahnya BAK tidak bisa keluar.
Dalam 1 tahun terakhir pasien mengeluh harus
mengejan saaat pertama akan buang air kecil,
tapi air kencing yang keluar hanya sedikit dan
menetes, sehingga dirasa kurang lampias.
sudah pernah mengalami gejala yang sama dan
dipasang selang untuk BAK sebanyak 1 kali.
BAK darah disangkal, kencing berpasir
disangkal, demam (-)
9. Paru
Inspeksi Normothorax, dada simetris.
retraksi (-/-) ketertinggalan gerak
dada (-), retraksi dada (-), sela iga
melebar (-), benjolan (-)
Palpasi Fremitus kiri kanan sama, simetris,
ketinggalan gerak (-/-)
Perkusi Sonor +/+
Auskultasi SDV +/+ Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
10. Jantung Hasil Pemeriksaan
Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
Palpasi Iktus kordis tidak teraba, tidak kuat
angkat
Perkusi Batas Kiri
-bawah : SIC V LMCS
-atas: SIC III LSS
Batas Kanan
-bawah : SIC V LSD
-atas : SIC III LPD
Auskultasi Suara jantung S1 S2 reguler murni, HR:
56, bising sistolik (-), gallop (-)
11. ABDOMEN
Inspeksi ikterik(-), sikatriks (-), dinding
perut lebih rendah dari dinding
dada, ascites (-)
Auskultasi Peristaltik (+) normal
Palpasi Supel, nyeri tekan (-), hepar lien
tidak teraba, defans muskular (-)
Perkusi Timpani, asites (-), NKCV (-)
13. Status Lokalis
Regio supra pubis
I : rambut pubis (+). benjolan (-)
P : NT (-). nyeri lepas tekan (-), massa (-)
P : timpani
A : bising usus + normal
Regio Genitalia eskterna
I : edem skrotum (-) tanda radang (-), terpasang
kateter
P : testis teraba dua buah, kenyal, NT(-)
14. Rectal Toucher
-Tonus sphincter
ani baik
-Mukosa rektum
licin
-Ampula tidak
kolaps
-teraba massa
arah jam 11-1
-konsistensi
kenyal padat
-batas tegas
-permukaan rata
licin
-sulcus medianus
teraba
-tidak simetris
-Nodul (-)
-Pool atas tidak
teraba
- nyeri tekan (-)
STLD (-)
lendir (-)
feses (-)
16. Pemeriksaan DR tanggal 13-8-
2015 :
Pemeriksaan Angka Satuan Nilai Normal
Creatinin 0,92 gr/dl 0,8-1,1
Ureum 43,9 106ul 10-50
17. RESUME
Hasil anamnesis keluhan berupa tidak bisa BAK
sepuluh hari yll lalu, sebelum BAK tidak keluar pasien
menahan kencing. Dalam 1 tahun terakhir harus
mengejan saaat pertama akan BAK, tapi air kencing
yang keluar hanya sedikit dan menetes, sehingga
dirasa kurang lampias.
Hasil pemeriksaan fisik keadaan umum tampak sakit
ringan. Kesadaran CM, Vital Sign, TD : 130/80 mmHg,
Nadi : 56 x/menit. Respirasi 18 x/menit. Suhu : 36,3oC,
pemeriksaan thorax, abdomen dbn.
Rectal Toucher: sphincter ani adekuat, mukosa anus licin,
ampula rekti tidak kolaps, teraba massa arah jam 11-1,
konsistensi kenyal padat, batas tegas, permukaan rata
licin, sulcus medianus teraba, tidak simetris, nodul(-) nyeri
23. ANATOMI
Prostat merupakan kelenjar
berbentuk konus terbalik yang
dilapisi oleh kapsul fibromuskuler,
terletak di inferior vesika urinaria,
mengelilingi bagian proksimal
uretra (uretra pars prostatika)
dan berada di sebelah anterior
rektum
24. Kelenjar prostat terbagi menjadi 5
lobus yaitu:4
Lobus medius
Lobus lateralis (2 lobus)
Lobus anterior
Lobus posterior
Sebagian besar hiperplasia prostat
terdapat pada zona transisional yang
letaknya proksimal dari sfingter eksternus
di kedua sisi dari verumontanum dan di
zona periuretal.
26. 70 % pria usia 60-69
tahun di Amerika
Serikat dan 80 % pada
pria diatas 70 tahun
Epidemiologi
28. Tumor Growth Factor 硫 (TGF 硫)
proliferasi, diferensiasi, dan
apoptosis sel pada prostat
disregulasi ekspresi TGF 硫
laju kematian sel fisiologis
Fungsi TGF 硫 inhibitor
proliferasi sel epitel pada
prostat terhambat, terjadi
hiperplasia
Teori remodelling
31. Adanya epitelial budding dan glandular
morphogenesis pada embrio ><
perkembangan prostat menimbulkan
perkiraan adanya reawakening kembali
pada masa tingkat embriologik jaringan
periuretral tumbuh lebih cepat induksi
stroma lokal perubahan hiperplastik
epitel
Teori embryonic
reawakening
32. Teori Stem Sel
Seperti pada organ lain, prostat yang fungsinya
sebagai kelenjar periuretral berada dalam keadaan
yang seimbang antara pertumbuhan sel dan sel yang
mati (steady state). Keseimbangan ini disebabkan
adanya kadar testosteron tertentu dalam jaringan
prostat yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga
dapat berploriferasi. Pada keadaan tertentu jumlah sel
stem ini dapat bertambah sehingga dapat terjadi
proliferasi yang lebih cepat. Terjadinya proliferasi
abnormal sel stem sehinggal menyebabkan proliferasi
sel stroma dan sel epitel kelenjar periuretral prostat
menjadi berlebihan (Purnomo, 2000).
Pat
prostat seimbang antara
pertumbuhan sel dan sel yang
mati (steady state).
Jumlah sel stem ini dapat
bertambah proliferasi lebih
cepat proliferasi abnormal sel
stem proliferasi sel stroma dan
sel epitel kelenjar periuretral
prostat menjadi berlebihan
Teori Stem Sel
33. Faktor etiologi lumen uretra pars
prostatika menyempit & menghambat
aliran urin resistensi leher vesika
tekanan intravesika buli-buli
harus berkontraksi lebih kuat utk
mengeluarkan urin kontraksi terus
menerus perubahan anatomi
Otot detrusor hipertrofi, menonjol ke
dalam vesika (trabekulasi) disebut
fase kompensasi
PATOFISIOLOGI
37. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Analisis urin
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah
Pemeriksaan Prostate Spesific Antigen (PSA)
dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya
biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan.
38. Pemeriksaan radiologis
Foto polos abdomen batu, pembesaran
ginjal atau buli-buli. Dapat juga dilihat lesi
metastasis dari keganasan prostat
IVP fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter,
fish hook appearance (gambaran ureter berbelok-
belok di vesika). divertikel, residu urin, atau filling
defect di vesika.
USG trans abdominal mendeteksi pembesaran
prostat, hidronefrosis ataupun kerusakan ginjal
akibat obstruksi BPH yang lama
40. Patologi anatomi
Menunjukkan adanya hiperplasia epitel dan
stroma di prostat.
41. Anamnesis: terdapat gejala obstruktif dan
iritatif
Pemeriksaan fisik: terutama colok dubur
didapatkan prostat teraba membesar,
konsistensi kenyal, permukaan rata,
asimetris, menonjol ke dalam rektum.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan pencitraan: dengan
transuretral ultrasonografi dapat terlihat
prostat membesar
DIAGNOSIS
43. MEDIKAMENTOSA
Alpha adrenergic blocker untuk menghambat
efek sinapsis postganglionik pada otot polos dan
kelenjar exokrin.
Phenoxybenzamine (Dibenzyline) 10 mg per oral.
Prazosin (Minipress) 2 mg per oral
Alfuzosin (UroXatral) 2,5 mg per oral
Indoramin 20 mg per oral
44. 5-alpha reduktase inhibitors untuk menghambat
konversi testosteron menjadi DHT, menyebabkan
kadar DHT menjadi turun, yang dapat
mengurangi ukuran prostat.
Finasteride (Proscar) 5 mg per oral
Dutasteride (Avodart) 0,5 mg per oral
45. Terapi Invasif Minimal
Transurethral resection of the prostate (TUR-
P) Menghilangkan bagian adenomatosa dari
prostat yang menimbulkan obstruksi dengan
menggunakan resektoskop dan
elektrokauter.
Transurethral incision of the prostate (TUIP)
Dilakukan terhadap penderita dengan gejala
sedang sampai berat dan dengan ukuran
prostat kecil.
Terapi laser. Tekniknya antara lain
Transurethral laser induced prostatectomy
(TULIP) yang dilakukan dengan bantuan USG,
Visual coagulative necrosis, Visual laser ablation
of the prostate (VILAP), dan interstitial laser
therapy.
47. Terapi alat
Microwave hyperthermia
Memanaskan jaringan adenoma melalui alat yang dimasukkan
melalui uretra atau rektum sampai suhu 42-45oC sehingga
diharapkan terjadi koagulasi.
Trans urethral needle ablation (TUNA)
Alat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila posisi
sudah diatur, dapat mengeluarkan 2 jarum yang dapat
menusuk adenoma dan mengalirkan panas, sehingga
terjadi koagulasi sepanjang jarum yang menancap di
jaringan prostat.
High intensity focused ultrasound (HIFU)
Melalui probe yang ditempatkan di rektum yang
memancarkan energi ultrasound dengan intensitas tinggi
dan terfokus.
48. Terapi Bedah Konvensional (Open
simple prostatectomy)
Sering dilakukan ketika kelenjar sangat
besar (>100gr), ketika ada komplikasi, atau
kandung kemih telah rusak. Prostatektomi
terbuka dilakukan melalui pendekatan
suprapubik transvesikal (Freyer) atau
retropubik infravesikal (Mllin). Komplikasi y
ang dapat terjadi adalah inkontinensia urin,
impoten, ejakulasi retrograde, dan kontraktur
leher buli-buli.
50. PROGNOSIS
>90% mengalami perbaikan sebagian atau
perbaikan dari gejala yang dialaminya
Sekitar 10-2-% akan mengalami kekambuhan
penyumbatan dalam 5 tahun
58. Cocktt A. T. K., Koshiba K. 1979.Manual of Urologic Surgery.
New York: Verlags
Eun-Hyun Lee, Ki-Hong Chun, Yunhwan Lee. 2005. Benign
Prostatic Hyperplasia in Community-Dwelling Elderly in Korea.
Journal of Korean Academy of Nursing Vol. 35, No. 8, 1508
1513
Goldman, Lee & Andrew I. Schafer. 2012. Goldmans Cecil
Medicine 24th edition. Philadelphia: lsevier Saunders
Karin Dillner. 2003. Molecular Characterization of Prostate
Hyperplasia in Prolactin Transgenic Mice. Dep of Phys and
Pharm Sahlgrenska Academy. Swedia: Svenska Tryckpoolen
AB
Parsons, J. K. 2010. Benign Prostatic Hyperplasia and Male
Lower Urinary Tract Symptoms: Epidemiology and Risk
Factors. Curr Bladder Dysfunct Rep 5:212218
Purnomo, B. P. 2000. Buku-buku Kuliah Dasar Urologi Jakarta:
CV
Roy, Himans. 2011. Short Textbook of Surgery. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publisher.