1. LAPORAN RESMI LABORATORIUM BAHAN 1
Abstrak Semen putih sebagai salahs atu bahan yang
sering digunakan daam kehidupan sehari hari memiliki
karakteristik alami sebagai isolator panas. Peraktikum ini
selanjutnya akan menguji sejauh mana panas dapat
mengalir melwati bahan semen putih tersebut lewat
penentuan nilai konduktivitasnya. Percobaan ini
melibatkan peralatan berupa 2 silinder aluminium
semanjang 3 cm, semen putih dengan 3 macam ukuran
tinggi yaitu 1,1cm, 1,7cm, dan 2,3cm, kompor listrik,
pirometer, air, penjepit dan stopwatch. Percobaan
dilakukan dengan menempatkan sample (semen
putih) diantara dua balok aluminium yang salah
satunya dipanaskan. Perubahan suhu diantara titik
titik sambungan ketiga bahan tersebut selanjutnya
dijadikan referensi dalam menentukan
konduktivitasnya. Hasil nilai konduktivitas termal
semen putih diketahui sample A (paling panjang)
bernilai 11.689 W/mo
C pada bagian atas dan 33.494
W/mo
C pada bagian bawah. Pada sample B nilai k atas
13.712 W/mo
C dan bawah 26.271 W/mo
C. sementara
sample C bernilai atas 26.136 W/mo
C dan bawah 449.054
W/mo
C.
Kata Kunci Konduktivitas panas, Aluminum, Semen
putih, nilai konduktivitas
I. PENDAHULUAN
Dalam peristiwa perpindahan panas pada berbagai
jenis bahan, dikenal setidaknya tiga cara utama suatu
energy panas dapat menjalar, yaitu dengan cara
konduksi, konveksi dan radiasi. Pada peristiwa
konduksi, perpindahan panas terjadi pada benda yang
bersentuhan secara fisik, dengan kata lain kedua benda
tersebut sama sama bersentuhan langsung satu sama
lainnya. Proses penghantaran panas dalam peristiwa
konduksi dijelaskan sebagai pengaruh getaran atom dan
molekul penyusun bahan yang meningkat saat dikenakan
energy dalam bentuk panas.
Getaran atom dan partikel di salah satu titik reseptor
panas ini selanjutnya akan mempengaruhi atom atom di
sekitarnya dan menyebabkan atom disekitarnya ikut
bergetar. Kondisi ini terus berlunag hingga energy panas
menyebar ke seluruh bahan. Khusus pada logam,
perpindahan panas secara konduksi dapat terjadi lebih
cepat disebabkan konduktivitas panas logam yang tinggi.
Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah electron bebas
yang mampu bergerak menghantarkan panas secara lebih
efisien dibanding getaran partikel dan atom pada bahan
non logam.
Pada peristiwa konveksi, perpindahan panas
berlangsung lewat perindahan zat secara fisis. Peristiwa
konveksi hampir selalu terjadi pada zat fluida, dimana
partikel penyusun zatnya dapat bergerak bebas dan
memindahkan panas dari satu wilayah ke wilayah
lainnya. Sementara proses perpindahan panas lewat
radiasi tidak membutuhkan media penghantar, sehingga
dapat terjadi meski dalam kondisi vakum. Hal tersebu
disebabkan perpindahan secara radiasi melibatkan
gelombang Elektromagnetik dan bukan getaran atom
atau perpindahan electron pada bahan.
Gambar 1. Ilustrasi tiga jenis proses penghantaran panas.
Pada setiap bahan, kapasitas penghantaran panas
bahan dikenal dengan istilah Konduktivitas panas (k)
yang menunjukan kemampuan bahan tersebut untuk
menghantarkan panas. Secara umum, semakin rendah
konduktivitas suatu bahan maka semakin kecil
kesempatan ahan tersebut dalam menghantarkan panas
secara efektif dan menjadikannya memiliki sifat sebagai
peredam (isolator) panas. Demikian pula jika nilai
konduktivitasnya tinggi maka bahan tersebut merupakan
konduktor yang baik.
Pada bahan logam yang merupakan konduktor,
konduktivitasnya akan menurun seiring dengan kenaikan
suhu bahannya. Hal ini menunjukan ketergantungan
konduktivitas termal pada nilai densitas, yaitu massa
bahan dibagi dengan volume total. Dalam volume total
ini termasuk juga volume rongga, seperti kantong-
Uji Konduktivitas Termal Bahan Semen Putih
Bogiva Mirdyanto, Kunti Nailazzulfa, Setiawan Abdillah, Yovanita Narsisca
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: bogiva12@mhs.physics.its.ac.id
2. LAPORAN RESMI LABORATORIUM BAHAN 2
kantong udara yang terdapat di diantara partikel
penyusun bahan tersebut. K sendiri dapat didefinisikan
secara matematis dengan persamaan
(1)
Persamaan (1) didefinisikan sebagai panas, Q, yang
dihantarkan selama waktu t melaui ketebalan L, pada
permukaan dengan luas A yang disebabkan oleh
perbedaan suhu T.
Konduktivitas suatu bahan pun terpengaruh dalam
suhu. Pergetaran partikel dalam bahan juga terpengaruh
oleh jarak antar partikel. Hal ini menyebabkan nilai k
pada bahan tidak homogeny akan meningkat seiring
dengan meningkatnya suhu karena perubahan yang tidak
seragam pada seluruh bahan. Meski demikian
perpindahan panas pun masih tetap dapat terjadi lewat
propagasi Kristal bahan yang menyusun komposisi
bahan tersebut. Peristiwa propagasi tersebut dikenal
dengan sebutan fonon.
Pada bahan bahan non logam dengan konduktivitas
rendah, fenomena fonon memiliki peran penting dalam
proses penghantaran panas. Dimana fonon merupakan
suati sifat bahan yang timbul dari kuantisasi sistem fisika
yang dijelaskan sebagai kisi elastis pada atom atom
penyusun yang akan menyambungkan getaran akibat
kenaikan energy pada satu titik keseluruh kisi. Meski
demikian, pengaruh fenomena fonon sendiri sangat kecil
jika dibanding perpindahan electron dalam proses
konduksi panas.
II. METODE
A. Metodologi Percobaan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mendaatkan nilai
konduktivitas bahan semen putih. Percobaan dilakukan
dengan menggunakan 2 silinder aluminium semanjang 3
cm, semen putih dengan 3 macam ukuran tinggi yaitu
1,1cm, 1,7cm, dan 2,3cm (gambar (2)), kompor listrik,
pirometer, air, penjepit dan stopwatch.
Gambar 2. Sample bahan semen A (2,3cm), B (1,7cm),
C (1,1cm)
Percobaan dimulai dengan membentuk dan
memotong sample sesuai kebutuhan, kemudian
menyusun sample dan blok aluminium seperti pada
gambar (3). Sebelum pemanasan titik penganmbilan data
pada sample ditentukan sebagai T1, T2,T3, dan T4. Sample
yang telah disusun pada posisi kemudian dipanaskan dan
setiap 7 menit diambil data suhu pada keempat titik
dengan menggunakan pirometer. Data kemudian dicatat
dan diolah untuk menghasilkan nilai konduktivitas yang
diinginkan.
Gambar 3. Susunan balok aluminium dan sample pada
percobaan
B. Metodologi Pengolahan Data
Data yang didapatkan diolah dengan menggunakan
persamaan
(2)
Dengan : Kref = konduktivitas semen
KAl = konduktivitas Aluminium
= Perbedaan suhu pada semen
= Perbedaan suhu pada Aluminium
Lref/Al = panjang Semen/ Aluminium
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari keempat titik yang ditentukan, perolehan data akan
dibagi menurut dua jenis titik umum yaitu titik atas (atas
aluminum 1, semen dan aluminium 2) dan titik bawah
pada masing masing pengambilan data. Data suhu titik
atas ditampilkan pada tabel berikut
3. LAPORAN RESMI LABORATORIUM BAHAN 3
Tabel 1. K atas semen sample A
Pengukuran
ke-
T Titik
1(K)
T Titik
2 (K)
T Titik
3(K) k semen
1.000 33.000 35.000 34.000
2.000 35.000 36.000 35.000
3.000 50.000 54.000 54.000
19.358 8.066 7.641 11.689
Tabel 2. K atas semen sample B
Pengukuran
ke-
T Titik
1(K)
T Titik
2 (K)
T Titik
3(K) k semen
1.000 33.000 34.000 40.000
2.000 34.000 38.000 41.000
3.000 54.000 54.000 53.000
5.366 26.828 8.943 13.712
Tabel 3. K atas semen sample C
Pengukuran
ke-
T Titik
1(K)
T Titik
2 (K)
T Titik
3(K) k semen
1.000 35.000 35.000 38.000
2.000 36.000 36.000 39.000
3.000 51.000 52.000 40.000
4.629 4.340 69.438 26.136
Tabel 4. K bawah semen sample A
Pengukuran
ke-
T Titik
1(K)
T Titik
2 (K)
T Titik
3(K) k semen
1.000 35.000 35.000 35.000
2.000 50.000 54.000 54.000
3.000 52.000 58.000 60.000
20.310 32.069 48.104 33.494
Tabel 5. K bawah semen sample B
Pengukuran
ke-
T Titik
1(K)
T Titik
2 (K)
T Titik
3(K) k semen
1.000 34.000 34.000 41.000
2.000 54.000 54.000 53.000
3.000 56.000 61.000 56.000
11.259 39.407 28.148 26.271
Tabel 6. K bawah semen sampel C
Pengukuran
ke-
T Titik
1(K)
T Titik
2 (K)
T Titik
3(K) k semen
1.000 36.000 36.000 39.000
2.000 51.000 52.000 40.000
3.000 64.000 62.000 57.000
63.139 45.533 1238.492 449.054
Dari data tersebut, dapat terlihat bahwa semakin pendek
sample, maka konduktivitasnya semakin tinggi. Hal ini
berkaitan dengan sifat alami semen sebagi isolator
dimana semakin besar permukaan dan panjang sample
maka akan semakin sulit dan semaki banyak energy
yang diperlukan untuk menghantarkan panas.
Selain itu, hal tersebut juga mempengaruhi
perbedaan suhu yang terlihat pada bagian atas dan
bawah sample, dimana bagian bawah sample pada
kondisi apapun selalu lebih panas dari bagian atasnya.
Ini disebabkan bagian bawah lebih dulu menerima panas
dari kompor sehingga panas menjalar lebih besar
dibagian bawah sample.
Seluruh data pengambilan K sample selanjutnya di
rata rata dan diapatkan konduktivitas kasar rata rata
semen pada bagian atas dan bawah
Tabel 7. Rata rata k semen
Jenis Sample K atas (W/mo
C) K bawah (W/mo
C)
Sample 1 11.689 33.494
Sample 2 13.712 26.271
Sample 3 26.136 449.054
RATA-RATA 17.179 169.606
IV KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini
adalah semen merupakan bahan isolator namun masih
dapat menghantrkan sedikit panas lewat peristiwa fonon.
Dapat disimpulkan pula semakin panjang sample, nilai
konduktivitasnya semakin rendah ditunjukan dengan
nilai K sample A (paling panjang) bernilai 11.689
W/mo
C pada bagian atas dan 33.494 W/mo
C pada bagian
bawah. Pada sample B nilai k atas 13.712 W/mo
C dan
bawah 26.271 W/mo
C. sementara sample C bernilai atas
26.136 W/mo
C dan bawah 449.054 W/mo
C.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada asisten
laboratorium yang telah membimbing dalam percobaan
Uji Konduktivitas Termal Bahan Semen Putih. Tidak
lupa terimakasih kepada teman-teman satu team atas
kerja samanya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Djaprie, Sriati. Teknologi Mekanik jilid 1
Erlangga, Jakarta. 1992.
[2] Bradbury, Dasar Metalurgi Untuk Rekasasawan
PT. Gramedia Pustaka Utama. 1997
[3] Serway Jewett. 2004. Fisika Untuk Science dan
Teknik. Jakarta : Salemba Teknika
[4] http://physics.nist.gov/Pubs/SP811/appenB9.html