1. Last day
Seperti biasa aku menonton theater seishun girls. Hari ini kebetulan Sinka dan Rona tampil.
Setelah show selesai aku tidak langsung pulang, melainkan makan dulu di Solaria. Setelah itu,
aku hendak mengambil motorku namun pintu basement melalui dalam mall sedang di
perbaiki, terpaksa aku keluar mall dulu baru menuju basement. Saat keluar mall, aku melihat
ada beberapa member diganggu oleh beberapa fans. Aku yang melihat itu sempat celingak
celinguk mencari sosok JOT yang biasanya mengkawal mereka. Saat kuperhatikan mereka,
mataku menangkap Naomi, Sinka, dan Rona yang diganggu, aku dengan cepat menghampiri
mereka dan berusaha melindungi mereka dr fans yang berniat buruk itu.
"Mau sok jadi pahlawan lu?!" Bentak seseorang dr mereka ketika kuperingatkan untuk
menjauhi kami.
"Kita-kita ini emang biasa nongkrong disini nungguin member pulang.." Lanjut yang lain.
Muka Rona dan Sinka sudah pucat ketakutan. Saat aku melihat wajah Sinka dan Rona yang
ketakutan seperti ada sesuatu yang mendorong diriku untuk melindungi mereka. Tanpa aba2
tanganku menghantam telak pipi salah satu dari fans jahil tersebut, sehingga membuat dia
jatuh tergeletak. Yang lain melihat temannya dipukul langsung serempak menyerangku dan
menghajarku. Aku tidak bisa melawan karna jumlah mereka terlalu banyak dan memang situasi
disitu sedang sepi.
"Udah kalian lari aja!! Jangan perduliin aku!!" Teriakku pada member JKT48.
Tiba-tiba aku merasa sesuatu yang keras menghantam kepalaku.....
Aku melihat beberapa orang mengitariku tapi wajah Sinka dan Rona paling jelas kulihat
namun pandanganku kabur sebentar jelas sebentar buram. Aku merasakan sakit diseluruh
badanku. Aku mendengar suara isak tangis.
"Kenapa mereka menangis?" Kataku dalam hati.
"Kamu sadar? Kita khawatir liat kondisi kamu kayak gini.." Kata Rona sambil mengusap air
matanya.
Aku merasakan ada cairan yang keluar cukup banyak dari kepala, hidung, mulut dan rasa sakit
pada dada, punggung dan perutku. Ketika kuusap kepalaku ternyata darah. Ketika
mengetahui itu rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal tenggorokanku sehingga
membuatku batuk. Ternyata aku muntah darah. Kulihat Sinka penuh noda darah di baju,
celana, tangan serta pahanya. Sementara Rona pun sama.
"Ayo kita bawa kerumah sakit.. Nanti makin parah!! Pak bantu kami ngangkat dia yaa.." Teriak
Rona pada seseorang yang tidak terlalu jelas karena pandanganku semakin kabur.
"Namamu siapa?" Tiba-tiba Sinka berbisik.
"Timotius.." Jawabku lemah.
2. "Makasih yaa udah nolongin aku sama kak Rona.." Bisiknya kali ini dengan air mata yang
terjatuh di hidungku. Rasanya seperti melayang....
Aku seperti terbang perlahan. Menatap langit luas. Saat itu aku melihat Sinka memangku
kepalaku diatas pahanya. Aku bingung aku bisa melihat diriku sendiri. Aku mendekati mereka
dan berusaha memegang Sinka namun tidak terpegang olehku.
"Timotius?" Sinka memanggilku.
"Aku disini..." Bisikku di telinganya.
Ketika Rona melihat tubuhku terdiam dan mataku terpejam dia langsung menaruh jarinya di
hidungku. Seketika dia menangis.
Sinka yang melihat itu sempat bingung "Kenapa kak?".
"Dia sudah tidak ada..." Lanjut Rona dan menangis sekencang2nya.
Sinka melihat tubuhku dan memeluknya erat lalu menangis juga sambil berbisik "Terima Kasih
Timotius..."
Aku seperti terbang sambil menyaksikan mereka berdua menangis di kelilingi orang-orang
yang ikut menangis melihat kematianku yang tragis itu. Aku sekarang bisa tenang karena
kematianku tidak sia-sia... Selamat tinggal Sinka Rona... I'll be protect you booth...
By: @aprino_timotius & daniel yovie