Dokumen tersebut membahas tentang Teknik Bantuan Hidup Dasar (BLS) yang meliputi penilaian bahaya, kesadaran, jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi untuk mengembalikan fungsi oksigenasi organ vital seseorang yang mengalami keadaan membahayakan nyawa. BLS dilakukan dengan mengevaluasi situasi berbahaya, memeriksa kesadaran korban, membersihkan jalan nafas, memastikan pernafasan, dan memberikan komp
1 of 6
Downloaded 98 times
More Related Content
Lembar pendahuluan bls
1. TEKNIK BANTUAN HIDUP DASAR
(BLS-Basic Life Support)
Terdapat banyak keadaan yang akan menyebabkan kematian dalam waktu singkat, tetapi
semuanya berakhir pada satu akhir yakni kegagalan oksigenasi sel, terutama otak dan jantung.Usaha
yang dilakukan untu mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadan yang
mengancam nyawa yang dikenal sebagai Bantuan Hidup (Life Support). Bila usaha Bantuan Hidup
ini tanpa memakai cairan intra-vena, obat ataupun kejutan listrik maka dikenal sebagai Bantuan Hidup
Dasar (Basic Life Support). Apabila BHD dilakukan cukup cepat, kematian mungkin dapat dihindari
seperti nampak dari tabel dibawah ini :
Keterlambatan kemungkinan berhasil
1 menit 98 dari 100
4 menit 50 dari 100
10 menit 1 dari 100
Catatan : Bila ada tanda kematian pasti seperti kaku mayat atau lebam mayat, sudah sia-sia untuk
melakukan BHD.
BHD dikenal juga dengan RJP (Resusitasi Jantung Paru)
Tujuan:
Mempertahankan dan mengembalikan fungsi oksigenasi organ-organ vital (Otak, Jantung & Paru)
Mempertahankan hidup dan mencegah kematian
Mencegah komplikasi yang bisa timbul akibat kecelakaan
Mencegah tindakan yang dapat membahayakan korban
Melindungi orang yang tidak sadar
Prinsip Penanganan BHD :
Jangan panik, Tetap Tenang!
Lakukan DRABC
Do No Further Harm
DR. A B C
D = Danger ( Bahaya )
R = Response ( Kesadaran )
A = Airway ( Jalan Nafas )
B = Breathing ( Pernafasan )
C = Circulation ( Peredaran Darah (jantung dan pembuluh darah) )
D = Danger (Bahaya)
Prinsip : Perhatikan bahaya yang mengancam diri sendiri, orang lain & korban
Jangan menjadi korban berikutnya
Ingatkan orang disekitar
Pindahkan bahaya dari korban atau pindahkan korban dari bahaya
Jika bahaya tidak dapat diamankan tunggu bantuan ahli
Periksa Bahaya sebelum menolong korban
2. R = Response (Kesadaran)
Tujuan : Memeriksa kesadaran
Tehnik :
Tepuk bahu korban dan panggil dengan keras
Jika korban sadar, periksa dan tangani segera perdarahan bila ada atau lakukan pertolongan
pertama lain
Jika tidak ada respon, panggil bantuan dan ambil AED bila ada, kemudian lanjutkan dengan
tindakan ABC
Periksa response/kesadaran korban dengan menepuk bahu & panggil korban.
Pastikan telah meggunakan alat pelindung diri yang sesuai
A = Airway (Jalan Nafas)
Tujuan : Membersihkan dan membuka jalan nafas
Tehnik :
Buka dan bersihkan mulut korban
Tengadahkan dahi, angkat dagu korban ke arah atas-depan (head tilt chin lift)
Tengadahkan dahi, topang dagu (Head Tilt Chin Lift)
Menilai jalan nafas dan pernafasan :
Berhasilnya resusitasi tergantung dari cepatnya pembukaan jalan nafas
Bila penderita sadar dapat berbicara kalimat panjang : Airway baik, Breathing baik
Bila penderita tidak sadar bisa menjadi lebih sulit
Lakukan penilaian Airway-Breathing dengan cara : Lihat-Dengar-Raba
Obstruksi jalan nafas merupakan pembunuh tercepat, lebih cepat dibandingkan gangguan
breathing dan circulation.lagipula perbaikan breathing tidak mungkin dilakukan bila tidak ada Airway
yang baik.
a. Obstruksi total
Pada obstruksi total mungkin penderita ditemukan masih saar atau dalam keadaan tidak sadar.
Pada obstruksi total yang akut, biasanya disebabkan tertelannya benda asing yang lalu menyangkut
dan menyumbat di pangkal larink, bila obstruksi total timbul perlahan (insidious) maka akan
berawal dari obstruksi parsial menjadi total.
Bila penderita masih sadar
Penderita akan memegang leher, dalam keadaan sangat gelisah. Kebiruan (sianosis) mungkin
ditemukan, dan mungkin ada kesan masih bernafas (walaupun tidak ada udara keluar-
masuk/ventilasi). Dalam keadaan ini harus dilakukan perasat Heimlich (abdominal thrust).
Kontra-indikasi Heimlich manouvre atau kehamilan tua dan bayi.
b. Obstruksi parsial
Disebabkan beberapa hal, biasanya penderita masih dapat bernafas sehingga timbul beraneka
ragam suara, tergantung penyebabnya (semuanya saat menarik nafas, inspirasi)
Cairan (darah, sekret, aspirasi lambung dsb), bunti kumur-kumur.
Lidah yang jatuh kebelakang-mengorok
Penyempitan di larink atau trakhea-stridor
Pengelolaan Jalan nafas
a. Penghisapan (suction) bila ada cairan
b. Menjaga jalan nafas secara manual
Bila penderita tidak sadar maka lidah dapat dihindarkan jatuh kebelakang dengan memakai :
Angkat kepala-dagu (Head tilt-chin manouvre), prosedur ini tidak boleh dipakai bila ada
kemungkinan patah tulang leher.
Angkat rahang (jaw thrust)
Head tilt-chin lift maneuver
Tekniknya dengan meletakan salah satu tangan dibawah leher penderita dan tangan yang
lainnya pada dahi, kemudian lakukan ekstensi. Head tilt akan memposisikan kepala pasien pada posisi
sniffing dengan lubang hidung menghadap ke atas. Kemudian pindahkan tangan yang menyangga
3. leher, letakan dib bawah simfisis mandibula, sehingga tidak menekan jaringan lunak dari submental
triangel dan pangkal lidah. Mandibula kemudian didorong ke depan dan ke atas hingga gigi atas dan
bawah bertemu. Ini disebut dengan chin lift, yang akan menyokong rahang dan membantu
memiringkan kepala belakang.
Jaw-thrust maneuver
Jaw-thrust maneuver merupakan teknik membuka jalan napas yang paling aman jika
diperkirakan terdapat cedera servikal. Teknik ini memungkinkan servikal tetap pada posisi netral
selama resusitasi. Penolong berada diatas kepala penderita, letakan kedua tangan disamping pipi
penderita, pegang rahang pada sudutnya, kemudian angkat mandibula ke arah depan. Siku penolong
dapat diletakan diatas permukaan dimana penderita berbaring. Teknik ini akan mengangkat rahang dan
membuka jalan nafas dengan gerakan minimal kepala
Finger sweep
Teknik ini hanya digunakan pada pasien yang tidak sadar. Pegang dan angkat mandibula berikut
lidah dengan ibu jari dan jari lainnya (satu tangan). Tindakan ini mungkin menyingkirkan sebagian
penyumbat dengan mengangkat lidah menjauh dari belakang kerongkongan. Kemudian penolong
memasukan jari telunjuk tangan yang satunya ke belakang kerongkongan dan gunakan teknik mengait
untuk menarik benda asing ke mulut. Hati-hati jangan sampai mendorong benda tersebut masuk lebih
dalam.
Heimlich maneuver
Heimlich maneuver adalah membuat batuk buatan dengan cara meninggikan diafragma dan
mendorong udara dari paru-paru. Tindakan ini mungkin dilakukan berkali-kali dan digunakan untuk
mengeluarkan benda asing. Heimlich maneuver dapat dilakukan dengan penderita berdiri, duduk
(standing or sitting Heimlich maneuver) ataupun berbaring (prone Heimlich maneuver).
Chest thrust maneuver
Standing chest thrust maneuver dilakukan pada penderita yang obesitas atau pada kehamilan
yang sudah besar.
Standing or sitting chest thrust maneuver
Tekniknya hampir sama dengan heimlich maneuver. Letak tangan pada dada penderita + 2-3
jari diatas prosesus sipoideus (hindari batas-batas kosta). Hentakan kedua tangan ke arah dalam.
Prone chest thrust maneuver
Posisi penolong bersimpuh dekat disamping pendeita dan letak tangan seperti saat melakukan
kompresi dada. Tekan dada pasien dengan cepat.
B = Breathing (Pernafasan)
Tujuan: Memeriksa pernafasan korban dan Memberikan nafas buatan jika korban tidak bernafas
Periksa Nafas:
Lihat : Movement of chest and stomach
Dengar : Breathing sound
Rasakan : Breathing air against your cheek
Bila Airway sudah baik, belum tentu pernafasan akan baik sehingga perlu selalu dilakukan
pemeriksaan apakah ada pernafasan penderita sudah adekuat atau belum.
Pada saat memeriksa gunakan tehnik (LFH= Look , Feel, and Hear )
gerakan dada waktu membesar dan mengecil ( look)
merasakan tahanan waktu meniup dan isi paru korban waktu mengembang(FEEL)
dengan suara dan rasakan udara yang keluar waktu ekspirasi.(HEAR)
1. Pemeriksaan Fisik penderita.
a. Pernafasan Normal, kecepatan bernafas manusia adalah :
Dewasa : 12-20 kali/menit (20)
Anak-anak : 15-30 kali/menit (30)
4. Pada orang dewasa abnormal bila pernafasan >30 atau <10 kali/menit
b. Sesak Nafas (dyspnoe)
Bila penderita sadar, dapat berbicara tetapi tidak dapat berbicara kalimat panjang :
Airway baik, Breathing terganggu, penderita terlihat sesak. Sesak nafas dapat terlihat atau
mungkin juga tidak. Bila terlihat maka akan ditemukan :
Penderita mengeluh sesak
Bernafas cepat (tachypnoe)
Pemakaian otot pernafasan tambahan
Penderita terlihat ada kebiruan
2. Pemberian Oksigen
Kanul hidung (nasal canule)
Masker oksigen (face mask)
3. Pernafasan Buatan (artificial ventilation)
Bila diperlukan, pernafasan buatan dapat diberikan dengan cara :
a. Mouth to mouth ventilation ( mulut ke mulut )
Dengan cara ini akan dicapai konsentrasi oksigen hanya 18% (konsentrasi udara paru saat
ekspirasi). Frekuensi Ventilasi Buatan :
Dewasa 10-20 x/menit
Anak 20 x/menit
Bayi 20 x/menit
b. Mouth to mask ventilation
c. Bantuan Pernafasan memakai kantung (Bag-Valve-Mask, Bagging)
C = Circulation ( jantung dan pembuluh darah )
Tujuan : Mengalirkan kembali darah ke otak dan otot jantung dengan melakukan Cardio Pulmonary
resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP)
1. Umum
a. Frekuensi denyut jantung
Frenkuensi denyut jantung pada orang dewasa adalah 60-80/menit.
b. Penentuan denyut nadi
pada orang dewasa dan anak-anak denyut nadi diraba pada a.radialis (lengan bawah,
dibelakang ibu jari) atau a.karotis, yakni sisi samping dari jakun.
2. Henti jantung
Gejala henti jantung adalah gejala syok yang sangat berat. Penderita mungkin masih akan
berusaha menarik nafas satu atau dua kali. Setelah itu akan berhenti nafas. Pada perabaan nadi
tidak ditemukan a.karotis yang berdenyut.
Bila ditemukan henti jantung maka harus dilakukan masase jantung luar yang merupakan
bagian dari resusitasi jantung paru (RJP,CPR). RJP hanya menghasilkan 25-30% dari curah
jantung (cardiac output) sehingga oksigen tambahan mutlak diperlukan.
Tehnik:
Terlentangkan korban di tempat datar dan keras dengan penolong berlutut disamping dada korban.
Letakkan tumit telapak tangan di 遜 bagian bawah tulang dada (sternum) ditengah-tengah dada
diantara 2 puting susu, kemudian letakkan telapak tangan yang lain diatasnya
Posisi lengan lurus (vertikal)
Lakukan tekanan ke dada sedalam 4-5 cm
Lepas tekanan hingga dada mengembang maksimal dengan tidak kehilangan kontak dengan dada,
Frekwensi tekanan dada adalah 100 kali dalam 1 menit
Lakukan bergantian dengan nafas buatan dengan kombinasi:
30 kali penekanan dada dilanjutkan dengan
2 kali nafas buatan
Irama/Ritme penekanan:
Sebaiknya penolong menghitung dengan cara:
One and Two and Three
Sa-tu, Du-a, Ti-ga, Em-pat, Li-ma, .. dst
5. RESUSITASI JANTUNG-PARU (RJP)
1. Langkah-langkah yang haurs diambil pada sebelum memulai RJP : ( American Heart association)
a. Tentukan tingkat kesadaran (respon penderita) :
Dilakukan dengan menggoyang penderita, bila penderita menjawab, maka ABC dalam
keadaan baik.
b. Panggil bantuan
bila petugas sendiri, maka jangan mulai RJP sebelum memanggil bantuan,
c. Posisi Penderita
Penderita harus dalam keadaan terlentang, bila dalam keadaan telungkup penderita di
balikkan.
d. Periksa pernafasan
Periksa dengan inspeksi, palpasi dan aiskultasi. Pemeriksan ini paling lama 3-5 detik.
Bila penderita bernafas penderita tidak memerlukan RJP
e. Berikan pernafasan buatan 2 kali.
Bila pernafasan buatan pertama tidak berhasil, maka posisi kepala diperbaiki atau mulut lebih
dibuka. Bila pernafasan buatan kedua tidak berhasil (karena resistensi/tahanan yang kuat),
maka airway harus dibersihkan dari obstruksi ( heimlich manouvre, finger sweep)
f. Periksa pulsasi a, karotis (5-10 detik)
Bila ada pulsasi, dan penderita bernafas, dapat berhenti
Bila ada pulsasi dan penderita tidak bernafas diteruskan nafas buatan
Bila tidak ada pulsasi dilakukan RJP
2. Tehnik Resusitasi jantung paru (Cardiopulmonary Resusitation)
RJP dapat dilakukan oleh 1 atau 2 orang.
a. Posisi penderita
penderita dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras (lantai, backboard,short spine
board).
b. Posisi petugas
posisi petugas berada setinggi bahu penderita bila akan melakukan RJP 1 orang, bila penderita
dilantai, petugas berlutut seinggi bahu, disisi kanan penderita. Posisi paling ideal sebenernya
adalah dengan menunggangi penderita, namun sering dapat diterima oleh keluarga penderita.
c. Tempat kompresi
Tepatnya 2 inci diatas prosesus xifoideus pada tengah sternum.
Jari-jari kedua tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada penderita.
Pada bayi tekanan dilakukan dengan 2 atau 3 jari, pada garis yang menghubungkan kedua
putting susu
d. Kompresi
Dilakukan dengan meluruskan siku, beban pada bahu, bukan pada siku.
Kompresi dilakukan sedalam 3-5 cm. cara lain untuk memeriksa pulsasi a, karotis yang
seharusnya ada pada setiap kompresi.
e. Perbandingan Kompresi-Ventilasi
Pada dewasa (2 dan 1 petugas) 30 : 2 anak, maupun bayi, perbandingan kompresi-ventilasi
adalah 15: 2, ini akan menghasilkan kurang lebih 12 kali ventilasi setiap menitnya, pada
dewasa dalam satu menit dilakukan 5 siklus.
f. Memeriksa pulsasi dan pernafasan
Pada RJP 1 orang, pemeriksaan dilakukan setiap 4 siklus (setiap 1 menit).
Pada RJP 2 orang, petugas yang melakukan ventilasi dapat sekaligus pemeriksaan pulsasi
karotis, setiap beberapa menit dapat dihentikan RJP untuk memeriksa apakah denyut jantung
sudah kembali.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan ABC RJP tersebut adalah,
RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun
Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik, kecuali bila ia sudah stabil
Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada, karena dapat berakibat
robeknya hati
Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat pada sternum, jari-
jari jangan menekan iga korban
6. Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut, teratur dan tidak terputus
Perhatikan komplikasi yang mungkin karena RJP
Tanda-tanda keberhasilan tehnik RJP :
Nadi karotis mulai berdenyut, pernafasan mulai spontan, kulit yang tadinya berwarna
keabu-abuan mulai menjadi merah. Bila denyut karotis sudah timbul teratur, maka kompresi
dapat di hentikan tetapi pernafasan buatan tetap diteruskan sampai timbul nafas spontan.
g. Menghentikan RJP
Bila RJP dilakukan dengan efektif, kematian biologis akan tertunda.
RJP harus dihentikan tergantung pada :
lamanya kematian klinis
prognosis penderita (ditinjau dari penyebab henti jantung)
penyebab henti jantung (pada henti jantung karena minimal listrik 1 jam)
sebaiknya keputusan menghentikan RJP diserahkan kepada dokter.
h. Komplikasi RJP
Patah tulang iga, sering terjadi terutama pada orang tua. RJP tetap diteruskan walaupun
terasa ada tulang yang patah. Patah tulang iga mungkin terjadi bila posisi tangan salah
Perdarahan pada perut, disebabkan karena robekan hati atau limpa.