ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
Lupus Eritematosus Sistemik
Menyerang wanita 15-40 th, 5 x lebih
sering dibandingkan laki laki.
Merupakan prototipepenyakit
autoimun yg ditandai oleh produksi
antibodi terhadap komponem
komponen inti sel yang berhubungan
manifestasi klinis yang luas
Perjalanan klinisnya ditandai dg
periode aktif dan remisi dg manifestasi
ringan sampai dengan berat
(mengancam jiwa)
Etiologi dan Patogenesis
Tidak diketahui dg jelas, terdapat
bukti multifaktorial yg mencakup
genetik, lingkungan dan harmonal.
10-20 % penderita SLE mempunyai
kerabat dekat yg juga menderita SLE
dan kembar identik SLE lebih tinggi.
Sistem hormonal atau neuroendokrin
berperan dalam mempengaruhi
sistem imun secara timbal balik.
Patogenesis
 Adanya satu atau lebih faktor pemicu pada
individu yg mempunyai predisposisi genetik
menghasilkan tenaga pendorong terhadap sel T
CD4 dg akibat hilangnya toleransi sel T terhadap
antigen.
 Muncul sel T autoreaktif induksi dan ekspansi
sel B.
 Ujud pemicu seks, sinar ultraviolet dan berbagai
macam infeksi.
 Pada SLE, autoantibodi terbentuk ditujukan
terhadap antigen di nukleoplasma.
 Protein (antigen) sasaran adalah DNA, histon
dan non histon.
 Antibodi ini secara bersama disebut ANA dan dg
antigen membentuk kompleks spesifik dan
beredar dalam sirkulasi.
 kompleks imum ini mengendap di berbagai
organ tubuh yg mengakibatkan aktivasi
komplemen dan selanjutnya menimbulkan
inflamasi.
 Manifestasi klinis yang terjadi karena proses
inflamasiini.
Manifestasi Klinis
Beragam dan pada awal sering tidak
dikenali
Keterlibatan sendi dan
maskuloskeletal hampir 90% kasus.
Gejala Konstutisional
Kelelahan
Penurunan BB
Demam
Lain lain (rambut rontok)
Manifestasi muskuloskletal
Paling sering > 90%.
Nyeri otot (myalgia).
Nyeri sendi (artralgia)
Koinsiden dg penyakit autoimun lain
(kadang kadang).
Manifestasi lain
Dermatologi
Pulmo
Kardiologis
Renal
Gastrointestinal
Neuropsikiatrik
Hemik-limfatik
Kriteria diagnostik
1. Ruam malar
2. Ruam diskoid
3. Fotosensitifitas
4. Ulus oral
5. Artritis non erosif
6. Pleuritis atau perikarditis
7. Renal
8. Neurologi
9. Hematologi
10. Imunologi
11. ANA
Diagnosis
Berdasarjan gambaran klinik Lab
American College of
Rheumatology (ACR) pada th 1982
mengajukan 11 kriteria dimana bila di
dapat 4 kriteria maka diagnosis dapat
di tegakkan.
Prinsip Umum Penatalaksanaan
Penyuluhan dan intervensi
psikososial.
Melindungi dari pengaruh sinar mata
hari
Profilaksis antibiotik.
Pengaturan kehamilan.
Tentukan terapi yg akan diberikan
apakah konservatif atau
imunosupresif agresif.
Terapi Konservatif
1. Artritis, artralgia dan mialgia : di
berikan analgetik atau NSAID, bila
tdk ada respon ganti dg
hidroxykloroquin. Dalam 6 bln tidak
efek yg baik ganti dg kortikosteroid
dosis rendah atau metotrexat .
2. Lupus kutaneus : lindungi dari sinar matahari.
3. Fatique dan keluhan sistemik : berikan sikap
simpatik dalam masalah ini, bila keadaan berat
glukokortikoid sistemik harus diberikan.
4. Serositis : sering ditandai dg nyeri dada dan
abdomen, diberikan analgetik atau NSAID.
Keadaan berat diberikan streroid sistemik.
Terapi Agresif
Pada keadaan berat atau
mengancam jiwa mis
glomerulonefritis harus diberikan
glukokortikoid dosis tinggi. Bila dalam
4 mgg tdk respon ganti dg
siklofosfamid 0,5-1 gr/m square
dalam 250 cc selama 60 menit dan
dilanjut 2-3 lt/24 jam.
Terapi lain adalah azatioprin,
siklospori A, mofetil mikofenolat,
hormonal dan imunoglobulin.
Penatalaksanaan Keadaan Khusus
1) Trombosis : berhubungan dg antibodi
antifosfolipid diberikan antikoagulan.
2) Abortus berulang : diberikan aspirin,
glukokortikoid dan heparin.
3) Lupus neonatal : berupa kemerahan
dikulit dan plakat berkaitan dg anti Ro.
4) Trombositofenia : evaluasi penyebab
lain, bila <50000 berikan steroid. Bila
tetap <50000 pertimbangkan ganti dg
danazol atau splenektomi.
5) SLE pada SSP : tentukan apakah stoke
atau kelainan SSP luas. Pada stroke
antikoagulan lebih bermanfaat. Sedang
kelainan SSP luas diberikan
imunosupresan.
6) Nefritis lupus : terapi diberikan
berdasarkan hasil biopsi.

More Related Content

Lupus eritematosus sistemik

  • 1. Lupus Eritematosus Sistemik Menyerang wanita 15-40 th, 5 x lebih sering dibandingkan laki laki. Merupakan prototipepenyakit autoimun yg ditandai oleh produksi antibodi terhadap komponem komponen inti sel yang berhubungan manifestasi klinis yang luas Perjalanan klinisnya ditandai dg periode aktif dan remisi dg manifestasi ringan sampai dengan berat (mengancam jiwa)
  • 2. Etiologi dan Patogenesis Tidak diketahui dg jelas, terdapat bukti multifaktorial yg mencakup genetik, lingkungan dan harmonal. 10-20 % penderita SLE mempunyai kerabat dekat yg juga menderita SLE dan kembar identik SLE lebih tinggi. Sistem hormonal atau neuroendokrin berperan dalam mempengaruhi sistem imun secara timbal balik.
  • 3. Patogenesis  Adanya satu atau lebih faktor pemicu pada individu yg mempunyai predisposisi genetik menghasilkan tenaga pendorong terhadap sel T CD4 dg akibat hilangnya toleransi sel T terhadap antigen.  Muncul sel T autoreaktif induksi dan ekspansi sel B.  Ujud pemicu seks, sinar ultraviolet dan berbagai macam infeksi.  Pada SLE, autoantibodi terbentuk ditujukan terhadap antigen di nukleoplasma.
  • 4.  Protein (antigen) sasaran adalah DNA, histon dan non histon.  Antibodi ini secara bersama disebut ANA dan dg antigen membentuk kompleks spesifik dan beredar dalam sirkulasi.  kompleks imum ini mengendap di berbagai organ tubuh yg mengakibatkan aktivasi komplemen dan selanjutnya menimbulkan inflamasi.  Manifestasi klinis yang terjadi karena proses inflamasiini.
  • 5. Manifestasi Klinis Beragam dan pada awal sering tidak dikenali Keterlibatan sendi dan maskuloskeletal hampir 90% kasus.
  • 7. Manifestasi muskuloskletal Paling sering > 90%. Nyeri otot (myalgia). Nyeri sendi (artralgia) Koinsiden dg penyakit autoimun lain (kadang kadang).
  • 9. Kriteria diagnostik 1. Ruam malar 2. Ruam diskoid 3. Fotosensitifitas 4. Ulus oral 5. Artritis non erosif 6. Pleuritis atau perikarditis 7. Renal 8. Neurologi 9. Hematologi 10. Imunologi 11. ANA
  • 10. Diagnosis Berdasarjan gambaran klinik Lab American College of Rheumatology (ACR) pada th 1982 mengajukan 11 kriteria dimana bila di dapat 4 kriteria maka diagnosis dapat di tegakkan.
  • 11. Prinsip Umum Penatalaksanaan Penyuluhan dan intervensi psikososial. Melindungi dari pengaruh sinar mata hari Profilaksis antibiotik. Pengaturan kehamilan. Tentukan terapi yg akan diberikan apakah konservatif atau imunosupresif agresif.
  • 12. Terapi Konservatif 1. Artritis, artralgia dan mialgia : di berikan analgetik atau NSAID, bila tdk ada respon ganti dg hidroxykloroquin. Dalam 6 bln tidak efek yg baik ganti dg kortikosteroid dosis rendah atau metotrexat .
  • 13. 2. Lupus kutaneus : lindungi dari sinar matahari. 3. Fatique dan keluhan sistemik : berikan sikap simpatik dalam masalah ini, bila keadaan berat glukokortikoid sistemik harus diberikan. 4. Serositis : sering ditandai dg nyeri dada dan abdomen, diberikan analgetik atau NSAID. Keadaan berat diberikan streroid sistemik.
  • 14. Terapi Agresif Pada keadaan berat atau mengancam jiwa mis glomerulonefritis harus diberikan glukokortikoid dosis tinggi. Bila dalam 4 mgg tdk respon ganti dg siklofosfamid 0,5-1 gr/m square dalam 250 cc selama 60 menit dan dilanjut 2-3 lt/24 jam. Terapi lain adalah azatioprin, siklospori A, mofetil mikofenolat, hormonal dan imunoglobulin.
  • 15. Penatalaksanaan Keadaan Khusus 1) Trombosis : berhubungan dg antibodi antifosfolipid diberikan antikoagulan. 2) Abortus berulang : diberikan aspirin, glukokortikoid dan heparin. 3) Lupus neonatal : berupa kemerahan dikulit dan plakat berkaitan dg anti Ro. 4) Trombositofenia : evaluasi penyebab lain, bila <50000 berikan steroid. Bila tetap <50000 pertimbangkan ganti dg danazol atau splenektomi.
  • 16. 5) SLE pada SSP : tentukan apakah stoke atau kelainan SSP luas. Pada stroke antikoagulan lebih bermanfaat. Sedang kelainan SSP luas diberikan imunosupresan. 6) Nefritis lupus : terapi diberikan berdasarkan hasil biopsi.