Disajikan oleh Isti Yuliawati dan Dessy Indrisari, mahasiswi di Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Jakarta pada tahun 2014. Semoga bermanfaat :)
Dokumen tersebut membahas tentang persepsi sosial, yang merupakan proses pemahaman seseorang terhadap orang lain atau realitas sosial. Persepsi sosial terbentuk dari tiga elemen yaitu pribadi, situasi, dan perilaku. Persepsi sosial dapat mempengaruhi perilaku sosial meskipun dapat menimbulkan kesalahan jika didasarkan pada sudut pandang sempit seperti stereotip atau gema.
Jung melihat kepribadian manusia terdiri dari berbagai sistem yang saling berinteraksi, termasuk ego, kompleks-kompleks dalam ketidaksadaran pribadi, archetype-archetype dalam ketidaksadaran kolektif seperti anima-animus dan shadow, serta fungsi-fungsi berpikir, merasa, mengindera dan intuitif. Self dipandang sebagai pusat keseimbangan kepribadian. Perkembangan kepribadian meliputi pengelolaan insting, penyad
Makalah Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas MercubuanaAndreasFN
油
Makalah ini membahas tentang prasangka dan diskriminasi secara sosial. Prasangka adalah sikap negatif terhadap kelompok sosial tertentu, sedangkan diskriminasi adalah tindakan nyata yang dilakukan terhadap kelompok tersebut. Makalah ini menjelaskan jenis-jenis prasangka, pembentukan prasangka, cara mengatasinya, serta dampaknya dalam masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang kognisi sosial, proses kognisi sosial, skema, heuristik, sumber kesalahan dalam kognisi sosial, dan hubungan antara kognisi dan afek. Kognisi sosial adalah cara individu menganalisis, mengingat, dan menggunakan informasi tentang peristiwa sosial, yang melibatkan proses perhatian, penyimpanan, dan pengingatan kembali informasi sosial. Kognisi dan afek saling mempengaru
Dokumen tersebut membahas tentang daya tarik interpersonal antara individu. Tiga faktor penting yang mempengaruhi daya tarik antarpersonal adalah karakteristik individu sendiri, karakteristik orang lain, dan pengaruh situasi. Faktor-faktor tersebut meliputi daya tarik fisik, kesamaan sifat kepribadian, harapan dan kenyataan, serta kedekatan dan keakraban.
Makalah metode penelitian dalam Psikologi SosialAnis Qurli
油
Makalah ini membahas metode penelitian dan etika dalam psikologi sosial. Topik utama meliputi definisi psikologi sosial, pendekatan-pendekatan dalam psikologi sosial, metode pengumpulan data dan penelitian, serta etika yang berlaku dalam penelitian psikologi sosial. Makalah ini bertujuan menjelaskan konsep-konsep dasar dalam psikologi sosial secara ilmiah.
Pemikiran jung adalah realisasi diri atau kelahiran kembali secara psikologis, ialah proses untuk menjadi seorang individu atau pribadi seutuhnya. Psikologi analitik pada esensinya merupakan psikologi mengenai hal-hal yang berlawanan, dan realisasi diri adalah proses untuk mengintegrasikan kutub-kutub yang berlawanan dalam satu individu tunggal yang homogen.
Proses menjadi diri sendiri berarti seseorang memiliki semua komponen psikologis yang berfungsi dalam kesatuan, dengan melewati suatu proses yang memanusiakannya. Orang yang melewati proses ini telah mencapai realisasi diri, meminimkan persona, mengenali anima atau animus mereka, dan mencapai kesemibangan antara introversi dan ekstraversi. Selain itu, individu yang merealisasikan diri sudah mengembangkan fungsi psikologis sampai ke tingkat superior, sebuah prestasi yang sangat sulit dicapai.
Realisasi diri sangat jarang dan hanya bisa dicapai oleh orang yang sanggup mengasimilasikan alam bawah sadar mereka ke dalam kepribadian total mereka. Manusia yang merealisasikan dirinya sanggup mengembangkan dunia eksternal maupun internal mereka. Tidak seperti individu yang terganggu secara psikologis, mereka hidup di dunia nyata, dan melakukan konsensi yang dibutuhkan untuk itu.
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Secara ringkas, perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, dan sosiopsikologis seperti kebutuhan dasar, motivasi, emosi, sikap, kepercayaan, kebiasaan. Faktor-faktor ini berinteraksi satu sama lain dalam menentukan tingkah laku manusia.
Makalah ini membahas tentang persepsi sosial, termasuk pengertian, proses pembentukan, dan proses persepsi sosial. Ia menjelaskan bahwa persepsi sosial adalah proses memahami orang lain dengan memperhatikan ekspresi, gerakan, dan tingkah laku mereka. Prosesnya melibatkan penerimaan stimulus, interpretasi, dan memberikan makna. Faktor seperti tujuan dan perasaan seseorang dapat mempengaruhi per
Dokumen tersebut membahas tentang persepsi sosial, termasuk pengertian persepsi sosial, ruang lingkup persepsi sosial, hubungan antara persepsi sosial dan kesehatan mental, ekspresi emosi pada wajah, perilaku nonverbal, budaya dan saluran komunikasi nonverbal, komunikasi nonverbal multikanal, serta perbedaan jenis kelamin dalam komunikasi nonverbal.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Makalah ini membahas tiga jenis pengaruh sosial yaitu konformitas, compliance, dan obedience yang mempengaruhi tingkah laku individu dalam masyarakat. Konformitas adalah penyesuaian diri seseorang dengan norma kelompok, compliance adalah pemenuhan permintaan orang lain, sedangkan obedience adalah kepatuhan terhadap perintah otoritas.
Alfred Adler (1870-1937) merupakan salah satu pendiri psikoanalisis bersama Sigmund Freud. Teori utamanya adalah Psikologi Individual yang menekankan inferioritas, kompensasi, dan gaya hidup sebagai penentu perkembangan kepribadian seseorang. Menurut Adler, setiap individu berusaha untuk mengatasi rasa inferior melalui gaya hidup yang dikembangkannya sejak dini.
asumsi dasar Klein adalah Fantasi atau khayalan hidup yang aktif bayi sejak ia lahir. Fantasi ini merupakan representasi psikis dari ketidak sadaran insting id yang tidak bisa dicampur adukan dengan fantasi kesadaran yang dimiliki oleh anak anak dan dewasa. Klein setuju dengan Freud Manusia mempunyai dorongan bawaan atau insting, termasuk insting kematian. Dorongan-dorongan tersebut berupa objek dan objek-objek tersebut adalah dorongan lapar untuk mendapatkan payudara baik, dorongan berhubungan badan dan memiliki organ seksual, juga lainnya
Teori belajar sosial Rotter menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh interaksi lingkungan dan pengalaman masa lalu. Menurut teori ini, perilaku diprediksi berdasarkan ekspektasi seseorang terhadap hasil dari suatu tindakan dan nilai penguatan yang diharapkan. Locus of control juga mempengaruhi, yakni persepsi seseorang mengenai seberapa besar pengaruh lingkungan atau usaha pribadi yang mempengaruhi
Hans Eysenck adalah psikolog Inggris yang mengembangkan teori kepribadian berdasarkan faktor-faktor genetik dan fisiologi. Menurut teorinya, perbedaan kepribadian berasal dari warisan genetik dan terdiri atas tiga dimensi yaitu ekstraversi, neurotisme, dan psikotisme. Ia mengukur kepribadian ini melalui beberapa inventori seperti MPI, EPI, EPQ, dan EPQ-R.
Teori kepribadian Walter Mischel menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh interaksi antara sifat kepribadian yang stabil dengan situasi yang dihadapi. Sistem kepribadian kognitif-afektif yang dia ajukan menjelaskan bagaimana variabel kognitif, afektif, tujuan, dan nilai mempengaruhi perilaku manusia.
Erich Fromm menggabungkan teori Freud dan Marx dalam psikoanalisis neomarxis. Menurut Fromm, kepribadian seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan dasar manusia seperti keterhubungan, transendensi, dan identitas, namun cara memenuhi kebutuhan tersebut ditentukan oleh sistem sosial ekonomi masyarakat. Fromm menganjurkan pembentukan masyarakat sosialis humanistik yang dapat memenuhi kebutuhan dasar man
Lebih dari teori kepribadian lainnya, Gordon Allport menekankan keunikan individu dan pendekatan eklektik dalam membangun teori kepribadian. Ia menganjurkan studi mendalam satu individu untuk memahami sifat manusia yang kompleks.
Makalah ini membahas tentang persepsi sosial, yaitu proses perolehan, penafsiran, dan pemahaman terhadap orang lain berdasarkan informasi yang didapatkan melalui indra. Proses persepsi sosial meliputi penginderaan stimulus, interpretasi stimulus, dan membentuk kesan tentang orang lain. Faktor-faktor seperti ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan komunikasi nonverbal mempengaruhi proses persepsi sosial. "
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Secara ringkas, perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, dan sosiopsikologis seperti kebutuhan dasar, motivasi, emosi, sikap, kepercayaan, kebiasaan. Faktor-faktor ini berinteraksi satu sama lain dalam menentukan tingkah laku manusia.
Makalah ini membahas tentang persepsi sosial, termasuk pengertian, proses pembentukan, dan proses persepsi sosial. Ia menjelaskan bahwa persepsi sosial adalah proses memahami orang lain dengan memperhatikan ekspresi, gerakan, dan tingkah laku mereka. Prosesnya melibatkan penerimaan stimulus, interpretasi, dan memberikan makna. Faktor seperti tujuan dan perasaan seseorang dapat mempengaruhi per
Dokumen tersebut membahas tentang persepsi sosial, termasuk pengertian persepsi sosial, ruang lingkup persepsi sosial, hubungan antara persepsi sosial dan kesehatan mental, ekspresi emosi pada wajah, perilaku nonverbal, budaya dan saluran komunikasi nonverbal, komunikasi nonverbal multikanal, serta perbedaan jenis kelamin dalam komunikasi nonverbal.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Makalah ini membahas tiga jenis pengaruh sosial yaitu konformitas, compliance, dan obedience yang mempengaruhi tingkah laku individu dalam masyarakat. Konformitas adalah penyesuaian diri seseorang dengan norma kelompok, compliance adalah pemenuhan permintaan orang lain, sedangkan obedience adalah kepatuhan terhadap perintah otoritas.
Alfred Adler (1870-1937) merupakan salah satu pendiri psikoanalisis bersama Sigmund Freud. Teori utamanya adalah Psikologi Individual yang menekankan inferioritas, kompensasi, dan gaya hidup sebagai penentu perkembangan kepribadian seseorang. Menurut Adler, setiap individu berusaha untuk mengatasi rasa inferior melalui gaya hidup yang dikembangkannya sejak dini.
asumsi dasar Klein adalah Fantasi atau khayalan hidup yang aktif bayi sejak ia lahir. Fantasi ini merupakan representasi psikis dari ketidak sadaran insting id yang tidak bisa dicampur adukan dengan fantasi kesadaran yang dimiliki oleh anak anak dan dewasa. Klein setuju dengan Freud Manusia mempunyai dorongan bawaan atau insting, termasuk insting kematian. Dorongan-dorongan tersebut berupa objek dan objek-objek tersebut adalah dorongan lapar untuk mendapatkan payudara baik, dorongan berhubungan badan dan memiliki organ seksual, juga lainnya
Teori belajar sosial Rotter menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh interaksi lingkungan dan pengalaman masa lalu. Menurut teori ini, perilaku diprediksi berdasarkan ekspektasi seseorang terhadap hasil dari suatu tindakan dan nilai penguatan yang diharapkan. Locus of control juga mempengaruhi, yakni persepsi seseorang mengenai seberapa besar pengaruh lingkungan atau usaha pribadi yang mempengaruhi
Hans Eysenck adalah psikolog Inggris yang mengembangkan teori kepribadian berdasarkan faktor-faktor genetik dan fisiologi. Menurut teorinya, perbedaan kepribadian berasal dari warisan genetik dan terdiri atas tiga dimensi yaitu ekstraversi, neurotisme, dan psikotisme. Ia mengukur kepribadian ini melalui beberapa inventori seperti MPI, EPI, EPQ, dan EPQ-R.
Teori kepribadian Walter Mischel menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh interaksi antara sifat kepribadian yang stabil dengan situasi yang dihadapi. Sistem kepribadian kognitif-afektif yang dia ajukan menjelaskan bagaimana variabel kognitif, afektif, tujuan, dan nilai mempengaruhi perilaku manusia.
Erich Fromm menggabungkan teori Freud dan Marx dalam psikoanalisis neomarxis. Menurut Fromm, kepribadian seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan dasar manusia seperti keterhubungan, transendensi, dan identitas, namun cara memenuhi kebutuhan tersebut ditentukan oleh sistem sosial ekonomi masyarakat. Fromm menganjurkan pembentukan masyarakat sosialis humanistik yang dapat memenuhi kebutuhan dasar man
Lebih dari teori kepribadian lainnya, Gordon Allport menekankan keunikan individu dan pendekatan eklektik dalam membangun teori kepribadian. Ia menganjurkan studi mendalam satu individu untuk memahami sifat manusia yang kompleks.
Makalah ini membahas tentang persepsi sosial, yaitu proses perolehan, penafsiran, dan pemahaman terhadap orang lain berdasarkan informasi yang didapatkan melalui indra. Proses persepsi sosial meliputi penginderaan stimulus, interpretasi stimulus, dan membentuk kesan tentang orang lain. Faktor-faktor seperti ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan komunikasi nonverbal mempengaruhi proses persepsi sosial. "
Makalah ini membahas tentang persepsi sosial, yaitu proses perolehan, penafsiran, dan pemahaman terhadap orang lain berdasarkan informasi yang didapatkan melalui indra. Proses persepsi sosial meliputi penginderaan stimulus, interpretasi stimulus, dan membentuk kesan tentang orang lain."
Makalah ini membahas tentang persepsi sosial, yaitu proses perolehan, penafsiran, dan pemahaman terhadap orang lain berdasarkan informasi yang didapatkan melalui indra. Proses persepsi sosial meliputi penginderaan stimulus, interpretasi stimulus, dan membentuk kesan tentang orang lain."
Makalah ini membahas tiga aliran psikologi utama yaitu strukturalisme, fungsionalisme, dan gestalt. Strukturalisme berfokus pada struktur pengalaman mental dan diusung oleh Wilhelm Wundt. Fungsionalisme menekankan fungsi dan peran proses mental dalam kehidupan yang dipopulerkan oleh William James. Psikologi Gestalt menitikberatkan pada totalitas dan hubungan antara bagian-bagian yang diusung para ilmuwan Jerman.
Dokumen tersebut merangkum 7 tradisi ilmu komunikasi yang diusulkan oleh Robert Craig yaitu sosiopsikologi, semiotika, fenomenologi, sosiokultural, sibernatika, kritis, dan retorika. Dokumen tersebut menjelaskan pendekatan masing-masing tradisi secara singkat serta memberikan contoh penerapannya dalam ilmu komunikasi.
Psikologi sosial membahas pengertian, ruang lingkup, teori dan konsep dasar. Psikologi sosial mempelajari hubungan antara individu dan lingkungan sosial, serta pengaruh sosial terhadap perilaku. Ruang lingkupnya meliputi pengaruh sosial terhadap proses individu, proses individual bersama, dan interaksi kelompok. Konsep dasarnya mencakup emosi, perhatian, kemauan, motivasi, kecerdasan, dan penghayatan.
Makalah psikologi sosial hubungan antar pribadibejeumb
油
Hubungan interpersonal (antar pribadi) adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih, yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten.
Paper ini membahas manusia dalam pandangan psikologi menurut para ahli. Ada dua pandangan utama yang dijelaskan. Pertama, menurut Sigmund Freud manusia terdiri dari Id, Ego, dan Superego yang memiliki fungsi dan prinsip sendiri-sendiri. Kedua, menurut Carl Jung manusia terdiri dari alam sadar yang dipengaruhi ego, dan alam bawah sadar personal serta kolektif. Alam bawah sadar personal berisi pengalaman pribadi sedangkan k
Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.docMahasiswa
油
Dokumen tersebut membahas tentang studi eksploratoris karakter keguruan profesional yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa PGSD. Dokumen tersebut menjelaskan tentang pengertian sikap, pembentukan sikap, struktur sikap, fungsi sikap terhadap perilaku manusia, dan dinamika perubahan sikap. Selain itu, dokumen tersebut juga membahas tentang ciri-ciri guru profesional dan beberapa hasil penelitian
Study eksploratoris karakter keguruan profesional.docdanisyarkani
油
Dokumen tersebut membahas tentang studi eksploratoris karakter keguruan profesional yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa PGSD. Dokumen tersebut menjelaskan tentang pengertian sikap, pembentukan sikap, struktur sikap, fungsi sikap terhadap perilaku manusia, dan dinamika perubahan sikap. Selain itu, dokumen tersebut juga membahas tentang ciri-ciri guru profesional dan beberapa hasil penelitian
Psikologi sosial mempelajari perilaku individu dalam konteks sosial dan pengaruh lingkungan sosial terhadap proses kognitif individu. Ilmu ini mencakup topik seperti interaksi kelompok, persepsi sosial, dan pengaruh budaya. Psikologi sosial berperan penting dalam mencegah konflik sosial dengan memahami hubungan antarmanusia.
Metode penelitian dan etika dalam psikologi sosialAnis Qurli
油
Dokumen tersebut membahas tentang psikologi sosial dan metode penelitian psikologi sosial. Psikologi sosial mempelajari tingkah laku manusia dalam konteks sosial dengan pendekatan psikologis, sosiologis, dan antropologis. Metode penelitian psikologi sosial meliputi observasi, wawancara, angket, eksperimen, dan lainnya.
Dokumen tersebut merangkum tentang psikologi sosial yang membahas definisi, tujuan, objek keilmuan, teori-teori, dan profesi terkait psikologi sosial. Psikologi sosial didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku individu yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial dengan tujuan memahami dan mengendalikan fenomena sosial.
1. PSIKOLOGI SOSIAL 1
ATRIBUSI SOSIAL
Disusun oleh:
Isti Yuliawati (46112120023)
Dessy Indrisari (46112120074)
Dosen Pengampu:
Laila M. I. W, PhD
Fakultas Psikologi
MENTEN
G
2. Jakarta
2014
DAFTAR ISI
Lembar Judul
Daftar Isi 1
Kata Pengantar ..2
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .3
B. Rumusan Masalah .....4
C. Tujuan dari Penulisan 4
BAB II : PEMBAHASAN
1. Psikologi Sosial dan pendapat para ahli psikologi .....5
2. Persepsi Sosial ..6
3. Sejarah Atribusi Sosial dan pendapat para ahli psikologi ..6-7
4. Atribusi Sosial......7-9
5. Sifat-sifat dalam atribusi sosial .....9-10
6. Teori-teori tentang atribusi ..10-12
7. Kesalahan dalam atribusi sosial .13-15
BAB III : PENUTUP
- Kesimpulan ...16-17
2 | P a g e
3. - Daftar Pustaka ..18
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat
dan HidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
judul ATRIBUSI SOSIAL dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana, yang
tepat pada waktunya, meskipun dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi, baik yang datangnya dari luar maupun dari dalam, dan masih
terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya.
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah PSIKOLOGI SOSIAL ,
dalam hal ini kami menyadari, bahwa kelancaran dalam penyusunan tugas atau materi ini,
tidak lain berkat bantuan, dan dorongan dari orang-orang terdekat khususnya keluarga,
sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada Yth: IBU. LAILA M.I.W, PhD, selaku Dosen Pengampu mata kuliah PSIKOLOGI
SOSIAL, yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada kami serta kepada
semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang turut membantu
kelancaran dalam peyusunan makalah ini.
Harapan dari kami, semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan membantu menambah wawasan cakrawala ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca dan khusunya kami secara pribadi sebagai penulis, serta mengharapkan
masukan-masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun bagi kesempurnaan
3 | P a g e
4. makalah ini, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini dan
kedepan dapat lebih baik.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Psikologi Sosial merupakan bagian dari ilmu psikologi yaitu suatu studi
yang mengkaji tentang hubungan individu/manusia dan kelompok dalam
berprilaku dan secara kejiwaan. Dalam psikologi sosial ini, mahasiswa diharapkan
mampu mempelajari dan mengerti serta memahami tentang hal hal yang
menyebabkan timbulnya gejala-gejala sosial baik dalam dirinya maupun kelompok
yang berada dilingkungan sekitarnya.
Dalam hal ini psikologi sosial mengajak kepada kita, untuk mempelajari
guna mengetahui bagaimana kita berperilaku dan bersikap dalam berinteraksi dan
bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari serta menjalin hubungan dan pengaruh
timbal balik antara manusia yang satu dengan yang lainnya dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupan dilingkungan sosialnya,
agar dapat diterangkan, mengapa seseorang berperilaku tertentu dalam situasi
4 | P a g e
5. tertentu, sehingga dengan begitu kita dapat mengetahui sifat, karakter, dan sikap
mereka.
Oleh sebab itu, dengan mempelajari psikologi sosial, maka setiap
individu/manusia, akan memahami dasar-dasar tentang gejala-gajala kejiwaan dan
perilaku individu dalam situasi sosial sehingga mempermudah dalam mendekati
masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan dan pengarahan kepada
suatu tujuan yang sebaik-baiknya.
Dengan bantuan psikologi sosial, individu/manusia dapat memecahkan
suatu problema sosial secara tepat dan sistematis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan psikologi sosial
2. Apa yang dimaksud dengan persepsi sosial
3. Sejarah tentang atribusi sosial
4. Apa yang dimaksud dengan atribusi sosial
5. Bagaimana dengan sifat-sifat dalam atribusi sosial
6. Bagaimana dengan teori-teori dalam atribusi
7. Penyebab kesalahan dalam atribusi
5 | P a g e
6. C. Tujuan dari Penulisan
1. Mengetahui pengertian psikologi sosial
2. Mengetahui pengertian persepsi sosial
3. Mengetahui dan mengerti sejarah tentang atribusi sosial
4. Mengetahui pengertian atribusi sosial
5. Mengetahui sifat-sifat dalam atribusi sosial
6. Mengetahui teori-teori dalam atribusi
7. Mengetahui penyebab kesalahan dalam atribusi
BAB II
PEMBAHASAN
1. PSIKOLOGI SOSIAL
6 | P a g e
7. Pengertian Psikologi Sosial.
Psikologi Sosial merupakan cabang dari ilmu psikologi dan merupakan ilmu
teoritik juga terapan. Pengertian dari Psikologi Sosial adalah: ilmu yang
mempelajari tentang prilaku manusia yang berhubungan dengan jiwa serta
bagaimana individu/manusia berinteraksi dengan kelompoknya. Dalam hal ini
pengertian dari psikologi sosial masih belum menemukan rumusanya yang tunggal
yang disepakati oleh semua pihak.
Besar kemungkinan bahwa rumusan tunggal itu tidak akan pernah tercapai
karena ruang lingkup psikologi sosial itu sendiri sangat luas dan berkembang terus
dari masa ke masa. Oleh karena itu, sebagai langkah awal dari upaya mempelajari
psikologi sosial, yang pertama kali diketahui adalah berbagai definisi yang ada
dalam literatur. Beberapa pendapat para ahli psikologi menjelaskan tentang
psikologi sosial, antara lain:
MYERS (2002), menurutnya bahwa Psikologi sosial adalah :
Merupakan cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari secara
menyeluruh tentang hakikat dan seba-sebab perilaku individu
dalam lingkungan sosialnya .
GORDON ALPORT, menurutnya bahwa Psikologi sosial adalah :
Merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan
menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan dan tingkah laku
seseorang, dipengaruhi kehadiran orang lain baik nyata atau tidak
nyata.
Selain mempelajari tentang perilaku individu/manusia, psikologi sosial juga
mempelajari, bagaimana aktivitas-aktivitas individu/manusia yang berhubungan
dengan situasi sosial serta hubungan hubungan sosialnya dimasyarakat seperti:
persepsi, atribusi, sikap, kerjasama, konflik dan motivasi.
2. PERSEPSI SOSIAL
Persepsi dalam pengertian psikologi adalah: Proses pencarian informasi
untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah peninderaan
7 | P a g e
8. (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya), sebaliknya alat untuk
memahaminya adalah: kesadaran atau kognisi.
Dalam hal ini penginderaan merupakan proses diterimanya stimulus oleh
individu, dan didalam persepsi ada dua hal yang ingin diketahui yaitu keadaan dan
perasaan orang lain.
Hal ini bersumber pada kecenderungan individu/manusia, untuk selalu
berupaya guna mengetahui apa yang ada di balik gejala yang ditangkapnya oleh
indera, dan dalam persepsi sosial penjelasan yang ada dibalik perilaku itu
dinamakan ATRIBUSI.
Persepsi dan atribusi ini sifatnya memang sangat subjektif, yaitu tergantung
sekali pada subjek yang melaksanakan persepsi dan atribusi itu. Dalam hal ini
persepsi sosial kadang-kadang serupa, sama atau seragam, sementara kadang-
kadang juga berbeda.
Menurut Kenny (1994) bahwa ada perbedaan antara persepsi tentang
orang (person perception) dan persepsi dalam hubungan antar pribadi
(interpersonal perception).
3. Sejarah Atribusi Sosial dan Pendapat Para Ahli
Kajian tentang atribusi pada awalnya dilakukan oleh FRIZT HEIDER (tokoh
psikologi atribusi sosial 1958).
Menurut Heider setiap individu pada dasarnya adalah seseorang ilmuwan
semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain
dengan mengumpulkan dan memadukan potongan-potangan informasi sampai
mereka tiba pada sejumlah penjelasan masuk akal tentang sebab-sebab tentang
orang lain bertingkah laku tertentu.
Cikal bakal tulisan teori atribusi berkembang dari tulisan Frizt Heider
(1958) dalam bukunya yang berjudul : Psychology of interpersonal relation.
8 | P a g e
9. Dimana dalam tulisan tersebut, Heider menggambarkan apa yang disebutnya:
na誰ve theory of action yaitu kerangka kerja konseptual yang digunakan orang
untuk menafsirkan, menjelaskan dan meramalkan tingkah laku seseorang. Dalam
kerangka kerja ini konsep intensional (seperti keyakinan, hasrat, niat, keinginan
untuk mencoba dan tujuan) memainkan peran penting.
4. ATRIBUSI SOSIAL
Definisi Atribusi Sosial
Atribusi sosial merupakan bagian dari psikologi sosial, yang mengkaji
tentang bagaimana upaya kita untuk dapat mengerti dan memahami arti perilaku
orang lain, khususnya bagaimana kita mencari sebab dan mengerti dalam
mengidentifikasi perilaku orang lain, baik itu berupa sifat, karakter, sikap dll
(sesuatu yang melekat dalam diri individu).
Perilaku-perilaku individu dapat disebabkan oleh daya personalnya maupun
orang lain, seperti kemampuan atau usaha oleh lingkungannya. Jika suatu tindakan
diatribusikan oleh daya personalnya, maka akibatnya akan berbeda dengan
tindakan yang diatribusi dengan lingkungannya.
Beberapa pendapat para ahli psikologi tentang atribusi, antara lain:
Baron & Byrne (1997) menurutnya bahwa:
Proses yang kita lakukan untuk mencari penyebab dari perilaku
orang lain, sehingga mendapatkan pengetahuan mengenai
karakteristik stabil dari orang tersebut.
Bernard Weiner (1980, 1992)
9 | P a g e
10. Atribution theory probably the most influential contemporary
theory with implications for academic motivation.
Myers (1996), menurutnya bahwa:
Kecenderungan member atribusi disebabkan oleh kecenderungan
manusia untuk menjelaskan segala sesuatu (sifat ilmuwan pada
manusia) termasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain.
Frizt Heider (tokoh psikologi atribusi 1958), menurutnya bahwa:
Dasar untuk penjelasan itu adalah akal sehat (common sense).
Dengan menggunakan commonsense, kita membuat kesimpulan-
kesimpulan seperti:
Waktu antara 2 peristiwa berpengaruh pada apakah suatu
hubungan sebab-akibat dapat disimpulkan atau tidak.
Urutan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya
juga berpengaruh pada penentu peristiwa mana yang
diduga sebagai penyebab dan peristiwa mana yang diduga
sebagai akibat.
Kesamaan antara dua peristiwa berpengaruh pada apakah
suatu hubungan seba-akibat dapat diketahuiatau tidak.
Suatu peristiwa seringkali dianggap sebagai akibat dari
penyebab tunggal.
Menurut Heider, secara akal sehat ada 2 golongan yang
menjelaskan suatu perilaku, yaitu: perilaku yang berasal dari orang
yang bersangkutan (atribusi internal) dan yang berasal dari luar
lingkungan atau diri orang yang bersangkuatan (atribusi eksternal).
10 | P a g e
11. Sebetulnya ke dua atribusi tersebut dapat terjadi sekaligus
(internal dan eksternal) akan tetapi orang cenderung untuk memilih
salah satu saja.
Dalam hal ini Heiderpun tertarik untuk menjelaskan persepsi
terhadap tingkat pertanggung jawaban dari suatu perilaku.
Terdapat tingkat pertanggung jawaban dari suatu perilaku :
association responsibility yaitu pertanggung jawaban yang
dibebankan pada orang yang tidak melakukan; causal responsibility
without foreseeability, causal responsibility with foreseeability,
intensional responsibility, justifiable responsibility.
5. SIFAT-SIFAT ATRIBUSI SOSIAL
Menurut Heider (dalam trope & gount, 2003), bahwa atribusi sosial ini
bersifat abstrak, ambigu dan normative.
Abstrak berarti atribusi merupakan abstraksi mental yang berusaha mengubah
sesuatu yang sifatnya konkret-konstektual menjadi sesuatu yang sifatnya abstrak
dan umum.
Ambigu berarti atribusi merupakan proses pereduksian informasi yang sifatnya
tidak pasti. Perilaku yang sifatnya kompleks direduksi sedemikian rupa menjadi
representasi yang bersifat abstrak, tentu hal itu dilakukan setelah menghilangkan
beberapa bagian dari konteks perilaku yang dianggap penting.
Normatif berarti atribusi melibatkan proses penilaian yang kemudian akan
dipakai didalam memahami, memprediksi, dan mengendalikan lingkungan (lihat
trope & gount, 2003).
Kita melakukan atribusi karena ingin mengetahui factor penyebab dari
suatu perilaku, kita boleh jadi mengatribusikan perilaku orang lain karena factor
internal (internal atau dispositional attribution) atau eksternal ( external atau
situational attribution). Faktor penyebab internal adalah faKtor-faktor yang
11 | P a g e
12. melekat pada diri kita seperti pengetahuan, emosi, ketrampilan, kepribadian,
motivasi, kemampuan motorik, ataupun usaha.
Sedangkan faktor penyebab eksternal adalah factor-faktor yang ada diluar
diri kita seperti kondisi, cuaca, orang lain, alam dll.
Proses atribusi telah menarik para pakar psikologi sosial dan telah menjadi
objek penelitian yang cukup intensive dalam beberapa decade terakhir. Jadi dengan
atribusi sosial kita tidak hanya mengerti dan memahami perilaku orang lain,
namun kita dapat mengerti sekaligus memahami perilaku diri sendiri tanpa harus
mempersepsikan diluar kognisi kita, karena dari apa yang orang lain perbuat maka
kitapun mungkin pernah mengalaminya atau melakukan atribusi.
6. TEORI-TEORI ATRIBUSI (Attribution theory)
Masih tentang atribusi, dalam teori ini, menjelaskan tentang bagaimana
seseorang berperilaku dalam kehidupannya sehari-hari dan berada dalam situasi
sosial.
Dalam penelitiannya, Malloy & Albright (1990): menemukan bahwa
diantara orang-orang yang sudah saling mengenal ada dua hal yang berpengaruh
pada persepsi dan atribusi sosial yaitu orang yang dipersepsikan (target) dan
orang melakukan persepsi itu sendiri atau pengamat (perceiver).
Temuan ini mendukung dua teori tentang proses pembentukan atribusi,
teori itu adalah sebagai berikut:
Teori Penyimpulan Terkait (Correspondence Inference)
Menurut teori yang berfokus pada target ini, perilaku orang lain merupakan
sumber informasi yang kaya. Jadi, kalau kita mengamati perilaku orang lain dengan
cermat, kita dapat mengambil berbagai kesimpulan. Namun dalam hal ini juga kita
harus lebih cermat dalam mengamati perilaku orang lain.
Jones & Davis (1965) dan jones & Mc.Gills (1976), mengemukakan bahwa
hal-hal khusus yang perlu diamati untuk lebih menjelaskan atribusi adalah sebagai
berikut:
12 | P a g e
13. Perilaku yang timbul karena kemauan orang itu sendiri atau orang itu bebas
memilih kelakuannya sendiri perlu lebih diperhatikan daripada perilaku
karena peraturan atau ketentuan atau tatacara atau perintah orang lain.
Perilaku yang membuahkan hasil yang tidak lazim lebih mencerminkan
atribusi pelaku daripada yang hasilnya berlaku umum.
Perilaku yang tidak biasa lebih mencerminkan atribusi daripada perilaku
umum.
Karena adanya prinsip untuk lebih mengamati hal-hal yang khusus dalam
hubungan dengan orang lain ini, orang-orang yang sudah berhubungan lama lebih
dapat saling mendalkan dalm hubungan antar pribadi mereka.
Teori sumber perhatian dalam kesadaran (conscious attentional
resources)
Teori ini menekankan proses yang terjadi dalam kognisi orang yang
melakukan persepsi (pengamat) Gilbert dkk (1988), mengemukakan bahwa
atribusi harus melewati kognisi dan dalam kognisi terjadi 3 tahap, yaitu :
a) Kategorisasi
Dalam tahap ini pengamat menggolongkan dulu perilaku orang yang diamati
(pelaku) dalam jenis atau golongan tertentu sesuai dengan bagan skema
yang sudah terekam terlebih dahulu dalm kognisi pengamat (dinamakan
skema kognisi).
b) Karakterisasi
Pengamat member atribusi kepada pelaku berdasarkan kategorisasi
tersebut.
c) Koreksi
Tahap yang terakhir adalah mengubah atau memperbaiki kesimpulan yang
ada pada pengamat tentang pelaku.
13 | P a g e
14. Dalam kehidupan sehari-hari, siklus kategorisasi, karakterisasi,
koreksi ini terjadi dalam setiap hubungan antar pribadi, yaitu hubungan
rekan kerja, teman sekolah, sahabat, pacaran, perkawinan, rekan bisnis dsb.
Dalam hal ini Jaspers & Hewtone, 1990) menjelaskan bahwa :
Hubungan itu dapat bersifat positif (saling menyukai, mencintai, percaya)
atau negative (saling benci, curiga, iri) atau dapat berlanjut atau putus
berdasarkan karakterisasi yang diberikan pada saat tertentu.
Teori atribusi internal dan eksternal dari Kelley (1972; Kelley &
Michela, 1980)
Teori ini, tetap mendasarkan diri pada akal sehat saja, mengatakan
bahwa ada 3 hal yang perlu diperhatikan untuk menetapkan apakah suatu
perilaku beratribusi internal atau eksternal.
i. Konsensus
Apakah suatu perilaku cenderung dilakukan oleh semua orang pada situasi
yang sama, makin banyak yang melakukannya, makin tinggi konsesnsus dan
makin sedikit yang melakukannya, makin rendah.
ii. Konsistensi
Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan perilaku yang sama
dimasa lalu dalam situasi yang sama, kalau ya, konsistensinya tinggi, kalau
tidak konsistensinya rendah.
iii. Distingsi atau Kekhususan
14 | P a g e
15. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan perilaku yang sama
dimasa lalu dalam situasi yang berbeda, kalau ya maka distingsinya tinggi,
kalau ya, distingsinya rendah.
Dengan demikian, atribusi yang dibuat oleh pengamat, sekali lagi, sangat
tergantung pada keadaan kognisi si pengamat itu, bukan semata-mata
tergantung pada perilaku pelaku.
Atribusi karena faktor lain (Baron & Byrne, 1994)
Dalam teori ini menjelaskan, bagaimana seorang individu berperilaku
yang kurang menyenangkan/menyenangkan, sehingga menimbulkan emosi
(suka, marah dll) dan kecemasan/kesenangan pada orang yang
menyaksikannya (pengamat), serta adanya atribusi internal dan eksternal
karena adanya stimulus yang tertangkap oleh panca indera kita.
7. Kesalahan Atribusi
Ketidakmampuan membedakan memori yang sebenarnya dari suatu
peristiwa dengan informasi yang kita pelajari dari peristiwa tertentu yang
sebetulnya kita dapatkan dari sumber lain.
Kesalahan itu menurut Baron & Byrne (dalam Sarlito Wirawan Sarwono,
1999: 109-112) dapat bersumber dari beberapa hal, yakni:
1. Kesalahan atribusi yang mendasar (fundamental attribution error)
Ketika seseorang mencoba membuat penjelasan mengenai perilaku
orang lain, ia akan menunjukkan adanya bias yang umum terjadi, yaitu ia
akan cenderung melebih-lebihkan pengaruh sifat kepribadian dan
meremehkan kekuatan faktor situasi (Forgas, 1998; Nisbett & Ross,
1980). Dalam pengertian teori atribusimereka cenderung mengabaikan
atribusi situasi dan lebih mementingkan atribusi disposisional.
Apakah seratus orang yang mengikuti perintah ekperimenter dalam
penelitian Milgram memiliki sifat dasar untuk menjadi orang yang sadis?
Apakah para sipir penjara dalam penelitian penjara dan tahanan,
15 | P a g e
16. memang kejam? Sedangkan para pelajar yang berperan sebagai tahanan
menjadi penakut karena memang temperamen mereka seorang
penakut? Mereka yang berpikir seperti itu berarti menunjukkan bahwa
mereka sedang melakukan kesalahan atribusi mendasar. Dorongan
untuk menjelaskan tindakan orang lain dari kepribadian yang begitru
kuat, bahkan ketika kita tahu orang tersebut dipaksa untuk melakukan
tindakan tersebut (Yzerbyt, dkk:2001).
Orang-orang cenderung mengabaikan atribusi situasional, terutama
bila suasana hati mereka sedang baik dan tidak akan berpikir lebih jauh
dan kritis mengenai motif-motif orang-orang tersebut, atau ketika
mereka sibuk dan teralihkan pikirannya sehingga tidak punya waktu
untuk sejenak berhenti dan mempertanyakan kepada diri mereka
sendiri, Mengapa suasana hati Aurelia tidak baik hari ini?. Sebaliknya
seringkali orang langsung berupaya menjelaskan kejadian tersebut
dengan penjelasan yang paling mudah yaitu menganggapnya sebagai
sifat bawaan: Karena dia memang orang yang menyebalkan (Forgas,
1998).
Mereka cenderung tidak berupaya untuk mengetahui apakah Aurelia
baru saja bergabung dengan kelompok orang yang medukung perilaku
yang demikian kejam, atau apakah dia berada dalam kondisi luar biasa
tertekanyang membuatnya menjadi begitu mudah marah dan kejam
pada saat itu.
(dapat menyebabkan terjadinya)
16 | P a g e
Mengapa Aurelia begitu mudah marah
dan menyebalkan belakangan ini?
Kesalahan Atribusi Mendasar
17. 2. Efek pelaku-pengamat (the actor-observer effect)
Proses persepsi dan atribusi sosial tidak hanya berlaku dalam
hubungan antar pribadi, melainkan juga terjadi dalam hubungan antar
kelompok, karena pada hakikatnya prinsip-prinsip yang terjadi ditingkat
individu dapat digeneralisasikan ke tingkat antar kelompok.
Kesalahan ini adalah kecenderungan mengatribusi perilaku kita yang
disebabkan oleh faktor eksternal, sedangkan perilaku orang lain
disebabkan oleh faktor internal.
Misalnya, jika ada orang lain yang terjatuh, kita akan katakan bahwa
dia tidak hati-hati. Akan tetapi, jika kita sendiri yang terpeleset dan
terjatuh kita akan katakan bahwa lantainya yang licin. Contohnya lagi
hubungan antara seorang guru dengan siswa. Ketika suatu saat guru
memberi nilai jelek pada hasil karangan murid, kedua orang ini memiliki
sudut pandang yang berbeda dalam menilai kegagalan. Bagi murid
kegagalan tersebut disebabkan oleh kesibukannya, gangguan dari teman,
ruang yang panas, atau yang lain. Sedangkan guru cenderung
menimpakan keadaan ini kepada kondisi murid itu sendiri, misalnya
kurang membaca bahan, kurang teliti, kurang ada kemauan dan
sebagainya.
Hal ini disebabkan karena kita memang cenderung lebih sadar pada
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku kita daripada yang
mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh karena itu kita cenderung
menilai perilaku-perilaku kita disebabkan oleh faktor ekternal daripada
internal.
3. Pengutamaan diri sendiri (the self-serving bias)
Kecenderungan dalam menjelaskan perilaku diri mereka sendiri;
mengakui kesuksesan pribadi sebagai usahanya sendiri, dan
merasionalisasikan kesalahan dirinya pada faktor lingkungan. Atau kata
lain, setiap orang cenderung untuk membenarkan diri sendiri dan
menyalahkan orang lain. Bila orang mengalami keberuntungan, maka
orang akan mengatakan itu disebabkan faktor internal, sedangkan
kegagalan dirinya disebabkan faktor eksternal.
17 | P a g e
Mengabaikan pengaruh situasi pada
perilaku dan menekankan pada faktor
sifat kepribadian semata
18. Misalnya seorang anak, Adi berhasil mendapatkan nilai yang bagus,
Adi akan menunjukkan bahwa si Bima berhasil karena Bima rajin
belajar, intelegensinya tinggi, dan sebagainya. Sebaliknya jika Adi yang
mendapatkan nilai yang buruk, Adi akan menunjukkan bahwa nilainya
jelek diakibatkan soalnya terlalu sulit, dosennya pelit dan sebagainya.
Bab III
PENUTUP
KESIMPULAN
Psikologi Sosial adalah bagian dari ilmu psikologi yang mengkaji tentang
hubungan individu dan kelompok dalam berprilaku dan secara kejiwaan. Selain itu,
18 | P a g e
19. psikologi sosial juga mempelajari, bagaimana aktivitas-aktivitas individu yang
berhubungan dengan situasi sosial serta hubungan hubungan sosialnya
dimasyarakat seperti: persepsi, atribusi, sikap, kerjasama, konflik dan motivasi.
Persepsi dan atribusi sifatnya tergantung sekali pada subjek yang
melaksanakan persepsi dan atribusi itu sendiri. Dalam hal ini persepsi sosial
kadang-kadang serupa, sama atau seragam, sementara kadang-kadang juga
berbeda. Proses persepsi dan atribusi sosial tidak hanya berlaku dalam hubungan
antar pribadi, melainkan juga terjadi dalam hubungan antar kelompok, karena
pada hakikatnya prinsip-prinsip yang terjadi ditingkat individu dapat
digeneralisasikan ketingkat antar kelompok.
Adapun menurut terminologi Atribusi adalah proses untuk memahami
mengenali perilaku individu dengan cara menarik kesimpulan tentang apa yang
mendasari atau melatar-belakangi perilaku tersebut. Dengan kata lain teori ini
mencoba menjelaskan proses kognitif yang dilakukan seseorang untuk
menjelaskan sebab-sebab dari suatu tindakan. Atribusi merupakan tindakan
penafsiran; apa yang terberi (kesan dari data indrawi) dihubungkan kembali
pada sumber asalnya. Atribusi dapat dibedakan menjadi:
1) Atribusi internal (disposisional); dan
2) Atribusi eksternal atau lingkungan (situasional).
Menurut Heider, sifat-sifat atribusi sosial adalah: abstrak, ambigu dan
normatif. Dan beberapa teori yang berkaitan erat dengan teori atribusi ini, yakni
teori yang berkembang pada bidang psikologi. Pertama teori Correspondent
Inference yang menekankan pada pengkajian intentionality (rencana atau tujuan
tindakan seseorang), conscious attentional resources yang menekankan atribusi
harus melewati kognisi yang terjadi 3 tahap, yaitu kategorisasi, karakterisasi dan
koreksi, dan Covariation Model yang diusung oleh Kelley yang mencoba
menjelaskan tindakan seseorang dengan mengajukan pertanyaan sekitar
konsensus, konsitensi dan perbedaan/kekhususan (distinctiveness) serta
kemampuan untuk mengontrol (controllability) serta teori karna faktor lain dari
Baron & Byrne.
19 | P a g e
20. Bagaimanapun juga, pemberian atribusi bisa salah. Dapat dilihat kesalahan
atribusi dapat bersumber dari beberapa hal, seperti:
Kesalahan atribusi yang mendasar (fundamental atribution error)
Efek pelaku pengamat (the actor-observer effect)
Pengutamaan diri sendiri (self-serving bias)
20 | P a g e
21. Daftar Pustaka:
Dr. Agus Abdul Rahman, M.Psi. 2013. Psikologi Sosial (Integrasi Pengetahuan
Wahyu
dan Pengetahuan Empirik). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Carol Wade & Carol Tavris. Psikologi (Edisi kesembilan jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Jenny Mercer & Debbie Clayton. 2012. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
Sarlito Wirawan Sarwono. 2002. Psikologi Sosial (Individu dan teori-teori psikologi
Sosial). Jakarta: Balai Pustaka.
http://www.wikipedia.org
21 | P a g e