Makalah ini membahas keterlibatan NGO dalam mengendalikan penggunaan energi nuklir terkait isu lingkungan global. Ia menjelaskan bahwa energi nuklir digunakan oleh 30 negara untuk memenuhi kebutuhan energinya, namun telah terjadi beberapa kecelakaan reaktor nuklir yang mengkhawatirkan lingkungan dan masyarakat. Makalah ini juga menganalisis pandangan modernis dan ekoradikal terhadap penggunaan
1 of 17
Downloaded 86 times
More Related Content
Makalah greenpeace nuklir
1. KETERLIBATAN Non-Government Organitation
DALAM MENGENDALIKAN PENGGUNAAN NUKLIR
SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DUNIA
TERKAIT ISU LINGKUNGAN GLOBAL
Oleh:
Bernadette Aderi P, 1006694321
Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hubungan Internasional B
Universitas Indonesia, Depok
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
2011
2. BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan energi dunia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.1 Sektor
industri sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi merupakan pasar terbesar pengguna energi
suatu negara. Kecenderungan terus melonjaknya permintaan energi dunia tidak dapat
terbantahkan. Tidak hanya untuk negara maju yang terus mempertahankan produksinya,
sektor energi negara berkembang disisi lain mulai muncul untuk berusaha mengimbangi
bahkan melampau kekuatan pasar yang telah ada. Munculnya India sebagai kekuatan baru
Asia abad ini merupakan salah satu bukti kebangkitan negara berkembang yang didukung
oleh kekuatan sektor industrinya. Sayangnya, kebutuhan energi dunia yang terus meningkat
karena dorongan sektor industri ini berbanding terbalik dengan ketersediaan bahan baku
energi di dunia.
Batu bara sekarang ini masih menjadi bahan baku energy paling dicari di dunia.
Sebesar 39 % kebutuhan energy dunia masih bergantung pada ketersediaan bahan baku ini
(grafik 2.1).2 Akan tetapi batu bara sebagai energy yang tidak terbaharukan juga merupakan
sumber daya yang kurang bersahabat dengan lingkungan. Peningkatan jumlah emisi karbon
dunia yang mengakibatkan kenaikan temperature bumi berasal dari negara negara maju
sebagai pengguna batu bara terbesar dunia untuk mendukung sektor industrinya. Oleh karena
itu untuk mengataasi permasalahan ini dibutuhkan energy alternatif yang tidak hanya
memiliki jumlah yang melimpah di bumi namun juga ramah terhadap lingkungan.
Uranium sebagai bahan baku nuklir memiliki keuntungan sebagai sumber energi yang
sangat terkonsentrasi yang mudah dan murah diangkut. Kuantitas yang dibutuhkan jauh lebih
sedikit daripada batubara atau minyak. Satu kilogram uranium alam akan menghasilkan
sekitar 20.000 kali energi sebanyak jumlah yang sama batubara. 3 Oleh karena penggunaan
uranium sebagai bahan baku energi adalah salah satu alternatif yang berusaha dikembangkan
oleh beberapa negara industri melalui penggunaan energy nuklir dalam pemenuhan
1
BP Statistical Review of World EnergyJune 2010, diakses dari
http://www.bp.com/liveassets/bp_internet/globalbp/globalbp_uk_english/reports_and_publications/statistical_en
ergy_review_2008/STAGING/local_assets/2010_downloads/statistical_review_of_world_energy_full_report_2
010.pdf pada tanggal 29 Mei 2011 pukul 22.37 WIB.
2
World Energy Needs and Nuclear Power, diperbaharui December 2010, diakses dari http://www.world-
nuclear.org/info/inf16.html, pada tanggal 29 Mei 14.54 WIB.
3
Energi Nuklir Untuk Kelistrikan Nasional, diakses dari www.bapeda.kalbarprov.go.id, pada tanggal 29 Mei
2011 pukul 20.22 WIB.
1
3. kebutuhan energy negaranya. Namun seperti yang kita ketahui, energy yang sangat besar dari
tenaga nuklir masih dikhawatirkan keamanannya oleh masyarakat dunia.
Sejarah mencatat lebih dari 100.000 orang penduduk Jepang meninggal dunia akibat
radiasi dalam jumlah besar yang dipanjarkan nuklir itu sendiri. Senjata nuklir yang mampu
menewaskan ratusan ribu orang dalam sekejap itu memang di design berbeda menurut bentuk
dan tujuan pembuatannya. Akan tetapi masyarakat dunia telah menyaksikan dampak yang
dihasilkan oleh radisasi senjata nuklir tersebut. Disamping itu berbagai faktor pendukung
berfungsinya tenaga nuklir ini masih mengkhawatirkan masyarakat karena tidak hanya dapat
berakibat pada manusia namun juga pada lingkungan di sekitarnya. Hal ini lah yang
kemudian menjadi perhatian banyak NGO terutama yang bergerak dalam upaya
penyelamatan lingkungan melakukan berbagai aksi dan penelitian sebagi pendukung
penolakan mereka akan di gunakannya nuklir sebagai energy alternative dunia.
Menyadari hal tersebut, makalah ini akan berusaha menggambarakan sejauhmana
keterlibatan NGOs sebagai non-state actor dalam mempengaruhi penggunaan energy nuklir
di dunia. Hal tersebut akan dijelaskan terlebih dahulu dengan melihat jumlah negara
pengguna nuklir dan besar penggunaannya di dunia sebagai salah satu indicator penentu
keberhasilan misi penyelamatan lingkungan oleh NGOs selanjutnya. Selanjutnya dijelaskan
pula mengenai alasan yang sesungguhnya mendasari gerakan NGOs tersebut. Dengan
demikian diharapkan dapat ditemukan solusi yang kiranya dapat memenuhi kepentingan
negara sebagai pendorong ekonomi maupun NGOs yang turur memperhatikan kelestarian
dan keselamatan bumi.
1.2 Pertanyaan Permasalahan
Bagaimana keterlibatan non-state actor/ NGOs dalam mengendalikan penggunaan
nuklir sebagai energi alterlatif dunia terkait isu lingkungan global?
1.3 Kerangka Pemikiran
Dalam membahas masalah ini, penulis menggunakan pandangan pruralis yang
memperhitungkan non-state aktor sebagai bagian penting dalam hubungan internasional.4
Pandangan Pruralis berasumsi bahwa state is not a rasional actor. Hal ini dikarenakan dalam
pengambian keputusan atau pembuatan foreign policy merupakan hasil dari negosiasi dan
kompromi dari pihak-pihak yang berkepentingan. Disisi lain asumsi pruralis bahwa state in
4
Paul R Viooti . Mark V. Kauppi, Internasional Relation Theory, ed. 2 (New York: Macmillan Publishing
Company, 1993), hal. 7-8.
2
4. not a unitary actor, juga menekankan bahwa perspektif pruralism mengaanggap semua kasus
dalam hubungan internasional adalah penting. Dengan demikian pandangan pruralis
menganggap bahwa hubungan internasional tidak hanya mengenai hubungan antar negara
saja namun juga interaksi antar individu maupun lembaga atau organisasi diluar
pemerintahan. Selanjutnya dua pemikiran dalam isu lingkungan hidup, yaitu pemikiran
modernis dan ekoradikal dalam menemukan sebab, menganalisis, serta memberikan solusi
dalam masalah ini.
Pandangan modernis berasumsi bahwa masalah lingkungan bukanlah masalah yang
serius dan mendesak. Modernis meyakini bahwa kerusakan lingkungan dapat diatasi dengan
kemajuan teknologi manusia.5 Kerusakan lingkungan yang timbul, menurut kaum modernis,
adalah konsekuensi jangka pendek dari kemajuan teknologi manusia. Pandangan modernis
didasari oleh pemikiran antroposentris, yang mempercayai bahwa prinsip-prinsip etika hanya
dapat berlaku pada manusia dan kebutuhannya. Kebutuhan manusia adalah hal yang paling
penting dan signifikan; manusia adalah pusat alam semesta, terpisah dari alam, dan memiliki
nilai-nilai yang berbeda.6 Pandangan ini berakar dari tradisi kegamaan besar dunia, yaitu
Yahudi-Kristen yang berkembang di dunia barat. Dalam kitab kejadian, tertulis bahwa
manusia diberi kekuasaan oleh Tuhan atas ikan di laut, burung-burung di udara, atas ternak,
binatang melata, dan atas seluruh bumi.7
Pandangan modernis ini dipertegas lagi pada zaman pencerahan abad ke-16 dan ke-
17. Salah satu pemikir abad itu, Sir Francis Bacon, berpendapat bahwa dengan ilmu
pengetahuan manusia dapat mengendalikan dan memanipulasi alam sesuai dengan keinginan
manusia.8 Pandangan seperti ini menjadi pembenaran atas terjadinya kerusakan alam seperti
meningkatnya limbah dan polusi udara pasca revolusi industri di abad ke-18. Lebih jauh lagi,
kaum modernis meyakini bahwa dengan ilmu pengetahuan manusia dapat mengetahui
kerusakan lingkungan, dampaknya bagi manusia, dan bagaimana cara mengatasi kerusakan
tersebut.
Pandangan modernis dikritisi oleh penganut eko-radikal atau ekosentris. Menurut
mereka, lingkungan hidup adalah masalah yang serius. Pandangan ekosentris berangkat dari
asumsi bahwa lingkungan memiliki daya dukung yang terbatas. Jika manusia terus
5
Robert Jackson & Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, (Jogjakarta, Pustaka Pelajar,
2005), 326.
6
Neil Carter, the Politics of the Environment: Ideas, Activism, Policy, (Cambridge, Cambridge University Press,
2007), hlm 15.
7
Kitab Kejadian 1:26 diakses dari http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=kejadian%201:26-28#n1 pada
tanggal 30 April 2011 pukul 18.41 WIB.
8
Carter, op.cit., 16.
3
5. mengeksploitasi alam dengan laju yang tidak berubah, akan terjadi suatu bencana besar bagi
kemanusiaan seperti kelangkaan makanan, air bersih, udara bersih, serta energi. Untuk
menghindari bencana-bencana tersebut, menurut kaum ekoradikal, manusia perlu mengubah
gaya hidup dan mengendalikan populasi serta menerapkan pembangunan berkelanjutan.9
Sementara itu, manusia dalam pandangan ekosentris adalah bagian dari lingkungan yang
harus menyelaraskan dan menyeimbangkan diri dengan elemen-elemen lain di dalam
lingkungan baik biologis maupun non-biologis. Penerapan dari asumsi-asumsi ekosentris ini
akan memaksa manusia merubah cara hidupnya, dimulai dari kehidupan sehari-hari di rumah
hingga tatanan berpolitik agar menjadi selaras dengan lingkungan dan mendorong
pembangunan berkelanjutan.
Pandangan ekoradikal adalah turunan dari pandangan environmentalis yang terdiri
dari tiga pandangan, yaitu environmentalis dasar, menengah, dan radikal.10 Pandangan dasar
adalah paham yang mulai menyadari akan pentingnya masalah lingkungan, tetapi dalam
penyelesaian masalah lingkungan tetap memandang kepentingan manusia sebagai hal utama.
Contohnya adalah gerakan hemat energi dan sumber daya alam lainnya. Pandangan
menengah lebih mengedepankan lingkungan secara lebih jauh, tetapi masih menyeimbangkan
kepentingan manusia dan alam. Environmentalis menengah beranggapan bahwa kepentingan
manusia memang penting, tetapi konsiderasi moral terhadap alam harus diterapkan.
Sedangkan pandangan radikal beranggapan bahwa manusia adalah bagian tak terpisahkan
dari alam dan harus menyelaraskan diri dengan alam. Gerakan ekoradikal mencakup gerakan
hak-hak hewan, tanaman, dan gerakan ekstrimis lingkungan lainnya. Penulis menggunakan
asumsi-asumsi ekoradikal karena asumsi ekoradikal adalah bentuk ekstrim dari
environmentalis, sehingga dapat dibedakan dengan jelas dengan asumsi modernis.
9
Jackson & Sorensen, op.cit., 326.
10
Carter, op.cit., 17.
4
6. BAB II
Analisis Keterlibatan NGO dalam Mengendalikan Penggunaan Energi
Nuklir Terkait Isu Lingkungan
2.1 Negara negara pengguna energi nuklir dan kecelakaan pada reaktor nuklir
yang pernah terjadi.
Energi nuklir mulai dikembangkan pada tahun 1940-an oleh Amerika Serikat guna
memenangkan Perang Dunia II. Penggunaan energi nuklir didasarkan dari persamaan
Einstein, dan pertama kali dikembangkan oleh Fisikawan Robert Oppenheimer sebagai
pimpinan proyek bom atom. Sebelum mengebom Jepang, tanggal 16 Juli 1945, Amerika
Serikat menguji bom atom di Trinity Site (New Mexico). Tanggal 6 Agustus 1945 bom atom
uranium dijatuhkan di Hiroshima dan bom atom plutonium di Nagasaki (9 Agustus). Kedua
bom tersebut menewaskan lebih 120.000 orang dalam waktu seketika.
Barulah setelah tahun 1950-an, energi nuklir digunakan untuk tujuan sipil yakni
sebagai pembangkit tenaga listrik Berbagai negara yang menguasi teknologi mulai
memanfaatkan energi nuklir secara besar-besaran. Hal ini dikarenakan efisiensi dari
pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) cukup tinggi terutama dengan massa kecil (bahan
bakar) dapat menghasilkan energi besar. Dan hingga saat ini, energi nuklir menyumbang
16% dari total kebutuhan energi listrik dunia yang hanya tersebar di 30 negara.11
Kengerian Perang Dunia Kedua, yang berpuncak pada ledakan nuklir di Hiroshima
dan Nagasaki, menyisakan kesadaran dunia untuk mengatasi masalah nuklir. Hari ini, 439
reaktor nuklir memproduksi sekitar 16 persen listrik dunia. Di sembilan negara, lebih dari 40
persen dari produksi energi berasal dari tenaga nuklir. IAEA, sebuah organisasi internasional
dalam keluarga PBB, mendorong menggunakan aman dan damai energi atom dan membantu
memastikan penggunaan teknologi nuklir untuk pembangunan berkelanjutan. Di bawah
Perjanjian 1968 pada Non-Proliferasi Senjata Nuklir ( NPT ), IAEA melakukan inspeksi di
lokasi untuk memastikan bahwa bahan nuklir yang digunakan hanya digunakan untuk tujuan
damai.
Kini penggunaan tenaga nuklir sebagai energy alternatif mengalami sedikit
pergeseran tujuan. Desakan lingkungan dan terbatasnya ketersediaan bahan baku listrik yang
11
World Energy Needs and Nuclear Power, diperbaharui December 2010, diakses dari http://www.world-
nuclear.org/info/inf16.html, pada tanggal 29 Mei 14.54 WIB.
5
7. umumnya digunakan menjadi alasan utama mulai digunakannya energy nuklir di beberapa
negara. Kebutuhan akan energi yang terus bertambah berbanding terbalik dengan
ketersediaan batu bara maupun bahan baku lain yang berasal dari endapan fosil selama
berjuta-juta tahun. oleh karena itu untuk tetap mempertahankan pembangunan sektor industru
guna mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara, energy nuklir menjadi alternatif utama.
Energy nuklir menghasilkan energy yang berlipat-lipat kali jumlahnya dibandingkan batu
bara. Disisi lain energi nuklir tidak menghasilkan gas-gas tertentu yang membahayakan
lingkungan seperti emisi karbon yang dihasilkan oleh energy batu bara.
Penggunaan Energi nuklir dilain pihak juga memiliki sisi ekonomis. Selain
kompensasi untuk asumsi optimis industri, biaya sebenarnya dari setiap sumber daya harus
mencakup biaya eksternal. Biaya tenaga dari luar nuklir termasuk biaya kerusakan
lingkungan, efek pada kesehatan manusia dan masyarakat setelah kecelakaan, kerusakan pada
kesehatan manusia dan lingkungan selama operasi rutin fasilitas nuklir dan juga masalah-
masalah jangka panjang terkait dengan limbah nuklir dan dekomisioning nuklir fasilitas.
'Eksternalitas' yang meminjamkan diri untuk kuantifikasi moneter mencakup dampak
ekonomi, ketenagakerjaan, lingkungan, dampak lingkungan, efek kesehatan dan subsidi
pemerintah (Gambar 2.2).12
Diluar dari alasan penggunaan energy nuklir di beberapa negara, sejarah mencatat tiga
kecelakaan yang signifikan dalam sejarah pembangkit listriktenaga nuklir, yaitu: Pertama,
Three Mile Island (USA 1979) di mana reaktor itu rusak berat tetapi tidak ada konsekuensi
yang merugikan atau kesehatan maupun radiasi lingkungan. Chernobyl (Ukraina 1986) di
mana penghancuran reaktor oleh ledakan api uap dan menewaskan sejumlah orang.
Fukushima (Jepang 2011) di mana tiga reaktor lama dihapuskan tetapi efek kehilangan
pendinginan akibat tsunami yang besar sebagian besar terkandung.
The Three Mile Island kecelakaan pada tahun 1979 menunjukkan pentingnya fitur
keselamatan melekat. Terlepas dari kenyataan bahwa sekitar setengah dari teras reaktor
meleleh, radionuklida dilepaskan dari bahan bakar yang sebagian besar dilapisi meleleh
keluar di bagian dalam pabrik atau dilarutkan dalam kondensasi uap. Bangunan penahanan
yang disimpan reaktor lebih lanjut dicegah setiap peluncuran signifikan radioaktivitas.
Kecelakaan itu disebabkan kegagalan mekanis dan kebingungan operator. sistem lain yang
reaktor perlindungan juga berfungsi seperti yang dirancang. Inti sistem pendingin darurat
akan mencegah kerusakan ke reaktor, tetapi karena intervensi dari operator.
12
World Energy Needs and Nuclear Power, Ibid.
6
8. Kecelakaan kedua terjadi pada reaktor pertama yang dirancang Soviet The April 1986
bencana pada PLTN Chernobyl di Ukraina merupakan hasil dari kekurangan desain utama
dalam tipe RBMK reaktor, pelanggaran prosedur operasi dan tidak adanya budaya
keselamatan. Salah satu ciri khas dari desain RBMK adalah bahwa kegagalan pendingin
dapat menyebabkan peningkatan tajam dalam output daya dari proses fisi (void koefisien
positif). Namun, ini bukan penyebab utama dari kecelakaan Chernobyl.
Kecelakaan itu menghancurkan reaktor dan menewaskan 56 orang, 28 di antaranya
meninggal dalam minggu dari paparan radiasi.13 Hal ini juga menyebabkan sebanya 200-300
staf terkena radiasi bahkan hingga petugas pemadam kebakaran yang bertugas memadamkan
api akibat ledakan. Dalam kecelakaan ini, daerah yang terkontaminasi area besar Belarus,
Ukraina, Rusia dan seterusnya. Diperkirakan bahwa setidaknya 5% dari total bahan
radioaktif di inti-4 reaktor Chernobyl dibebaskan dari tanaman, karena tidak adanya struktur
penahanan. Sebagian besar ini diendapkan sebagai dekat debu oleh. Beberapa dilakukan
oleh angin di daerah yang luas.
Sekitar 130.000 orang menerima signifikan dosis radiasi (misalnya di atas batas ICRP
diterima secara internasional) dan terus dipantau. Sekitar 4000 kasus kanker tiroid pada
anak-anak telah dikaitkan dengan kecelakaan itu.14 Sebagian dari mereka dapat disembuhkan,
walaupun tentang sembilan fatal. Tidak ada peningkatan leukemia atau kanker lain belum
muncul, tetapi beberapa yang diharapkan. Organisasi Kesehatan Dunia sedang memantau
sebagian besar dari mereka yang terkena dampak.
Kecelakaan Chernobyl adalah peristiwa unik dan satu-satunya saat dalam sejarah tenaga
nuklir komersial yang terkait radiasi kematian terjadi. Unit menghancurkan 4 adalah tertutup
di sebuah tempat penampungan beton yang sekarang memerlukan pekerjaan perbaikan.
Seorang pakar OECD laporan itu menyimpulkan bahwa "kecelakaan Chernobyl tidak dibawa
ke cahaya, fenomena baru yang sebelumnya tidak diketahui atau isu-isu keselamatan yang
tidak diselesaikan atau ditutupi oleh program keselamatan reaktor saat reaktor daya komersial
di negara-negara anggota OECD.
Kecelakaan terakhir terjadi di Fukushima Daiichi Jepang, Maret 2011. Tiga reaktor
operasi menutup secara otomatis, dan sedang didinginkan yang didesain oleh sistem panas
penghapusan normal residu menggunakan daya dari generator back-up, sampai tsunami
13
Safety of Nuclear Power Reactors, diakses dari http://www.world-nuclear.org/info/inf06.html pada tanggal 29
Mei 2011 pukul 15.44 WIB.
14
Safety of Nuclear Power Reactors, Ibid.
7
9. membanjiri satu jam kemudian. Inti sistem pendingin darurat kemudian gagal. kolam bahan
bakar hari kemudian, sebuah masalah tersendiri muncul sebagai menghabiskan hilang air.
2.2 Dampak lingkungan akibatnya penggunaan energy nuklir
Energi nuklir diharapkan menjadi energi alternatif yang efisien dan ramah
lingkungan. Energi nuklir telah diusulkan sebagai jawaban atas kebutuhan sumber energi
bersih sebagai lawan tanaman penghasil CO2. Kesadaran masyarakkat dunia akan lingkungan
dan bumi yang ditinggalinya menyebabkan banyak bermunculannya NGOs berorientasi
lingkungan yang berjuang menentang segala bentuk pengrusakan alam dan mendukung
segala upaya peremajaan lingkungan di seluruh dunia. Global Warming merupakan salah satu
isu terpenting yang mendapat sorotan dari berbagai kalangan. Peningkatan kadar emisi
karbon yang mengakibatkan peningkatan temperature bumi ditenggarai merupakan dampak
dari perkembangan industri dunia. Meskipun beroprasinya sektor industri tersebut merupakan
salah satu indicator penggerak pertumbuhan ekonomi, efek yang dihasilkan berbanding
terbalik bagi lingkungan sekitarnya.
Energi nuklir tidak selalu merupakan sumber energi bersih. Energi nuklir memiliki
dampak terhadap lingkungan yang menimbulkan keprihatinan serius yang perlu
dipertimbangkan, terutama sebelum keputusan untuk membangun pembangkit tambahan
tenaga nuklir dilakukan.15 Tenaga nuklir telah disebut sumber energi bersih karena
pembangkit listrik tidak melepaskan karbon dioksida. Akan tetapi hal ini tidak sepenuhnya
benar. Pembangkit listrik tenaga nuklir tidak mungkin memancarkan karbon dioksida selama
operasi, namun karbon dioksida dalam jumlah yang tinggi dipancarkan dalam kegiatan yang
berkaitan dengan penambangan. Pembangkit tenaga nuklir menggunakan uranium sebagai
bahan bakar. Proses penambangan uranium menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah
tinggi ke lingkungan. Karbon dioksida juga dilepaskan ke lingkungan ketika pembangkit
listrik tenaga nuklir yang baru dibangun. Akhirnya, pengangkutan limbah radioaktif juga
menyebabkan emisi karbon dioksida.
Meskipun jumlah sampah yang dihasilkan di pembangkit nuklir relatif kecil, limbah
radioaktif tersebut menimbulkan risiko kesehatan yang melebihi dari sumber lain listrik.
Limbah dari pembangkit listrik tenaga nuklir dapat tetap aktif selama ratusan ribu tahun.
Saat ini, banyak limbah radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir telah disimpan di
15
Rose Kivi, Nuclear Energy Affect Environment., updated February 02, 2011, diakses dari
http://www.ehow.com/how-does_4566966_nuclear-energy-affect-environment.html, pada tanggal 28 Mei 2011
pukul 22.17 WIB.
8
10. pembangkit listrik. Karena keterbatasan ruang, akhirnya limbah radioaktif perlu direlokasi.
Rencana telah diusulkan untuk memendam limbah radioaktif yang terkandung dalam tong di
Pegunungan Yucca di Nevada.
Namun demikian, terdapat beberapa permasalahan yang dikhawatirkan akan muncul
akibat pemendaman limbah radioaktif ini. Pertama,mengenai proses pemindahan limbah
radiasi. Potensi kecelakaan yang mungkin terjadi dapat mengakibatkan limbah radioaktif
tersebut mengalami kebocoran. Masalah lain adalah ketidakpastian tentang keamanan
kebocoran dalam masa pemendaman limbah radisasi. Pada dasarnya, saat ini belum ada
solusi menangani masalah limbah radioaktif. Beberapa ilmuwan merasa bahwa gagasan
untuk membangun pembangkit listrik lebih nuklir dan dikawatirkan penanganan sampah atau
lilmbah radiasi nanti memiliki potensi hasil yang berbahaya.
Kegagalan utama dalam nuklir pembangkit listrik sistem pendingin bisa menciptakan
krisis nuklir, di mana batang bahan bakar meleleh dalam hitungan detik. Panas dari reaksi
yang tidak terkontrol dapat melelehkan segala sesuatu yang datang ke dalam reaktor. Reaktor
Nuklir bergantung pada air untuk sekali-melalui sistem pendinginan memerlukan-dan-a-
setengah kali dua air sebanyak tanaman bahan bakar fosil. Dampak pada sumber daya air,
habitat perairan, dan ikan karena itu lebih signifikan dengan pembangkit listrik tenaga nuklir
dibandingkan teknologi generasi daya lainnya. Sistem pendingin yang digunakan untuk
menjaga pembangkit listrik tenaga nuklir dari overheating.
Ada dua masalah lingkungan utama yang berkaitan dengan sistem pendingin
pembangkit listrik tenaga nuklir. Pertama, sistem pendingin menarik air dari sumber laut
atau sungai. Ikan secara tidak sengaja tertangkap dalam asupan sistem pendingin dan
dibunuh. Kedua, setelah air digunakan untuk mendinginkan pembangkit listrik, itu
dikembalikan ke laut atau sungai. Air yang dikembalikan adalah sekitar 25 derajat lebih
hangat daripada air pada awalnya. Air hangat membunuh beberapa spesies ikan dan
tumbuhan.
Selain itu, pembangkit listrik tenaga nuklir terus-menerus memancarkan radiasi
tingkat rendah ke lingkungan. Ada perbedaan pendapat di antara para ilmuwan atas dampak
yang disebabkan oleh tingkat rendah radiasi konstan. Berbagai studi ilmiah telah
menunjukkan tingkat peningkatan kanker di antara orang-orang yang tinggal di dekat
pembangkit listrik tenaga nuklir. paparan jangka panjang untuk radiasi tingkat rendah telah
terbukti kerusakan DNA. Tingkat kerusakan yang terjadi cukup rendah, sehingga
menyebabkan radiasi satwa liar, tanaman dan lapisan ozon tidak sepenuhnya dipahami.
9
11. Lebih banyak penelitian sedang dilakukan untuk menentukan besarnya dampak yang
disebabkan oleh rendahnya tingkat radiasi di lingkungan.
Menurut beberapailmuan, prosedur keselamatan diatur tidak diikuti untuk memastikan
bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir yang aman. Bahkan jika semua tindakan pencegahan
keamanan yang diikuti, maka tidak ada jaminan bahwa sebuah kecelakaan pembangkit tenaga
nuklir tidak akan terjadi. Jika kecelakaan PLTN terjadi, lingkungan dan masyarakat
sekitarnya bisa jadi terkena radiasi tingkat tinggi. Ancaman Terorisme adalah perhatian lain
yang perlu ditangani. Sebuah rencana memuaskan untuk melindungi pembangkit listrik
tenaga nuklir dari terorisme tidak pada tempatnya.
2.3 Keterlibatan berbagai NGOs dalam upaya membatasi pemanfaatan energy
nuklir dunia
Kebijakan negara untuk tetap mempertahankan bahkan menambah reaktor nuklir sebagai
energy altiernatif memiliki kepentingan tersendiri. Efisiensi harga dan belum ditemukannya
alternatif energy lain yang ramah lingkungan seperti apa yang menjadi tuntutan banyak
NGOs yang berorientasi pada keselamatan lingkungan adalah salah satu penyebab
pemanfaatan nuklir untuk memenuhi kebutuhan energi dunia. Melihat hal tersebut, fungsi
non-state ator as rasional actor memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan
antara kebutuhan negara dengan berbagai realitas yang secara nyata terjadi.
IPPNW merupakan salah saru NGOs yang yang terdapat di Jerman. IPPNW telah
memperingatkan selama bertahun-tahun adanya kolusi antara Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mencegah mereka dari melindungi
masyarakat dari risiko yang ditimbulkan oleh tenaga nuklir.16 Organisasi dokter dan
penerima nobel perdamaian keras mengkritik IAEA untuk tidak cukup memberi informasi
masyarakat tentang situasi di kompleks Fukushima nuklir dan WHO untuk mengecilkan
konsekuensi kesehatan potensial yang dihasilkan dari kehancuran. IPPNW berkeyakinan
bahwa orang mengatakan kebenaran tentang bahaya radiasi membantu mereka untuk
membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukan, kurangnya kepercayaan dalam
kebijakan informasi menyebabkan rasa takut dan panik.
IPPNW meminta WHO untuk mengubah perjanjian yang dibuat dengan IAEA pada 1959
untuk membuat jelas bahwa, sementara bekerja sama dengan IAEA, mereka independen akan
16
WHO should objectively inform public of nuclear danger, diakses dari http://www.ippnw-
europe.org/en/nuclear-energy-and-security.html?expand=644&cHash=0eac702f31, pada tanggal 28 Mei 2011
pukul 20.22 WIB.
10
12. penelitian dan menginformasikan publik tentang isu-isu mengenai efek kesehatan dari radiasi
pengion. WHO ditutup kantor di Helsinki pada tahun 2001 yang memiliki tugas menanggapi
seperti darurat kesehatan nuklir dan tidak menggantikannya.
IPPNW menyerukan Dewan Gubernur IAEA untuk memperbarui undang-undang dan
membuat nomor satu prioritas perlindungan masyarakat dari risiko yang ditimbulkan oleh
penggunaan sipil dan militer dari energi nuklir. Hal ini harus mencakup langkah-langkah
keamanan yang memadai untuk instalasi nuklir sementara mereka beroperasi, penutupan
instalasi nuklir berbahaya dan safequards ditingkatkan untuk melindungi terhadap pengalihan
bahan nuklir dan teknologi untuk penggunaan militer.
Green Party Euro adalah NGOs yang berupaya mendorong gerakan dua juta orang untuk
mendaftar ke listrik hijau pada akhir tahun 2006, untuk menunjukkan pemerintah bahwa
orang ingin investasi yang lebih dalam menghemat energi dan pembangkit energi terbarukan,
bukan energy nuklir.
2.4 Pengaruh non-state actor/ NGOs dalam membatasi pemakaian energy nuklir
dan solusi yg mungkin dri ekoradikal dan moderenis.
Upaya non-state aktor dalam mempengaruhi kebijakan pemerintahan dilakukan untuk
lebih memberikan keseimbangan antara kebutuhan negara dengan kapabilitas alam pada
umumnya. NGOs dinilai lebih kompeten dikarenakan merupakan suatu lembaga yang
terbentuk karena memiliki voluntary member yang turut berkabung akibat kesadaran mereka
akan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian melalui berbagai penelitian yang dilakukan
secara terpisah, NGOs dianggap lebih kompeten dibandingkan negara pada umumnya.
Sepertihalnya yang diungkapkan oleh pandangan pruralis yang menyatakan bahwa the state
is not a rasional actor. Foreign policy yang dibuat oleh negara pada umumnya terbentuk atas
dasar consensus pihak-pihak berkepentingan melalui berbagai lobi dan kompromi sehingga
menghasilkan foreign policy yang dinilai mewakili kebutuhan semua pihak yang
berkepentingan tersebut. Dalam hal ini NGOs merupakan lembaga yang mapu menggerakan
aspirasi non-state actor sehingga pada akhirnya kebijakan yang diambil oleh suatu negara
secara rasional dapat diterima oleh semua pihak.
Kemampuan NGOs dalam mempengaruhi kebijakan terlihat dari mulai munculnya
kesadaran pemerintah untuk mengurangi bahkan menghentikan rencana pembangunan
11
13. reaktor nuklir di negaranya. Hal ini diperlihatkan oleh inggris sejak tahun 2006.17 Laporan
dari Green Party Euro adalah NGOs yang berupaya mendorong gerakan dua juta orang
untuk mendaftar ke listrik hijau pada akhir tahun 2006, untuk menunjukkan pemerintah
bahwa orang ingin investasi yang lebih dalam menghemat energi dan pembangkit energi
terbarukan, bukan energy nuklir. Laporan ini didasarkan pada analisis yang cermat tentang
biaya dan manfaat dari tenaga nuklir dan yang ditemukan, sederhana, bahwa biaya dan
bahaya lebih besar daripada manfaatnya. Konservasi energy sebagai jalan yang lebih baik
untuk pengurangan jumlah emisi karbon dunia.
Disisi lain Skotlandia sangat menentang pembuatan reaktor nuklir baru. Saat ini,
Skotlandia memiliki dua pembangkit listrik tenaga operasional nuklir - di Hunterston,
Ayrshire, dan Torness, Lothian Timur - memproduksi 40 persen listrik negara. Tapi
keduanya mendekati akhir kehidupan kerja mereka. Jajak pendapat yang dilakukan di
Skotlandia sendiri menunjukan kurang lebih 60% menolak pembangunan kembali reaktor
nuklie baru untuk memenuhi kebutuhan energi Skotlandia hingga tahun 2020.18 Kedepannya
Skotlandia akan mengembangkan energi angin sebagai renewable energy untuk memenuhi
kebutuhan energy negaranya.
Bencana gempa bumi dan tsunami juga menggerakan masyarakat Jepang untuk
melakukan gerakan penolakan terhadap pendirian reaktor nuklir baru di wilayahnya.
Sebelumya, Jepang merencanakan pembuatan reaktor nuklir hingga membuat lebih dari 50%
dari kebutuhan energi Jepang tahun 2030.19 Jepang, yang 54 reaktor nuklir memberikan 30%
dari listrik, telah merencanakan untuk membangun sedikitnya 14 reaktor baru selama 20
tahun mendatang, namun pembuat kebijakan menerima yang akan mustahil mengingat krisis
Fukushima.
Berdasarkan hal tersebut pandangan moderenis dan ekoradikal memiliki solusi yang
berbeda megenai isu ini. Pandangan moderenis memandang isu lingkungan sebagai isu yang
biasa. Dalam pandangan ini solusi yang dapat diberikan adalah penggunan teknologi baru
yang dapat digunakan untuk mengendalikan jumlah limbah yang dihasilkan oleh berbagai
sumber eneri lisrik yanga ada. Gabungan-siklus teknologi, yang memanfaatkan panas uap
17
Government advisors reject nuclear power, diperbaharui 06 March 2006, diakses dari
http://www.greenparty.org.uk/news/2447, pada tanggal28 Mei 19.45 WIB.
18
Scots reject Nuclear Power, diakses dari http://www.martinfrost.ws/htmlfiles/scots_reject.html, pada tanggal
30 Mei 2011 pukul 18.49 WIB.
19
Japan and Germany reject nuclear power should we do the same?, diakses dari
http://www.350resources.org.uk/2011/05/12/japan-and-germany-reject-nuclear-power-should-we-do-the-same/,
pada tanggal 29 Mei 2011, pukul 19.55 WIB.
12
14. sisa dari siklus pembakaran, telah menjadi, selama 20 tahun terakhir, metode yang paling
efisien untuk menghasilkan listrik dari gas alam. Namun, mereka batubara teknologi
konvensional dan gas bumi memancarkan karbon dioksida dan karenanya rentan terhadap
harga emisi tersebut, teknologi sangat inovatif dengan "penangkapan dan penyimpanan
karbon (CCS) dapat menjadi pilihan paling komersial untuk yang menggunakan bahan bakar
fosil.20
Meskipun teknologi CCS belum digunakan secara komersial pada pembangkit listrik,
banyak pengamat mengharapkan mereka akan tersedia pada dekade mendatang. Teknologi
tersebut akan menangkap karbon dioksida yang dipancarkan oleh pembangkit listrik
berbahan bakar oleh batubara atau gas alam dan menyimpannya bawah tanah dalam formasi
geologi, seperti minyak dalam formasi garam, dan ladang gas, dan tempat tidur batubara yang
tidak dapat ditambang secara ekonomis. Untuk pembangkit listrik batubara dengan CCS,
batubara yang pertama akan gasifikasi dan kemudian gas yang dihasilkan dinyalakan. Yang
terpadu-gasifikasi gabungan-siklus (IGCC) teknologi, yang sudah digunakan pada beberapa
pembangkit listrik yang tidak menangkap karbon dioksida, memungkinkan untuk menangkap
sebelum pembakaran, ketika itu lebih terkonsentrasi. pembangkit listrik tenaga gas alam
dengan CCS menggunakan proses gabungan-siklus yang sama dengan tanaman konvensional
gas alam tetapi menyaring karbon dioksida dari gas alam sebelum pembakaran.
Disisilain pandangan ekoradikal yang memandang bahwa kesadaran tiap individu
dalam menjaga lingkungannya adalah hal yang terpenting bagi penurunan kerusakan
lingkunngan. Dengan melakukan penghematan energy melalui perubahan gaya hidup serta
mulai menggunakan alat-alat rumah tangga yang menggunakan daya yang rendah adalah
suatu bentuk penyelamatan lingkungan yang juga dapat dilakukan oleh tiap individu. Dengan
demikian, penambahan jumlah tenaga pembangkit listrik secara drastic tidak perlu dilakukan
terus menerus karena kesadaran masyarakat telah membantu pemerintah mengheman
anggaran dan menyelamatkan bumi itu sendiri.
20
Prospects for CCS technologies and other forms of carbon sequestration are discussed in Congressional
Budget Office, The Potential for Carbon Sequestration in the United States, di perbaharui September 2007, di
akses dari http://cbo.gov/ftpdocs/91xx/doc9133/toc.htm, pada tanggal 28 Mei 2011 pukul 21.22 WIB.
13
15. BAB IV
Kesimpulan
Masalah lingkungan kerapkali dikesampingkan dalam berbagai aspek kehidupan
manusia. Namun hal ini kemudian menjadi penting dan mulai dipermasalahkan ketika
kerugian yang didapatkan akibat perubahan kondisi lingkungan telah mengganggu
keseimbangan kehidupan individu, kelompok maupun negara dan dunia secara global.
Peranan negara-negara sebagai pengontrol keseimbangan global menjadi sorotan baik untuk
mencari penyebab permasalahan serta mencari jalan pemecahan masalah, dalam hal ini
masalah lingkungan yang sedang terjadi. Oleh karena itu, peranan non-state actor sebagai
kontrol terhadap kebijakan pemerintah mengambil peranan penting dalam menjaga
lingkungan.
Kebutuhan energy yang bergerak sejajar dengan pertumbuhan sektor industri
mengakibatkan tingkat pencemaran akibat limbah industri yang dihasilkan terus bertambah.
Hal ini tidak dapat dicegah oleh pemerintah kecuali dengan menyediakan sumber tenaga
listrik baru yang ramah lingkungan. Untuk saat ini, tenaga nuklir adalah salah satu sumber
energy dinilai memiliki tingkat pencemaran yang rendah dan nilai ekonomis yang lebih tinggi
disbanding bahan bau energy lainnya. Akan tetapi, menurut penelitian dan data yang
disampaikan oleh berbagai NGOs yang menaruh perhatian terhadap lingkungan berupaya
memperlihatkan damapk lain yang mungkin muncul akibat penggunaan energy nuklir yang
mampu menghasilkan energy yang besar ini. Dengan data-data tersebut NGOs berupaya
mempengaruhi kebijakan pemerintah agar secara rasional dapat memandang penggunaan
energy nuklir tidak hanya dari segi ekonomisnya saja namun juga mempertimbangkan
dampak lingkungan yang muncul setelahnya.
14
16. DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Viooti ,Paul R . Mark V. Kauppi. 1993. Internasional Relation Theory, ed. 2 (New York: Macmillan Publishing
Company)
Jackson, Robert & Georg Sorensen. 2005. Pengantar Studi Hubungan Internasional, (Jogjakarta, Pustaka
Pelajar)
Carter, Neil. 2007. The Politics of the Environment: Ideas, Activism, Policy, (Cambridge, Cambridge University
Press)
ARTIKEL DAN SUMBER INTERNET
--.BP Statistical Review of World EnergyJune 2010, diakses dari
http://www.bp.com/liveassets/bp_internet/globalbp/globalbp_uk_english/reports_and_publications/statistical_en
ergy_review_2008/STAGING/local_assets/2010_downloads/statistical_review_of_world_energy_full_report_2
010.pdf
--.World Energy Needs and Nuclear Power, diperbaharui December 2010, diakses dari http://www.world-
nuclear.org/info/inf16.html
--.Safety of Nuclear Power Reactors, diakses dari http://www.world-nuclear.org/info/inf06.html
--.WHO should objectively inform public of nuclear danger, diakses dari http://www.ippnw-
europe.org/en/nuclear-energy-and-security.html?expand=644&cHash=0eac702f31
--.Government advisors reject nuclear power. 2006, diakses dari http://www.greenparty.org.uk/news/2447
--.Scots reject Nuclear Power, diakses dari http://www.martinfrost.ws/htmlfiles/scots_reject.html.
--.Japan and Germany reject nuclear power should we do the same?, diakses dari
http://www.350resources.org.uk/2011/05/12/japan-and-germany-reject-nuclear-power-should-we-do-the-same/,
--.Prospects for CCS technologies and other forms of carbon sequestration are discussed in Congressional
Budget Office, The Potential for Carbon Sequestration in the United States. 2007, di akses dari
http://cbo.gov/ftpdocs/91xx/doc9133/toc.htm
Kivi, Rose. 2011. Nuclear Energy Affect Environment diakses dari http://www.ehow.com/how-
does_4566966_nuclear-energy-affect-environment.html
15
17. GRAFIK
grafik 2.2.1 Eksternal biaya, tenaga nuklir dan terbarukan fosil, sen AS / kWh (Pearce, 1992 11 ).
grafik 2.2.2 Total biaya, nuklir dan energi terbarukan fosil, UScents /
kWh (Pearce, 1992 12 dan Grubb & Vigotti, 1997 13 ).
Grafik 2.1
16