1. BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
Tersedianya lapangan/kesempatan kerja baru untuk mengatasi peningkatan
penawaran tenaga kerja merupakan salah satu target yang harus dicapai dalam
pembangunan ekonomi nasional. Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui
peningkatan pertumbuhan ekonomi khususnya investasi langsung (direct
investment) pada sektor-sektor yang bersifat padat karya, seperti konstruksi,
infrastruktur maupun industri pengolahan. Sementara pada sektor jasa, misalnya
melalui perdagangan maupun pariwisata. Tenaga kerja adalah orang yang siap
masuk dalam pasar kerja sesuai dengan upah yang ditawarkan oleh penyedia
pekerjaan. Jumlah tenaga kerja dihitung dari penduduk usia produktif (umur 15thn–
65 thn) umur pekerja dan pencari kerja,usia yang masuk kategori angkatan kerja
(labourforce).
Jumlah usia produktif tersebut sebagian besar bekerja disektor informal dan
informal. Kebanyakan pekerja usia produktif tersebut adalah tenaga kerja yang
tingkat pendidikanya adalah mengah dan pendidikan dasar,dilihat dari kasus
kecelkaan kerja yang banyak terjadi mayoritas pekerja yang banyak mengalami
kecelkaan kerja adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau pendidikan
menengah dan dasar.
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati
posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand.
Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di
dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar
global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas
kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu
tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
2. Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku
tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu
prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa
antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa
Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan
masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu
gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam
lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas.
Untuk mengetahui proses dan identifikasi kecelakaan kerja di tempt kerja
maka penulis mengambil judul analisis penggunaan JSA proses penguliran pada
mesin Bubut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan JSA ?
2. Apa Fungsi Penggunaan JSA?
3. Apa Manfaat Penggunaan JSA?
4. Bagaimana tahapan pembuatan JSA ?
5. Bagaimana JSA membantu SOP dalam pekerjaan Membubut ulir?
1.3 Tujuan Penulisan.
1. Untuk mengetahui pengertian JSA
2. Untuk mengetahui Fungsi JSA
3. Untuk mengetahui manfaat penggunaan JSA
4. Untuk mengetahui pembuatan JSA
2
3. 3
1.4 Manfaat Penulisan
 Untuk penulis :
Makalah ini dapat menambah wawasan penulis dalam pembuatan JSA
Job Safety Analysis,sehingga dapat mengaplikasikanya dalam hal analisis
resiko kecelakaan baik itu di tempat kerja maupun di tempat lain.
 Untuk Pembaca :
Dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang JSA,sebagai salah satu
tools dalam mengidentifikasi resiko kecelakaan kerja,sehingga dapat
mengurangi potensial hazard dalam bekerja.
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 Landasan teori
2.1.1 Pengertian JSA
• Menurut NOSA (1999), JSA merupakan salah satu usaha dalam
menganalisa tugas dan prosedur yang ada di suatu industri.
• JSA didefinisikan sebagai metode mempelajari suatu pekerjaan untuk
mengidentifikasi bahaya dan potensi insiden yang berhubungan dengan
setiap langkah, mengembangkan solusi yang dapat menghilangkan dan
mengkontrol bahaya serta incident.
2.1.2 Fungsi JSA
Fungsi yang dapat diperoleh dari pelaksanaan JSA, adalah :
• Sebagai upaya pencegahan kecelakaan
• Sebagai alat kontak safety (safety training) terhadap tenaga kerja baru
• Melakukan review pada Job prosedur setelah terjadi kecelakaan
• Memberikan pre job intruction pada pekerjaan yang baru
• Memberikan pelatihan secara pribadi kepada karyawan
• Dapat Meninjau ulang SOP
2.1.3 Manfaat Penggunaan JSA
ï‚· Memberikan pengertian yang sama terhadap setiap orang tentang apa yang
dilakukan untuk mengerjakan pekerjaan dengan selamat
ï‚· Suatu alat pelatihan yang efektif untuk para pegawai baru
ï‚· Elemen yang utama dapat dimasukkan dalam daftar keselamatan,
pengarahan sebelum memulai pekerjaan, observasi keselamatan, dan
sebagai topik pada rapat keselamatan
ï‚· Membantu dalam penulisan prosedur keselamatan untuk jenis pekerjaan
yang baru maupun yang dimodifikasi
ï‚· Suatu alat yang efektif untuk mengendalikan kecelakaan pada pekerjaan
yang dilakukan tidak rutin
5. 5
2.1.4 Tahapan Pembuatan JSA
Analisis Keselamatan Pekerjaan atau tugas-tugas harus dilakukan secara
berurutan dan teliti dari setiap tahapan proses kerja dalam sistem kerja secara
keseluruhan. Secara garis besar, langkah-langkah dasar analisis keselamatan
pekerjaan dapat diuraikan sebagai berikut :
Langkah 1 : Pembuatan Daftar Pekerjaan
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat dan meninjau
daftar pekerjaan yang ada di setiap Unit kerja. mencatat semua pekerjaan/tugas
yang dikerjakan pada setiap bagian proses kerja pada masing-masing unit kerja.
Buat daftar dan letakan pekerjaan/tugas yang paling berbahaya pada urutan paling
atas. Untuk menentukan pekerjaan/tugas yang akan dianalisis terlebih dahulu, maka
sebagai bahan pertimbangan dapat digunakan riwayat kecelakaan pada tugas
tersebut.
Langkah 2 : Penentuan Jenis Pekerjaan yang akan dianalisis
Jenis-jenis pekerjaan/tugas yang akan dianalisis, terlebih dahulu perlu
dibuat skala prioritas berdasarkan urgensi potensi bahayanya dengan melihat
criteria-kriteria penentuan sebagai berikut :
ï‚· Tingkat frekuensi kecelakaan tinggi
ï‚· Tingkat keparahan kecelakaan tingi
ï‚· Potensi bahaya yang mempunyai resiko kecelakaan tinggi
ï‚· Terdapat pekerjaan/tugas-tugas baru, pekerjaan tidak rutin atau terdapat
perubahan pola pekerjaan
ï‚· Pekerjaan/tugas-tugas yang bersifat rutin
ï‚· Menggunakan sistem rangking atau tingkat resiko bahaya.
6. Gambar 1 : pembuatan jenis identifikasi bahaya
Langkah 3 : Mengurai Tugas ke dalam langkah-langkah dasar
Setelah dibuat daftar jenis pekerjaan/tugas dan ditentukan jenis pekerjaan
mana yang akan dianalisis, langkah selanjutnya adalah menguraikan pekerjaan
tersebut menjadi langkah-langkah dasar. Setiap langkah dasar yang diuraikan harus
dapat menggambarkan tentang apa yang akan dikerjakan. Dengan demikian, uraian
pekerjaan tersebut harus dibuat secara berurutan sdebagaimana pada saat pekerjaan
dilakukan. Untuk memudahkan dalam menguraikan pekerjaan ke dalam langkah-langkah
dasar, maka hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
Tulis setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja dan selanjutnya dapat
dibuat penyempurnaan bila diperlukan.
Amati setiap perubahan proses kerja, arah atau perubahan tersebut untuk
menentukan dimana tahapan awal dan mana tahapan akhir pekerjaan.Untuk
mengurai tahapan pekerjaan gunakan kata kerja operasional yang sederhana dan
mudah dimengerti seperti; memotong; mengelas; mengelas; menggergaj i, dll.
Konsultasikan dengan tenaga kerja untuk klarifikasi uraian pekerjaan,Amati apa
yang dilakukan oleh pekerja dan bukan bagaimana pekerja melakukan
pekerjaan,Buat kesepakatan dengan tenaga kerja hal-hal yang terkait dengan uraian
pekerjaan tersebut.
6
7. Langkah 4 : Identifikasi Potensi Bahaya pada setiap langkah dasar
Tujuan analisis pada langkah ini adalah untuk mengenali atau
mengidentifikasi dan mencatat sumber-sumber bahaya yang ada pada setiap
tahapan proses kerja. Dari identifikasi potensi bahaya ini, akan dapat diketahui
berbagai jenis potensi bahaya yang mungkin timbul dan beresiko terjadinya
kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Di dalam mengidentifikasi potensi bahaya
pada setiap tahapan proses kerja pergunakan daftar periksa potensi bahaya .
Gambar 2 :Pembuatan identifikasi bahaya disetiap langkah dasar
Langkah 5 : Pelaksanaan Analisis Keselamatan Pekerjaan
Untuk melaksanakan analisis keselamatan pekerjaan perlu dilakukan
pengamatan secara terencana di lapangan (Job Safety Observation). Analisis
keselamatan pekerjaan yang telah disetujui harus dijelaskan dan dikonsultasikan
kepada tenaga kerja yang terkait di pabrik untuk mendapatkan masukan. Tenaga
kerja perlu ditanya tentang potensi bahaya apa saja yang mungkin timbul di tempat
kerjanya yang berkaitan dengan tugas-tugas yang dilakukan sehari-hari. Dan setelah
dilakukan observasi ada yang perlu dilakukan perbaikan, kembali ke langkah 4
untuk dibuatkan revisinya.
7
8. BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengetahuan mesin Bubut
Proses bubut adalah proses permesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin
(komponen) berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan Mesin
Bubut.
3.2 Identifikasi Kecelakaan kerja dalam Proses penguliran mesin bubut
Kecelakaan yang terjadi pada mesin bubut pada proses ulir,hampir
semuanya terjadi karena kelalaian atau ketidak tahuan operator dalam melakukan
prinsip dasar kerja mesin bubut,terutama operator dari mesin bubut itu sendiri yang
kurang menguasai teknik-teknik dari pekerjaan pembubutan yang baik.
Berikut kami tampilkan identifikasi bahaya sesuai format JSA :
No Tahapan Kerja Bahaya Kecelakaan Control Hazard
1 Siapkan benda kerja sesuai
8
dengan diameter luar ulir
luka lecet
Penggunaan APD
,sarung tangan
2 Pasang benda kerja dengan
baik
luka tergores
Penggunaan APD
,sarung tangan
terjatuh
Pake helm,cek
lantai
3 Setel pahat ulir dan eretan Tangan terjepit Gunakan APD
9. 4
menjalangkan mesin
kesetrum listrik
Cek sumber listrik
5 mengecek kecepatan potong
luka teriris atau
9
terpotong
gunakan APD
sarung tangan
6 Tentukan kedalaman
pemotongan ulir
percikan serpihan
logam yang ulir
gunakan APD
safety glass
7 pemberian cairan pendingin
pada benda kerja
cipratan air pendingin
ke mata
gunakan APD
safety glass
8 jika posisi penguliran dalam
muncul asap
cipratan air pendingin
ke mata
gunakan masker
dan safety glass
9 membuka / melepaskan
benda kerja
luka tergores
Penggunaan APD
,sarung tangan
Table 2 : Format identifikasi bahaya JSA
3.3 Bagaimana JSA membantu SOP dalam pekerjaan Membubut ulir.
JSA adalah salah satu bagian penting dalam penyusunan SOP khususnya
keselamatan berikut fungsi dari SOP mesin bubut.
• Standard operational prosedur SOP dalam menggunakan mesin bubut
merupakan salah satu ketentuan yang paling penting di dalam operasional
penggunaan mesin dan peralatan. SOP juga bertujuan agar hasil dari setiap
proses pengerjaan sesuai dengan spesifikasi benda kerjayang diulir.
• Setiap SOP mesin bubut selalu berbeda satu dengan yang lainya tergantung
jenis pembubutan yang digunakan,serta tergantung dari jenis mesin kerja
yang digunakan.setiap operator harus memahami mentaati dan menguasai
SOP ini,apabila ada kesulitan atau kekeliruan dalam memahami SOP maka
operator harus segera mengkonsultasikan dengan pengawas sebelum
memulai pekerjaan.
Jadi JSA sangat membantu identifikasi dan resiko dalam setiap langkah kerja
dalam proses membubut khususnya mengulir.
10. 10
3.4 Review Ulang pelaksanaan JSA
Bila prosedur kerja ditetapkan,maka harus ditinjau secara periodik untuk
menetukan prosedur tersebut adalah yang terbaru .peninjauan tersebut adalah
berdasarkan prosedur yang telah ada,dengan maksud untuk mengembangkan cara
yang lebih baik untuk melaksanakan pekerjaan yg mengalami perubahan berikut:
ï‚· Sewaktu ada perubahan tata ruang atau lay out pabrik, gedung
penempatan mesin, perlalatan dan kegiatan kerja.
ï‚· Karena adanya bahaya baru sewaktu diadakan kegiatan.
ï‚· Adanya bahaya akibat perubahan proses kerja/peralatan/mesin.
ï‚· Penggantian personil.
11. BAB IV
PENUTUP
11
4.1 Kesimpulan
Dengan adanya Job Safety Analysis JSA maka strategi perencanaan resiko
kecelakaan kerja dan potensial hazard dapat dengan mudah dikurangi,ini juga
dapat menjadi SOP standard Operational Pekerjaan Sehingga setiap pengawas
keselamatan dan pekerja dapat bersinergi menjadikan JSA sebagai landasan pokok
dalam bekerja sesuai kaidah keselamatan dan kesehatan kerja khususnya di tempat
kerja.
4.2 Saran
Dengan adanya JSA maka penulis memberikan saran khususnya untuk
pekerja sebelum memulai oprasi mesin bubut sebagai berikut :
1.Pastikan pekerja adalah yang mengetahui proses kerja (SOP) mesin bubut
termasuk resiko dan bahaya ketika melakukan pekerjaan.
2.Pastikan lingkungan kerja dalam keadaan aman.
3.Pastikan sebelum bekerja diadakan safety talk.
4.Pastikan pekerja sudah menggunakan APD baik dan benar.
5 Pastikan bahwa kondisi fisik pekerja siap untuk bekerja.
12. DAFTAR PUSTAKA
Cahyana Asrina 6 februari 2011,artikel analisis keselamatan kerja,Balikpapan.
Muhammad Wahid Muslim artikel tahapan analisis keselamatan pekerjaan.
Arizona Toni,November 2010,pengembangan SOP dan JSA.
IndoHSE, kesalahan terbanyak dalam menyusun JSA.
Pranoto Adhi ,2010, K3 Mesin Bubut,smk Muhammadiyah 1 Klaten Utara.
Maisyaroh Siti,Skripsi,Implementasi JSA sebagai upaya penanggulangan
kecelakaan kerja di PT Trypolyta Indonesia Tbk,2010,Surakarta.
Paryanto Mpd,Proses Pembubutan Logam,Jur Teknik Mesin FT UNY
12