Makalah ini membahas struktur fonologi bahasa Indonesia. Fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa yang terdiri dari fonetik dan fonemik. Fonetik membahas produksi bunyi, sedangkan fonemik membahas perbedaan makna akibat perbedaan bunyi. Makalah ini menjelaskan fonem-fonem bahasa Indonesia yang terdiri dari 6 vokal, 3 diftong, dan 23 konsonan.
1 of 14
More Related Content
Makalah struktur fonologi bahasa indonesia
1. i
MAKALAH
KAJIAN BAHASA INDONESIA SD
Struktur Fonologi Bahasa Indonesia
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kajian Bahasa Indonesia SD
Dosen Pengampu: Drs. Suwandi M. Pd.
Disusun Oleh:
1. Anas setiaji / 1401414074
2. Lya Farida Oktaviani / 1401414432
3. Nurhidayati / 1401414305
4. Restuta Anugrahaeni Wigati / 1401414084
5. Rizkyana Amaliah Devi / 1401414095
6. Tika Lutfi M / 1401414056
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
2. ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur, penulis persembahkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Oleh karena itu,
penulis berhasil menyusun sebuah Makalah Kajian Bahasa Indonesia tentang Struktur
Fonologi Bahasa Indonesia.
Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas
Mata Kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD.
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Drs.
Suwandi M. Pd. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD. Tak
lupa juga penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Tegal, November 2014
Penulis
3. iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan......................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
Bab II Pembahasan.....................................................................................................3
A. Fonologi Bahasa Indonesia.............................................................................3
B. Fonem Fonem Bahasa Indonesia.................................................................6
C. Penerapan dalam Pembelajaran ......................................................................9
Bab III Penutup...........................................................................................................10
A. Kesimpulan.....................................................................................................10
B. Saran...............................................................................................................10
Daftar Pustaka...........................................................................................................11
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalau kita perhatikan dengan baik, dalam kehidupan sehari-hari masih
banyak masyarakat yang memakai bahasa Indonesia tetapi tuturan atau ucapan
daerahnya terbawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia. Tidak sedikit seseorang
yang berbicara dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan lafal atau intonasi Jawa,
Batak, Bugis, Sunda dan lain sebagainya. Hal ini dimungkinkan karena sebagian
besar bangsa Indonesia memposisikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua.
Sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing. Bahasa
Indonesia hanya digunakan dalam komunikasi tertentu, seperti dalam kegiatan-
kegiatan resmi.
Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di Sekolah
Dasar, istilah yang dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah huruf
walaupun yang dimaksud adalah fonem. Mengingat keduanya merupakan
istilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran, tentu perlu diadakan
penyesuaian dalam segi penerapannya.
Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal/fonem baku dalam
bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu
dikurangi jika mungkin diusahakan dihilangkan. Sebagai seorang guru,
pemahaman struktur fonologi bahasa Indonesia selain dapat menjadi bekal
dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa
siswa.
5. 2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas ditemukan beberapa permasalahan,
diantaranya:
1. Apakah yang dimaksud dengan fonologi?
2. Bagaimana membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi?
3. Bagaimana mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk menjelaskan pengertian fonologi.
2. Untuk membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi.
3. Untuk mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia.
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fonologi Bahasa Indonesia
1. Pengertian Fonologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi
adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi bunyi bahasa menurut
fungsinya. Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam
bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang
bunyi bahasa.
Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah
bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut
fungsinya.Dengan demikian, fonologi adalahmerupakan sistem bunyi dalam
bahasa Indonesia atau dapat juga dikatan bahwafonologi adalah ilmu tentang
bunyi bahasa.
2. Ilmu-Ilmu yang Tercakup dalam Fonologi
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian yakni fonetikdan
fonemik.
a) Fonetik
Menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik diartikan:
bidang linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik
adalah sistem bunyi suatu bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan
alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
7. 4
Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi
tiga jenis fonetik, yaitu:
1) Fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari
bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan
bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
2) Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau
fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya,
aplitudonya,dan intensitasnya.
3) Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi
bahasa itu oleh telinga kita.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia
lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan
dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan
manusia.Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan
fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran.
b) Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang
berfungsi sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut, fonemik
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan: (1) bidang linguistik
tentang sistem fonem; (2) sistem fonem suatu bahasa; (3) prosedur untuk
menentukan fonem suatu bahasa.
Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat
dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan,
maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-
kemungkinan, bunyi ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk
membedakan arti.
Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat
atau berfungsi membedakan makna kata.Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u];
dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi
yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r].Dengan demikian dapat disimpulkan
8. 5
bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa
Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
Sebagai bidang yang berkosentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi
ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-
cabang linguitik yang lain, misalnya morfologi, sintaksis, dan semantik.
1) Fonologi dalam cabang morfologi
Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal kata
sering memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem
dasar {butuh} diucapkan secara bervariasi antara [butUh] dan [bUtUh] serta
diucapkan [butuhkan] setelah mendapat proses morfologis dengan penambahan
morfem sufiks {-kan}.
2) Fonologi dalam cabang sintaksis
Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat, ketika berhadapan
dengan kalimat kamu berdiri.(kalimat berita), kamu berdiri? (kalimat tanya),
dan kamu berdiri! (kalimat perintah) ketiga kalimat tersebut masing-masing
terdiri dari dua kata yang sama tetapi mempunyai maksud yang berbeda.
Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis
fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yang ternyata
dapat membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa Indonesia.
3) Fonologi dalam cabang semantik
Bidang semantik, yang berkosentrasi pada persoalan makna kata pun
memanfaatkan hasil telaah fonologi.Misalnya dalam mengucapkan sebuah kata
dapat divariasikan, dan tidak. Contoh kata [tahu], [tau], [teras] dan [tras] akan
bermakna lain. Sedangkan kata duduk dan didik ketika diucapkan secara
bervariasi [dudU?], [dUdU?], [did朝?], [d朝d朝?] tidak membedakan makna.Hasil
analisis fonologislah yang membantunya.
9. 6
B. Fonem-fonem Bahasa Indonesia
1. Pengertian Fonem
Santoso (2004) menyatakan bahwa fonem adalah setiap bunyiujaran dalam
satu bahasa mempunyai fungsi membedakan arti. Bunyi ujaran yang
membedakan arti ini disebut fonem.Fonem tidak dapat berdiri sendirikarena
belum mengandung arti.Tidak berbeda dengan pendapat tadi, dalamKamus
Besar Bahasa Indonesia (1997) tertulis bahwa yang dimaksud fonem adalah
satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna.Jadi, dapat
disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat
fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna.Fonem
tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti.
2. Jenis-jenis Fonem
Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem, yang terdiriatas:
(a) fonem vokal 6 buah(a, i. u, e, , dan o), (b) fonem diftong 3 buah, dan (c)
fonem konsonan 23buah(p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, 侶, s, h, r, l, w, dan z).
a) Fonem vokal
Fonem vokal yang dihasilkan tergantung dari beberapa hal berikut.
1) Posisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan sesuatu bunyi).
2) Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan belakang lidah ketika
mengucapkan bunyi.
3) Maju-mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara lidah dan lengkung kaki
gigi).
Menurut posisi lidah yang membentuk rongga resonansi, vokal-vokal
digolongkan:
Vokal tinggi depan dengan menggerakkan bagian depan lidah ke langit-langit
sehingga terbentuklah rongga resonansi, seperti pengucapan bunyi [i].
Vokal tinggi belakang diucapkan dengan kedua bibir agak maju dan sedikit
membundar, misalnya /u/.
10. 7
Vokal sedang dihasilkan dengan menggerakkan bagian depan dan belakang
lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuk ruang resonansi antara tengah
lidah dan langit-langit, misalnya vokal [e].
Vokal belakang dihasilkan dengan menggerakkan bagian belakang lidah ke arah
langit-langit sehingga terbentuk ruang resonansi antara bagian belakang lidah
dan langit-langit, misalnya vokal [o].
Vokal sedang tengah adalah vokal yang diucapkan dengan agak menaikkan
bagian tengah lidah ke arah langit-langit, misalnya Vokal // .
Vokal rendah adalah vokal yang diucapkan dengan posisi lidah mendatar,
misalnya vokal /a/.
Menurut bundar tidaknya bentuk bibir, vokal dibedakan atas:
Vokal bundar: /a/, /o/, dan /u/;
Vokal tak bundar: /e/, //, dan /i/.
Menurut renggang tidaknya ruang antara lidah dengan langit-langit, vokal
dibedakan atas:
Vokal sempit: //, /i/, dan /u/;
Vokal lapang: /a/, /e/, /o/.
Jadi /a/ misalnya, adalah vokal tengah, rendah, bundar, dan lapang.
b) Fonem diftong
Diftong dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan
sebagai vokal yang berubah kualitasnya.Dalam sistem tulisan, diftong
dilambangkan oleh dua huruf vokal.Kedua huruf vokal itu tidak dapat
dipisahkan.Bunyi /aw/ pada kata pulau adalah diftong, sehingga <au> pada suku
kata lau tidak dapat dipisahkanmenjadi la-u seperti pada kata mau.
11. 8
c) Fonem Konsonan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang ketika dihasilkan mengalami hambatan-
hambatan pada daerah artikulasi tertentu. Kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor
:
Keadaan pita suara (merapat atau merenggang - bersuara atau tak bersuara).
Penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi,
lidah, langit-langit).
Cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan.
Fonem konsonan dapat digolongkan berdasarkan tiga kriteria: posisi pita
suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi.
Berdasarkan posisi pita suara, bunyi bahasa dibedakan ke dalam dua macam,
yakni bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. (Samsuri, 1994, Supriyadi, dkk.
1992, Santoso, 2004 dan Depdikbud,1988).
Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga
terjadilah getaran pada pita suara itu. Yang termasuk bunyi bersuara antara
lain, bunyi /b/, /d/, /g/, /m/, /n/, /単/, /j/, /z/, /r/, /w/ dan /y/.
Tak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada
getaran pada pita suara. Yang termasuk bunyi tak bersuara, antara lain /k/,
/p/, /t/, /f/, /s/, dan /h/.
Berdasarkan tempat artikulasinya, kita mengenal empat macam konsonan, yakni:
Konsonan bilabial adalah konsonan yang terjadi dengan cara merapatkan
kedua belah bibir, misalnya bunyi /b/, /p/, dan /m/.
Konsonan labiodental adalah bunyi yang terjadi dengan cara merapatkan gigi
bawah dan bibir atas, misalnya /f/.
Konsonan laminoalveolar adalah bunyi yang terjadi dengan cara
menempelkan ujung lidah ke gusi, misalnya /t/ dan /d/.
Konsonan dorsovelar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan
pangkal lidah ke langit-langit lunak, misalnya /k/ dan /g/.
12. 9
Menurut cara pengucapanya/cara artikulasinya, konsonan dapat dibedakan
sebagai berikut:
Konsonan letupan (eksplosif) yakni bunyi yang dihasilkan dengan
menghambat udara sama sekali ditempat artikulasi lalu dilepaskan, seperti
[b], [p], [t], [d], [k], [g], [?], dan lain-lain;
Konsonan nasal (sengau) adalah bunyi yang dihasilkan dengan menutup alur
udara keluar melalui rongga mulut tetapi dikeluarkan melalui rongga hidung
seperti fonem [n, m, 単, ];
Konsonan lateral yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara
sehingga keluar melalui kedua sisi lidah seperi [l];
Konsonan frikatif yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara
pada titik artikulasi lalu dilepaskan secara frikatif misanya [f], [s];
Konsonan afrikatif yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melepas udara yang
keluar dari paru-paru secara frikatif, misalnya [c] dan [z];
Konsonan getar yakni bunyi yang dihasilkan dengan mengartikulasikan lidah
pada lengkung kaki gigi kemudian dilepaskan secepatnya dan diartikulasikan
lagi seprti [r] pada jarang.
C. Penerapan dalam Pembelajaran
Penerapan fonologi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara
memasukan materi fonologi ke dalam pembelejaran bahasa Indonesia. Asumsi
tersebut menimbulkan adanya pendekatan-pendekatan yang berbeda, yakni:
1. Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa, berarti
berusaha membiasakan dan menggunakan bahasa untuk berkomnikasi.
Tekanannya pada pembiasaan.
2. Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar bahasa, berarti berusaha
untuk memperoleh kemampuan berkomunikasi secara lisan. Tekanan
pembelajarannya pada pemerolehan kemampuan berbicara.
3. Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa dalam pembelajaran bahasa,
yang harus diutamakan ialah pemahaman akan kaidah yang mendasari
ujaran, tekanan pembelajaran pada aspek kognitif bahasa, bukan pada
kemampuan menggunakan bahasa.
13. 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fonologi
adalah sistem bunyi dalam bahasa Indonesia.Fonologi mencakup dua kajian
ilmu, yaitu fonetik dan fonemis.
Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal/fonem baku dalam
bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah
dikurangi jika mungkin diusahakan dihilangkan. pemahaman struktur fonologi
bahasa Indonesia selain dapat menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam
pembinaan kemampuan berbahasa siswa.
B. Saran
Sebagai seorang guru, Pemahaman struktur fonologi danmorfologi bahasa
Indonesia perlu diperluas, karena selain dapat menjadi bekal dalampemakaian
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-harijuga dapat
bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa.