Tinjauan teoritis ini membahas konsep dasar tentang tuberkulosis paru, meliputi definisi, anatomi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan prognosis. Diagnosa keperawatan yang diidentifikasi meliputi gangguan bersihan saluran napas, hipertermia, dan gangguan pola tidur. Intervensi keperawatan dirancang untuk mengatasi diagnosa-diagnosa tersebut.
1 of 13
More Related Content
Makalah tb 2
1. BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Medis
2.1.1 Defenisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang disebabkan Mycobacterium
Tuberkulosis terutama menyerang parenkim paru, dapat juga ditularkan ke bagian tubuh
lainnya, termaksuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe. (Brunner, 2002)
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansjoer, 2009)
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi
A. Anatomi
2. B. Fisiologi
1. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang dilapisi selaput lender yang
sangat kaya akan pembuluh darah dan bersambung dengan lapisan faring
2. Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenggorokkan sampai
persambungan dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid
3. Laring
Laring terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkan dari
columna vertebra.
4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokkan yang tersusun atas 16- 20 lingkaran yang
berupa cincin tulang rawan yang di ikat bersama jarinagn fibrosa.
5. Bronkus
Bronkus yang terbentuk dari belahan 2 trakea yang dilapisi oleh sel yang sama.
Bronkus terbagi menjadi 2 bagian yaitu bronkus kanan lebih pendek dan lebih
lebar dari yang kiri sedangkan bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing
dari yang kanan.
6. Alveolus
3. Merupakan tempat pertukaran gas yang terdiri dari bronkioulus dan
repiratorius yang kadang-kadang memiliki kantong udara yang kecil.
7. Paru-paru
2.1.3 Etiologi
Penyebab terjadinya Tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium
Tuberculosis dan Mycobacterium Bovis
2.1.4 Patofisiologi
A. Patofisiologi
Infeksi diawali Karena seseorang menghirup basil M.Tuberculosis. bakteri
menyebar melalui jalan nafas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat
bertumpuk. Perkembangan M.Tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke
area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui system limfe
dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks cerebry).
Selanjutnya system kekebalan tubuh memberikan respon dengan melakukan
reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan
bakteri), sementara limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan (melisiska n)
basil dan jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli
yang menyebabkan bronchopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam
waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi antara M. tuberculosis dan
system kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah masa jaringan
baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan
mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya
berubah bentuk menjadi massa jangringan fibrosa. Bagian tengah dari massa
tersebut disebut ghon tubercle.
Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang
selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing
caseosa) hal ini kan menjadi kalsifikasi dan akhirnya membentuk jaringan
kolagen, kemudian bakteri menjadi non aktif.Setelah infeksi awal, jika respon
system imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit
yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya
4. tidak aktif kembali menjadi aktif. Pada kasusu ini, ghon tubercle mengalami
ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa didalam brounkhus. Tubercle
yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.
Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini
dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagos it
atau berkembang biak didalam sel. Makrofag mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi
oleh limfosit (membutuhkan 10 – 20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan
jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulka n
respons berbeda, pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang dikelilingi
oleh tuberke
2.1.5 Manifestasi Klinis
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza tetapi panas badan kadang-kadang
dapat mencapai 40-41 oC. serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali
2. Batuk atau batuk berdarah
Gejala ini banyak di temukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-prosuk radang keluar.
Karena terlibatnya bronkus di setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru
ada setelah batuk berkembang dalam jaringan paru yakini setelah berminggu-minggu
atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk
kering (non Produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculos is
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak napas
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
5. Gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada tibul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik atau melepaskan napasnya
5. Malaise
Gejala malaise sering ditemukan berupa aneroksia, tidak ada nafsu maka,
badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang
timbul secara tidak teratur.
2.1.6 Komplikasi
1. Pleuritis
2. Efusi pleura
3. Empyema
4. Laryngitis
5. Kerusakan parenkim paru
6. Gagal napas
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah rutin
2. Pemeriksaan sputum BTA
3. Tes PAP ( peroksidase anti peroksidase)
4. Tes mountoux/tuberculin
5. Pemeriksaan Radiologi
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan
a. INH
b. Rimfapisin
c. Pirazinamid
d. Etambutol
2. Tahap lanjutan diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan
a. INH
6. b. Rimpafisin
2.1.9 Prognosis
Tuberculosis paru dapat disembuhkan secara total dengan pemberian obat OAT
yang dikonsumsi selama 6 bulan secara teratur dan dengan system kekebalan tubuh
yang kuat.
2.2 Konsep Dasar Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
A. Pengumpulan data
7. 1. Data Biografi Klien
Yang perlu dikaji adalah : nama, usia, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat
dan tanggal masuk rumah sakit.
2. Data Biografi Penanggung Jawab
Yang perlu dikaji adalah : nama, usia, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat
dan hubungan dengan klien.
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : keluhan utama adalah keluhan yang paling menonjol yang
dirasakan klien saat dikaji yaitu : adanya batuk pilek yang lama (≤ 4 minggu),
terasa sesak waktu bernafas.
2. Riwayat kesehatan sekarang menjabarkan kejadian sampai terjadinya
penyakit saat ini yang menyebabkan klien mencari pertolongan
3. Riwayat kesehatan dahulu adanya batuk pilek yang mungkin berhubungan
dengan penyakit sekarang atau klien pernah mengalami penyakit yang sama
dengan penyakit yang sekarang.
4. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit yang sama dengan klien atau penyakit yang diturunkan atau penyakit
menular.
5. Kebiasaan sehari-hari
a) Pola pemeliharaan kesehatan
1) Adanya riwayat keluarga yang mengidap TB
2) Kebiasaan merokok dan minuman alcohol
b) Pola nutrisi dan metabolic
1) Nafsu makan menurun
2) Mual
3) Penurunan BB
4) Turgor kulit kering
c) Pola eliminasi
1) Adanya gannguan pada BAB
2) Warna urine berubah menjadi agak pekat
d) Pola aktivitas dan latihan
8. 1) Kelemahan umum
2) Berkeringat dimalam hari
e) Pola tidur da istirahat
1) Kesulitan tidur pada malam hari
f) Pola persepsi kognitif
1) Nyeri dada karena batuk
g) Pola persepsi dan konsep diri
Perasaan isolasi karena penyakit menular dan perasaan tidak berdaya
h) Pola hubungan dengan sesama
Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
i) Pola reproduksi seksualitas
Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan
j) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Ansietas dan perasaan tidak berdaya
k) Pola system kepercayaan
Kegiatan beribadah terganggu
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d sekresi yang tertahan
2. Hipertermi b/d penyakit
3. Gangguan pola tidur b/d gangguan
2.2.3 Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d sekresi yang tertahan
NOC : Status Pernapasan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien akan
menunjukkan status pernapasan yang ditandai dengan indicator sedang
dengan karakteristik :
a. Mudah bernapas
b. Kegelisahan, sianosis, dan dyspnea tidak ada
NIC : Pengelolaan jaln napas
a. Pengkajian
1) Kaji keefektifan pemberian oksigen dan perawatan lain
9. 2) Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui
adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi
napas tambahan
3) Pantau status oksigen
4) Catat tipe dan jumlah sekresi yang terkumpulkan
b. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga
1) Instruksikan kepada pasien atau keluarga dalam rencana perawatan
dirumah
2) Instruksikan kepada paisen tentang batuk dan teknik napas dalam
untuk memudahnya keluarnya sekresi
3) Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya perubahan
pada sputum seperti warna , karakter jumlah dan bau
c. Aktivitas kolaboratif
1) Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, sesuai dengan
kebutuhan
2) Konsultasi kepada dokter tentang kebutuhan untuk perkusi
3) Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan
d. Mandiri
1) Anjurkan aktivitas fisik untuk meningkatkan pergerakan sekresi
2) Lakukan pengisapan endotrakea sesuai dengan kebutuhan
2. Hipertemi b/d penyakit
NOC : Termoregulasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien akan
menunjukkan termoregulasi ditandai dengan indicator sedang dengan
karakteristik :
a. Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan
b. Suhu tubuh dalam batas normal
c. Nadi dan pernapasan dalm rentang normal
d. Perubahan warna kulit tidak ada
NIC : Regulasi Suhu
a. Pengkajian
10. 1) Pantau aktivitas kejang
2) Pantau hidrasi
3) Pantau vital sign
4) Pantau suhu minimal setiap 2 jam
5) Pantau warna kulit dan suhu
b. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga
1) Ajarkan pasien atau keluarga dalam mengukur suhu untuk
mencegah dan mengenali secara dini hipertermia
c. Aktivitas kolaboratif
1) Berikan obat antipiretik sesuai kebutuhan
d. Mandiri
1) Lepaskan pakaian yang berlebihan
2) Gunakan waslap dinggin dibagian leher, aksila, dan lipatan paha
3) Anjurkan asupan cairan oral
3. Gangguan pola tidur b/d gangguan
NOC: Tingkat kenyamanan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x 24 jam pasien akan
menunjukkan tingkat kenyamanan ditandai dengan indicator ringan
dengan karakteristik :
a. Jumlah jam tidur tidak terganggu
b. Tidak ada masalah dengna pola tidur
NIC : Peningkatan Tidur
a. Pengkajian
1) Tentukan efek samping pengobatan pada pola tidur
2) Pantau poal tidur dan catat hubungan factor-faktor fisik
b. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga
1) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
c. Aktivitas kolaboratif
2) Diskusi dengan dokter tentang perlunya meninjau kembali
program pengobatan jika berpengaruh pada pola tidur
3) Dukung penggunaan obat tidur
11. d. Mandiri
1) Hindarkan suara keras dan penggunaan lampu saat tidur
2) Anjurkan pasien untuk mengindarkan makanan dan minuman pada
jam tidur’bantu pasien untuk membatasi tidur disiang hari
3) Lakukan pijatan yang nyaman dan berikan posisi yang nyaman
4) Berikan tidur siang, jika perlu
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum
NOC : Penghematan energy
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pasien akan
menunjukkan penghematan energi ditandai dengan indicator sedang
dengan karakteristik tingkat daya tahan tubuh adekuat untuk beraktivitas.
NIC : pengelolaan energi
a. Pengkajian
1) Kaji respon emosi,social, terhadap aktivitas
2) Evaluasi keinginan pasien untuk meningkatkan akivitas
3) Tentukan penyebab keletihan
4) Pantau vital sign pasien terhadap aktivitas perawatan diri
5) Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber
energy
6) Pantau pola istirahat pasien
b. Penyuluhan kepada keluarga dan pasien
1) Ajarkan penggunaan teknik relaksasi
2) Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang pengaturan aktivitas
dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.
c. Aktivitas kolaboratif
1) Berikan obat nyeri sebelum melakukan aktivitas
2) Kolaborasi dengan ahli terapi fisik untuk merencanakan dan
memantau program aktivitas sesuai kebutuhan
d. Mandiri
12. 1) Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala
2) Berikan penguatan positif untuk aktivitas yang meningkat
3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas
4) Bantu aktivifata fisik secara teratur
5) Bantu pasien untuk memantau diri dengan membuat dan
menggunakan dokumentasi tertulis tentang energy sesuai
kebutuhan.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor
biologis
NOC :status gizi : asupan makanan dan cairan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pasien akan
menunjukkan status gizi : asupan makanan dan cairan ditandai dengan
indicator sedang dengan karakteristik makanan dan nutrisi terpenuhi
NIC : pengelolaan nutrisi
a. Pengkajian
1) Ketahui makan kesukaan pasien
2) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
3) Pantau kandungan nutrisi
4) Timbang pasien pada interval yang tepat
b. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga
1) Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan bergizi dan tidak
mahal
2) Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya
c. Aktivitas kolaboratif
1) Diskusi dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein
untuk pasien
2) Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi
d. Mandiri
13. 1) Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan
pasien dari rumah
2) Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan
tinggi.
3) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan
4) Hindari prosedur invasive sebelum makan
5) Bentu makan sesuai kebutuhan
6) Berikan pasien minuman dan cemilan bergizi