ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
BAB 2 
TINJAUAN TEORITIS 
2.1 Konsep Dasar Medis 
2.1.1 Defenisi 
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang disebabkan Mycobacterium 
Tuberkulosis terutama menyerang parenkim paru, dapat juga ditularkan ke bagian tubuh 
lainnya, termaksuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe. (Brunner, 2002) 
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium 
Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansjoer, 2009) 
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi 
A. Anatomi
B. Fisiologi 
1. Hidung 
Merupakan saluran udara yang pertama yang dilapisi selaput lender yang 
sangat kaya akan pembuluh darah dan bersambung dengan lapisan faring 
2. Faring 
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenggorokkan sampai 
persambungan dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid 
3. Laring 
Laring terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkan dari 
columna vertebra. 
4. Trakea 
Trakea atau batang tenggorokkan yang tersusun atas 16- 20 lingkaran yang 
berupa cincin tulang rawan yang di ikat bersama jarinagn fibrosa. 
5. Bronkus 
Bronkus yang terbentuk dari belahan 2 trakea yang dilapisi oleh sel yang sama. 
Bronkus terbagi menjadi 2 bagian yaitu bronkus kanan lebih pendek dan lebih 
lebar dari yang kiri sedangkan bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing 
dari yang kanan. 
6. Alveolus
Merupakan tempat pertukaran gas yang terdiri dari bronkioulus dan 
repiratorius yang kadang-kadang memiliki kantong udara yang kecil. 
7. Paru-paru 
2.1.3 Etiologi 
Penyebab terjadinya Tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium 
Tuberculosis dan Mycobacterium Bovis 
2.1.4 Patofisiologi 
A. Patofisiologi 
Infeksi diawali Karena seseorang menghirup basil M.Tuberculosis. bakteri 
menyebar melalui jalan nafas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat 
bertumpuk. Perkembangan M.Tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke 
area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui system limfe 
dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks cerebry). 
Selanjutnya system kekebalan tubuh memberikan respon dengan melakukan 
reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan 
bakteri), sementara limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan (melisiska n) 
basil dan jaringan normal. 
Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli 
yang menyebabkan bronchopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam 
waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi antara M. tuberculosis dan 
system kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah masa jaringan 
baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan 
mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya 
berubah bentuk menjadi massa jangringan fibrosa. Bagian tengah dari massa 
tersebut disebut ghon tubercle. 
Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang 
selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing 
caseosa) hal ini kan menjadi kalsifikasi dan akhirnya membentuk jaringan 
kolagen, kemudian bakteri menjadi non aktif.Setelah infeksi awal, jika respon 
system imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit 
yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya
tidak aktif kembali menjadi aktif. Pada kasusu ini, ghon tubercle mengalami 
ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa didalam brounkhus. Tubercle 
yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. 
Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang mengakibatkan timbulnya 
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini 
dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagos it 
atau berkembang biak didalam sel. Makrofag mengadakan infiltrasi menjadi lebih 
panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi 
oleh limfosit (membutuhkan 10 – 20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan 
jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulka n 
respons berbeda, pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang dikelilingi 
oleh tuberke 
2.1.5 Manifestasi Klinis 
1. Demam 
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza tetapi panas badan kadang-kadang 
dapat mencapai 40-41 oC. serangan demam pertama dapat sembuh 
sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali 
2. Batuk atau batuk berdarah 
Gejala ini banyak di temukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada 
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-prosuk radang keluar. 
Karena terlibatnya bronkus di setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru 
ada setelah batuk berkembang dalam jaringan paru yakini setelah berminggu-minggu 
atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk 
kering (non Produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif 
(menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena 
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculos is 
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus. 
3. Sesak napas 
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang 
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru. 
4. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada tibul bila infiltrasi radang sudah 
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura 
sewaktu pasien menarik atau melepaskan napasnya 
5. Malaise 
Gejala malaise sering ditemukan berupa aneroksia, tidak ada nafsu maka, 
badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat 
malam dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang 
timbul secara tidak teratur. 
2.1.6 Komplikasi 
1. Pleuritis 
2. Efusi pleura 
3. Empyema 
4. Laryngitis 
5. Kerusakan parenkim paru 
6. Gagal napas 
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik 
1. Pemeriksaan darah rutin 
2. Pemeriksaan sputum BTA 
3. Tes PAP ( peroksidase anti peroksidase) 
4. Tes mountoux/tuberculin 
5. Pemeriksaan Radiologi 
2.1.8 Penatalaksanaan 
1. Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan 
a. INH 
b. Rimfapisin 
c. Pirazinamid 
d. Etambutol 
2. Tahap lanjutan diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan 
a. INH
b. Rimpafisin 
2.1.9 Prognosis 
Tuberculosis paru dapat disembuhkan secara total dengan pemberian obat OAT 
yang dikonsumsi selama 6 bulan secara teratur dan dengan system kekebalan tubuh 
yang kuat. 
2.2 Konsep Dasar Keperawatan 
2.2.1 Pengkajian 
A. Pengumpulan data
1. Data Biografi Klien 
Yang perlu dikaji adalah : nama, usia, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat 
dan tanggal masuk rumah sakit. 
2. Data Biografi Penanggung Jawab 
Yang perlu dikaji adalah : nama, usia, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat 
dan hubungan dengan klien. 
B. Riwayat Kesehatan 
1. Keluhan utama : keluhan utama adalah keluhan yang paling menonjol yang 
dirasakan klien saat dikaji yaitu : adanya batuk pilek yang lama (≤ 4 minggu), 
terasa sesak waktu bernafas. 
2. Riwayat kesehatan sekarang menjabarkan kejadian sampai terjadinya 
penyakit saat ini yang menyebabkan klien mencari pertolongan 
3. Riwayat kesehatan dahulu adanya batuk pilek yang mungkin berhubungan 
dengan penyakit sekarang atau klien pernah mengalami penyakit yang sama 
dengan penyakit yang sekarang. 
4. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada anggota keluarga yang mengalami 
penyakit yang sama dengan klien atau penyakit yang diturunkan atau penyakit 
menular. 
5. Kebiasaan sehari-hari 
a) Pola pemeliharaan kesehatan 
1) Adanya riwayat keluarga yang mengidap TB 
2) Kebiasaan merokok dan minuman alcohol 
b) Pola nutrisi dan metabolic 
1) Nafsu makan menurun 
2) Mual 
3) Penurunan BB 
4) Turgor kulit kering 
c) Pola eliminasi 
1) Adanya gannguan pada BAB 
2) Warna urine berubah menjadi agak pekat 
d) Pola aktivitas dan latihan
1) Kelemahan umum 
2) Berkeringat dimalam hari 
e) Pola tidur da istirahat 
1) Kesulitan tidur pada malam hari 
f) Pola persepsi kognitif 
1) Nyeri dada karena batuk 
g) Pola persepsi dan konsep diri 
Perasaan isolasi karena penyakit menular dan perasaan tidak berdaya 
h) Pola hubungan dengan sesama 
Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran 
i) Pola reproduksi seksualitas 
Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan 
j) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress 
Ansietas dan perasaan tidak berdaya 
k) Pola system kepercayaan 
Kegiatan beribadah terganggu 
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d sekresi yang tertahan 
2. Hipertermi b/d penyakit 
3. Gangguan pola tidur b/d gangguan 
2.2.3 Intervensi Keperawatan 
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d sekresi yang tertahan 
NOC : Status Pernapasan 
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien akan 
menunjukkan status pernapasan yang ditandai dengan indicator sedang 
dengan karakteristik : 
a. Mudah bernapas 
b. Kegelisahan, sianosis, dan dyspnea tidak ada 
NIC : Pengelolaan jaln napas 
a. Pengkajian 
1) Kaji keefektifan pemberian oksigen dan perawatan lain
2) Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui 
adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi 
napas tambahan 
3) Pantau status oksigen 
4) Catat tipe dan jumlah sekresi yang terkumpulkan 
b. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga 
1) Instruksikan kepada pasien atau keluarga dalam rencana perawatan 
dirumah 
2) Instruksikan kepada paisen tentang batuk dan teknik napas dalam 
untuk memudahnya keluarnya sekresi 
3) Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya perubahan 
pada sputum seperti warna , karakter jumlah dan bau 
c. Aktivitas kolaboratif 
1) Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, sesuai dengan 
kebutuhan 
2) Konsultasi kepada dokter tentang kebutuhan untuk perkusi 
3) Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan 
d. Mandiri 
1) Anjurkan aktivitas fisik untuk meningkatkan pergerakan sekresi 
2) Lakukan pengisapan endotrakea sesuai dengan kebutuhan 
2. Hipertemi b/d penyakit 
NOC : Termoregulasi 
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien akan 
menunjukkan termoregulasi ditandai dengan indicator sedang dengan 
karakteristik : 
a. Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan 
b. Suhu tubuh dalam batas normal 
c. Nadi dan pernapasan dalm rentang normal 
d. Perubahan warna kulit tidak ada 
NIC : Regulasi Suhu 
a. Pengkajian
1) Pantau aktivitas kejang 
2) Pantau hidrasi 
3) Pantau vital sign 
4) Pantau suhu minimal setiap 2 jam 
5) Pantau warna kulit dan suhu 
b. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga 
1) Ajarkan pasien atau keluarga dalam mengukur suhu untuk 
mencegah dan mengenali secara dini hipertermia 
c. Aktivitas kolaboratif 
1) Berikan obat antipiretik sesuai kebutuhan 
d. Mandiri 
1) Lepaskan pakaian yang berlebihan 
2) Gunakan waslap dinggin dibagian leher, aksila, dan lipatan paha 
3) Anjurkan asupan cairan oral 
3. Gangguan pola tidur b/d gangguan 
NOC: Tingkat kenyamanan 
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x 24 jam pasien akan 
menunjukkan tingkat kenyamanan ditandai dengan indicator ringan 
dengan karakteristik : 
a. Jumlah jam tidur tidak terganggu 
b. Tidak ada masalah dengna pola tidur 
NIC : Peningkatan Tidur 
a. Pengkajian 
1) Tentukan efek samping pengobatan pada pola tidur 
2) Pantau poal tidur dan catat hubungan factor-faktor fisik 
b. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga 
1) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat 
c. Aktivitas kolaboratif 
2) Diskusi dengan dokter tentang perlunya meninjau kembali 
program pengobatan jika berpengaruh pada pola tidur 
3) Dukung penggunaan obat tidur
d. Mandiri 
1) Hindarkan suara keras dan penggunaan lampu saat tidur 
2) Anjurkan pasien untuk mengindarkan makanan dan minuman pada 
jam tidur’bantu pasien untuk membatasi tidur disiang hari 
3) Lakukan pijatan yang nyaman dan berikan posisi yang nyaman 
4) Berikan tidur siang, jika perlu 
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum 
NOC : Penghematan energy 
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pasien akan 
menunjukkan penghematan energi ditandai dengan indicator sedang 
dengan karakteristik tingkat daya tahan tubuh adekuat untuk beraktivitas. 
NIC : pengelolaan energi 
a. Pengkajian 
1) Kaji respon emosi,social, terhadap aktivitas 
2) Evaluasi keinginan pasien untuk meningkatkan akivitas 
3) Tentukan penyebab keletihan 
4) Pantau vital sign pasien terhadap aktivitas perawatan diri 
5) Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber 
energy 
6) Pantau pola istirahat pasien 
b. Penyuluhan kepada keluarga dan pasien 
1) Ajarkan penggunaan teknik relaksasi 
2) Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang pengaturan aktivitas 
dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan. 
c. Aktivitas kolaboratif 
1) Berikan obat nyeri sebelum melakukan aktivitas 
2) Kolaborasi dengan ahli terapi fisik untuk merencanakan dan 
memantau program aktivitas sesuai kebutuhan 
d. Mandiri
1) Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala 
2) Berikan penguatan positif untuk aktivitas yang meningkat 
3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas 
4) Bantu aktivifata fisik secara teratur 
5) Bantu pasien untuk memantau diri dengan membuat dan 
menggunakan dokumentasi tertulis tentang energy sesuai 
kebutuhan. 
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor 
biologis 
NOC :status gizi : asupan makanan dan cairan 
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pasien akan 
menunjukkan status gizi : asupan makanan dan cairan ditandai dengan 
indicator sedang dengan karakteristik makanan dan nutrisi terpenuhi 
NIC : pengelolaan nutrisi 
a. Pengkajian 
1) Ketahui makan kesukaan pasien 
2) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi 
3) Pantau kandungan nutrisi 
4) Timbang pasien pada interval yang tepat 
b. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga 
1) Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan bergizi dan tidak 
mahal 
2) Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan 
bagaimana memenuhinya 
c. Aktivitas kolaboratif 
1) Diskusi dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein 
untuk pasien 
2) Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi 
d. Mandiri
1) Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan 
pasien dari rumah 
2) Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan 
tinggi. 
3) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan 
4) Hindari prosedur invasive sebelum makan 
5) Bentu makan sesuai kebutuhan 
6) Berikan pasien minuman dan cemilan bergizi

More Related Content

Makalah tb 2

  • 1. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar Medis 2.1.1 Defenisi Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang disebabkan Mycobacterium Tuberkulosis terutama menyerang parenkim paru, dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termaksuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe. (Brunner, 2002) Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansjoer, 2009) 2.1.2 Anatomi dan Fisiologi A. Anatomi
  • 2. B. Fisiologi 1. Hidung Merupakan saluran udara yang pertama yang dilapisi selaput lender yang sangat kaya akan pembuluh darah dan bersambung dengan lapisan faring 2. Faring Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenggorokkan sampai persambungan dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid 3. Laring Laring terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkan dari columna vertebra. 4. Trakea Trakea atau batang tenggorokkan yang tersusun atas 16- 20 lingkaran yang berupa cincin tulang rawan yang di ikat bersama jarinagn fibrosa. 5. Bronkus Bronkus yang terbentuk dari belahan 2 trakea yang dilapisi oleh sel yang sama. Bronkus terbagi menjadi 2 bagian yaitu bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari yang kiri sedangkan bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan. 6. Alveolus
  • 3. Merupakan tempat pertukaran gas yang terdiri dari bronkioulus dan repiratorius yang kadang-kadang memiliki kantong udara yang kecil. 7. Paru-paru 2.1.3 Etiologi Penyebab terjadinya Tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan Mycobacterium Bovis 2.1.4 Patofisiologi A. Patofisiologi Infeksi diawali Karena seseorang menghirup basil M.Tuberculosis. bakteri menyebar melalui jalan nafas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan M.Tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui system limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks cerebry). Selanjutnya system kekebalan tubuh memberikan respon dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan (melisiska n) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronchopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi antara M. tuberculosis dan system kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah masa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jangringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa) hal ini kan menjadi kalsifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi non aktif.Setelah infeksi awal, jika respon system imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya
  • 4. tidak aktif kembali menjadi aktif. Pada kasusu ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa didalam brounkhus. Tubercle yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagos it atau berkembang biak didalam sel. Makrofag mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10 – 20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulka n respons berbeda, pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberke 2.1.5 Manifestasi Klinis 1. Demam Biasanya subfebril menyerupai demam influenza tetapi panas badan kadang-kadang dapat mencapai 40-41 oC. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali 2. Batuk atau batuk berdarah Gejala ini banyak di temukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-prosuk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus di setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah batuk berkembang dalam jaringan paru yakini setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non Produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculos is terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus. 3. Sesak napas Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru. 4. Nyeri dada
  • 5. Gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada tibul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan napasnya 5. Malaise Gejala malaise sering ditemukan berupa aneroksia, tidak ada nafsu maka, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur. 2.1.6 Komplikasi 1. Pleuritis 2. Efusi pleura 3. Empyema 4. Laryngitis 5. Kerusakan parenkim paru 6. Gagal napas 2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan darah rutin 2. Pemeriksaan sputum BTA 3. Tes PAP ( peroksidase anti peroksidase) 4. Tes mountoux/tuberculin 5. Pemeriksaan Radiologi 2.1.8 Penatalaksanaan 1. Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan a. INH b. Rimfapisin c. Pirazinamid d. Etambutol 2. Tahap lanjutan diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan a. INH
  • 6. b. Rimpafisin 2.1.9 Prognosis Tuberculosis paru dapat disembuhkan secara total dengan pemberian obat OAT yang dikonsumsi selama 6 bulan secara teratur dan dengan system kekebalan tubuh yang kuat. 2.2 Konsep Dasar Keperawatan 2.2.1 Pengkajian A. Pengumpulan data
  • 7. 1. Data Biografi Klien Yang perlu dikaji adalah : nama, usia, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat dan tanggal masuk rumah sakit. 2. Data Biografi Penanggung Jawab Yang perlu dikaji adalah : nama, usia, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat dan hubungan dengan klien. B. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan utama : keluhan utama adalah keluhan yang paling menonjol yang dirasakan klien saat dikaji yaitu : adanya batuk pilek yang lama (≤ 4 minggu), terasa sesak waktu bernafas. 2. Riwayat kesehatan sekarang menjabarkan kejadian sampai terjadinya penyakit saat ini yang menyebabkan klien mencari pertolongan 3. Riwayat kesehatan dahulu adanya batuk pilek yang mungkin berhubungan dengan penyakit sekarang atau klien pernah mengalami penyakit yang sama dengan penyakit yang sekarang. 4. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien atau penyakit yang diturunkan atau penyakit menular. 5. Kebiasaan sehari-hari a) Pola pemeliharaan kesehatan 1) Adanya riwayat keluarga yang mengidap TB 2) Kebiasaan merokok dan minuman alcohol b) Pola nutrisi dan metabolic 1) Nafsu makan menurun 2) Mual 3) Penurunan BB 4) Turgor kulit kering c) Pola eliminasi 1) Adanya gannguan pada BAB 2) Warna urine berubah menjadi agak pekat d) Pola aktivitas dan latihan
  • 8. 1) Kelemahan umum 2) Berkeringat dimalam hari e) Pola tidur da istirahat 1) Kesulitan tidur pada malam hari f) Pola persepsi kognitif 1) Nyeri dada karena batuk g) Pola persepsi dan konsep diri Perasaan isolasi karena penyakit menular dan perasaan tidak berdaya h) Pola hubungan dengan sesama Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran i) Pola reproduksi seksualitas Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan j) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress Ansietas dan perasaan tidak berdaya k) Pola system kepercayaan Kegiatan beribadah terganggu 2.2.2 Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d sekresi yang tertahan 2. Hipertermi b/d penyakit 3. Gangguan pola tidur b/d gangguan 2.2.3 Intervensi Keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d sekresi yang tertahan NOC : Status Pernapasan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien akan menunjukkan status pernapasan yang ditandai dengan indicator sedang dengan karakteristik : a. Mudah bernapas b. Kegelisahan, sianosis, dan dyspnea tidak ada NIC : Pengelolaan jaln napas a. Pengkajian 1) Kaji keefektifan pemberian oksigen dan perawatan lain
  • 9. 2) Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi napas tambahan 3) Pantau status oksigen 4) Catat tipe dan jumlah sekresi yang terkumpulkan b. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga 1) Instruksikan kepada pasien atau keluarga dalam rencana perawatan dirumah 2) Instruksikan kepada paisen tentang batuk dan teknik napas dalam untuk memudahnya keluarnya sekresi 3) Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya perubahan pada sputum seperti warna , karakter jumlah dan bau c. Aktivitas kolaboratif 1) Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, sesuai dengan kebutuhan 2) Konsultasi kepada dokter tentang kebutuhan untuk perkusi 3) Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan d. Mandiri 1) Anjurkan aktivitas fisik untuk meningkatkan pergerakan sekresi 2) Lakukan pengisapan endotrakea sesuai dengan kebutuhan 2. Hipertemi b/d penyakit NOC : Termoregulasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien akan menunjukkan termoregulasi ditandai dengan indicator sedang dengan karakteristik : a. Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan b. Suhu tubuh dalam batas normal c. Nadi dan pernapasan dalm rentang normal d. Perubahan warna kulit tidak ada NIC : Regulasi Suhu a. Pengkajian
  • 10. 1) Pantau aktivitas kejang 2) Pantau hidrasi 3) Pantau vital sign 4) Pantau suhu minimal setiap 2 jam 5) Pantau warna kulit dan suhu b. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga 1) Ajarkan pasien atau keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermia c. Aktivitas kolaboratif 1) Berikan obat antipiretik sesuai kebutuhan d. Mandiri 1) Lepaskan pakaian yang berlebihan 2) Gunakan waslap dinggin dibagian leher, aksila, dan lipatan paha 3) Anjurkan asupan cairan oral 3. Gangguan pola tidur b/d gangguan NOC: Tingkat kenyamanan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x 24 jam pasien akan menunjukkan tingkat kenyamanan ditandai dengan indicator ringan dengan karakteristik : a. Jumlah jam tidur tidak terganggu b. Tidak ada masalah dengna pola tidur NIC : Peningkatan Tidur a. Pengkajian 1) Tentukan efek samping pengobatan pada pola tidur 2) Pantau poal tidur dan catat hubungan factor-faktor fisik b. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga 1) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat c. Aktivitas kolaboratif 2) Diskusi dengan dokter tentang perlunya meninjau kembali program pengobatan jika berpengaruh pada pola tidur 3) Dukung penggunaan obat tidur
  • 11. d. Mandiri 1) Hindarkan suara keras dan penggunaan lampu saat tidur 2) Anjurkan pasien untuk mengindarkan makanan dan minuman pada jam tidur’bantu pasien untuk membatasi tidur disiang hari 3) Lakukan pijatan yang nyaman dan berikan posisi yang nyaman 4) Berikan tidur siang, jika perlu 4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum NOC : Penghematan energy Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pasien akan menunjukkan penghematan energi ditandai dengan indicator sedang dengan karakteristik tingkat daya tahan tubuh adekuat untuk beraktivitas. NIC : pengelolaan energi a. Pengkajian 1) Kaji respon emosi,social, terhadap aktivitas 2) Evaluasi keinginan pasien untuk meningkatkan akivitas 3) Tentukan penyebab keletihan 4) Pantau vital sign pasien terhadap aktivitas perawatan diri 5) Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber energy 6) Pantau pola istirahat pasien b. Penyuluhan kepada keluarga dan pasien 1) Ajarkan penggunaan teknik relaksasi 2) Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan. c. Aktivitas kolaboratif 1) Berikan obat nyeri sebelum melakukan aktivitas 2) Kolaborasi dengan ahli terapi fisik untuk merencanakan dan memantau program aktivitas sesuai kebutuhan d. Mandiri
  • 12. 1) Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala 2) Berikan penguatan positif untuk aktivitas yang meningkat 3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas 4) Bantu aktivifata fisik secara teratur 5) Bantu pasien untuk memantau diri dengan membuat dan menggunakan dokumentasi tertulis tentang energy sesuai kebutuhan. 5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis NOC :status gizi : asupan makanan dan cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pasien akan menunjukkan status gizi : asupan makanan dan cairan ditandai dengan indicator sedang dengan karakteristik makanan dan nutrisi terpenuhi NIC : pengelolaan nutrisi a. Pengkajian 1) Ketahui makan kesukaan pasien 2) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi 3) Pantau kandungan nutrisi 4) Timbang pasien pada interval yang tepat b. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga 1) Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan bergizi dan tidak mahal 2) Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya c. Aktivitas kolaboratif 1) Diskusi dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk pasien 2) Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi d. Mandiri
  • 13. 1) Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah 2) Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi. 3) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan 4) Hindari prosedur invasive sebelum makan 5) Bentu makan sesuai kebutuhan 6) Berikan pasien minuman dan cemilan bergizi