1. MANAJEMEN KELAS
Oleh : SUTRISNO, S.Kom
Manajemen kelas merupakan sebuah istilah yang dipergunakan oleh pendidik untuk
mendeskripsikan metode dalam rangka mencegah perilaku-perilaku buruk para
siswa dan cara-cara pencegahannya bila perilaku buruk itu muncul. Dengan kata
lain, manajemen kelas merupakan sebuah teknik yang dipergunakan oleh guru
untuk menjaga keteraturan dan kontrol atas kelas.
Prespektif Tentang Manajemen Kelas
Pekerjaan terbesar guru adalah mengembangkan komunitas belajar demokratis
yang semua siswanya dihargai, saling menghormati satu sama lain, dan termotivasi
untuk bekerja bersama sama. Manajemen kelas yang baik membutuhkan guru
yang mampu menciptakan hubungan autentik dengan siswa dan mengembangkan
etika kepedulian.
Ada dua ide lain yang dapat memberikan prespektif tambahan tentang manajemen
kelas :
1. Manajemen kelas barangkali merupakan tantangan terpenting yang dihadapi
para guru pemula .
Reputasi seorang guru baru dikalangan teman-teman sejawat, otoritas
sekolah, dan siswa, akan sangat dipengaruhi oleh kemampuannya untuk
melaksanakan fungsi manajerial dalam pengajarannya, khususnya
menciptakan lingkungan belajar yang tertib, dan kemampuannya menangani
berbagai macam perilaku siswa.
2. Manajemen kelas dan pengajaran saling terkait erat.
Manajemen kelas bukanlah tujuan, tetapi hanyalah salah satu bagian dari
peran kepemimpinan guru secara keseluruhan, tidak dapat dipisahkan dari
aspek aspek pengajaran lainnya.
Dukungan Teoritis dan Empiris
1. Reinforcement Theory ( Teori Penguatan )
Teori penguatan menekankan tentang sentralisasi kejadian eksternal dalam
mengarahkan perilaku dan pentingnya penguat positif dan negatif ( Skiner,
1956 ). Guru yang menerapkan prinsip prinsip behavioral untuk manajemen
kelas menggunakan rewards dalam bentuk nilai yang baik, pujian, dan hak
istimewa untuk menguatkan perilaku yang diinginkan dan menggunakan
hukuman, seperti nilai buruk, teguran, dan kehilangan hak istimewa, untuk
menekan kecenderungan dan tindakan yang tidak diinginkan.
1
2. 2. Ekologi Kelas dan Proses Kelompok
Prespektif ini mengkaji bagaimana kerjasama dan keterlibatan siswa diperoleh
sehingga kegiatan kegiatan belajar yang penting dapat diselesaikan. Fungsi
utama guru dari sudut pandang ini adalah merencanakan dan mengorkestrasikan
berbagai kegiatan kelompok agar dapat mengalir dengan lancar.
3. Tradisi Child Centered
Perilaku buruk merupakan akibat instruksi yang berusaha menekan siswa,
sekalipun hal itu dimaksudkan untuk kebaikan mereka sendiri atau untuk
kebaikan masyarakat atau akibat situasi pengendalian kita terhadap perilaku dan
berusaha membuat siswa melakukan yang kita inginkan dan bukan membantu
mereka menjadi orang orang yang canggih secara moral, yang memikirkan
tentang dirinya sendiri dan sekaligus peduli pada orang lain.
Mempersiapkan Manajemen Kelas Yang Efektif
1. Manajemen Kelas Preventatif
Banyak masalah yang terkait dengan perilaku buruk siswa yang ditangani oleh
guru guru efektif melalui pendekatan preventatif dan membahas tentang
berbagai tuntutan manajemen yang terkait dengan pendekatan pengajaran
tertentu.
a). Menetapkan Aturan dan Prosedur
Aturan adalah pernyataan yang menyebutkan apa yang diharapkan untuk
dilakukan atau untuk tidak dilakukan oleh siswa. Biasanya, aturan dibuat secara
tertulis, dimengerti dengan jelas oleh siswa, dan dibuat minimum.
Prosedur adalah cara untuk menyelesaikan pekerjaan atau kegiatan lainnya.
b). Gerakan Siswa
Pengelola kelas yang efektif merancang cara untuk membuat gerakan yang
dibutuhkan oleh siswa berjalan lancar. Mereka mengorganisasikan prosedur
antrean dan distribusi yang efisien; Mereka menetapkan aturan yang
meminimalkan disrupsi dan memastikan keselamatan.
c). Pembicaraan Siswa
Pengelola kelas yang efektif memiliki sejumlah aturan yang jelas, yang mengatur
kapan siswa
boleh berbicara. Kebanyakan guru mempreskripsikan kapan bicara dilarang,
kapan bicara dengan dengan suara rendah diizinkan dan disarankan, dan kapan
boleh bebas berbicara.
2
3. d). Mengajarkan Aturan dan Prosedur
Pengelola kelas yang efektif pada umumnya hanya menetapkan beberapa aturan
dan prosedur saja, mengajarkannya dengan cermat kepada siswa, dan
menjadikannya sesuatu yang rutin dengan menggunakannya secara konsisten.
Di kebanyakan kelas hanya dibutuhkan beberapa aturan, tetapi bagi guru untuk
memastikan bahwa siswa memahami maksud setiap aturan dan landasan moral
atau landasan praktis untuk aturan yang maksud.
e). Menjaga Konsistensi
Pengelola kelas yang efektif konsisten dalam menegakkan aturan dan
menerapkan prosedur. Bila tidak, aturan dan prosedur apa pun akan buyar
dengan cepat.
f). Mencegah Perilaku Menyimpang dengan Smoothness dan Momentum
Meminimalkan perilaku disruptif dan memperlambat pelajaran sulit dipelajari oleh
guru pemula, seperti banyak ketrampilan manajemen efektif lainnya, karena
begitu banyaknya aspek manajemen yang bersifat situasional. Kelancaran dan
momentum bervariasi sesuai sifat masing masing kelas apa yang merupakan
dangle di sebuah kelas mungkin tidak demikian halnya di kelas lain, atau apa
yang overdwelling untuk sebuah kelompok mungkin tepat untuk kelompok lain
.
g). Memulai Pelajaran
Pengelola kelas yang efektif merencanakan dan melaksanakan prosedur yang
membantu agar segala sesuatunya dapat dimulai dengan cepat dan pasti.
h). Transisi
Sistem cuing ( memberi isyarat ) dan signaling ( memberi signal ) digunakan oleh
guru guru Efektif untuk mengelola periode transisi yang sulit. Cues digunakan
oleh guru untuk memberi tanda kepada siswa bahwa mereka akan segera
mengganti kegiatan atau tugas dan segera mempersiapkan diri.
i). Mengakhiri Pelajaran
Guru guru efektif mengantisipasi potensi masalah manajemen yang terkait
dengan akhir pelajaran dengan memasukkan prosedur prosedur berikut :
- Menyisakan waktu yang cukup untuk menyelesaikan kegiatan penutup
- Memberikan pekerjaan rumah lebih awal sehingga ketidakjelasan dapat
diatasi sebelum menit akhir pelajaran
- Menetapkan prosedur rutin untuk mengumpulkan pekerjaan siswa, sehingga
waktu pelajaran tidak harus dikorbankan untuk kegiatan tersebut
- Menetapkan prosedur alerting dan cuing untuk menyiagakan siswa bahwa
akhir pelajaran akan segera tiba dan beberapa tugas tertentu perlu
diselesaikan sebelum mereka meninggalkan kelas
3
4. -
Mengajari siswa yang lebih tua bahwa kelas akan dibubarkan oleh guru,
bukan oleh bel sekolah
j). Mengembangkan Tanggung Jawab Siswa
Salah satu dimensi lain manajemen kelas melibatkan aturan dan prosedur untuk
mengelola dan menempatkan tanggung jawab kepada siswa atas pekerjaannya.
Pedoman berikut yang diadaptasi dari rekomendasi Emmer, Evertson, dan
Anderson ( 1980 ) dan Evertson, Emmer, dan Worsham ( 2002 ), seharusnya
dimasukkan ke dalam rencana manajemen preventatif secara keseluruhan yang
dibuat oleh guru :
- Komunikasikan dengan jelas tugas tugas dan prasyarat untuk
menyelesaikannya.
- Bagaimana cara kerja prosedur untuk memantau pekerjaan siswa
- Konsisten dalam memeriksa pekerjaan yang telah selesai dikerjakan
- Memberikan umpan balik yang tepat pada hasil pekerjaan siswa
2. Menangani Perilaku yang Tidak Semestinya dan Mengganggu ( Disruptif )
Disrupsi dapat bervariasi mulai dari berbicara pada saat mereka mestinya
mendengarkan guru atau menolak mengikuti kegiatan kelompok kecil sampai
membentak guru dan menghentakkan kaki di kelas. Menangani perilaku disrupsi
membutuhkan sejumlah pemahaman dan repertoar ketrampilan khusus.
a). Penyebab Perilaku Buruk
Para guru mungkin ingin memikirkan tentang penyebab perilaku yang tidak
semestinya tetapi mereka seharusnya juga berhati hati untuk tidak
menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menganalisis semacam ini karena dua
alasan :
i. Mengetahui penyebab perilaku buruk siswa, meskipun membantu dalam
menganalisis masalahnya, belum tentu menyebabkan perubahan apa pun
pada perilaku itu.
ii. Terlalu banyak menangani penyebab psikologis atau sosiologis perilaku buruk,
khususnya
yang tidak dapat dipengaruhi guru, dapat mengakibatkan
penerimaan dan / atau pengunduran diri.
b). Menangani Perilaku Buruk
Pendekatan umum yang direkomendasikan bagi guru guru pemula untuk
menangani perilaku disruptif adalah dengan tidak terlalu ngotot mencari
penyebabnya, tetapi memfokuskan pada perilaku buruk itu sendiri dan mencari
cara untuk mengubahnya, paling tidak selama siswa yang bersangkutan berada
dalam kelas. Pendekatan ini menekankan pentingnya menengarai secara akurat
perilaku buruk itu dan melakukan intervensi yang cepat dan tepat.
4
5. c). Overlappingness
Berarti mampu menengarai siswa yang berbuat tidak semestinya dan
menanganinya secara tidak mencolok sehingga pelajarannya tidak terganggu.
d). Merespons Desist Incident dengan Cepat
Model Jones bersifat non verbal dan berguna untuk perilaku buruk ringan .
Prosedur yang direkomendasikan oleh Evertson dan Emmer berkonsentrasi pada
menghentikan perilaku yang tidak semestinya dengan cepat dan memastikan
bahwa siswa paham mereka berbuat salah. Model LEAST termasuk prosedur
untuk perilaku buruk ringan maupun masalah masalah yang cukup serius yang
perlu di tangani dalam waktu cukup lama.
Guru guru efektif menciptakan berbagai prosedur yang bekerja bagi dirinya,
dan ini mencakup aspek aspek yang terdapat dalam masing masing model.
e). Menggunakan Hadiah
Salah satu prinsip yang tidak dapat dipungkiri lagi dalam psikologi adalah bila
perilaku tertentu diperkuat, perilaku itu cenderung akan diulangi; sebaliknya
perilaku yang tidak di perkuat cenderung berkurang atau menghilang.Prinsip ini
berlaku untuk kelas dan memberikan cara kepada guru untuk menangani
perilaku siswa.
f). Pujian
Pujian adalah hadiah yang paling mudah di berikan oleh guru, akan tetapi pujian
harus digunakan dengan tepat agar efektif.
g). Rewads dan Previleges
Guru juga dapat mendorong perilaku yang diinginkan melalui pemberian rewads
dan previleges kepada siswa. Reward ( hadiah ) yang dapat diberikan oleh guru
termasuk antara lain:
- Point untuk jenis pekerjaan atau perilaku tertentu yang dapat menambah nilai
siswa
- Simbol simbol seperti bintang emas, happy face, atau piagam penghargaan
- Piagam kehormatan khusus untuk prestasi akademik dan perbuatan sosial
Privilege ( hak istimewa ) yang dapat diberikan guru termasuk :
- Dijadikan ketua kelas atau pembantu guru
- Diberi waktu ekstra untuk istirahat
- Diberi waktu khusus untuk mengerjakan proyek individual khusus
- Dibebaskan dari beberapa tugas wajib
- Diberi waktu bebas untuk membaca
5
6. h). Hukuman dan Pinalti Koersif
Hukuman dan pinalti digunakan untuk menekan pelanggaran aturan dan
prosedur. Secara sosial, hukuman dan pinalti guru yang dapat diterima pada
kenyataannya agak terbatas, termasuk :
- Mengurangi point untuk perilaku buruk yang pada gilirannya, akan
mempengaruhi nilai siswa
- Tidak memperbolehkan siswa untuk istirahat atau melarang pulang sekolah
setelah sekolah usai
- Menghapus hak istimewa
- Mengeluarkan siswa dari kelas atau mengirim siswa ke konselor atau
administrator
Program Program Manajemen Kelas
Program program ini berasal dari teori atau prespektif tertentu dan
membutuhkan partisipasi di tingkat sekolah. Para kreator
program
mengembangkan materi untuk membantu guru memahami cara penggunaan
program tersebut. Program program tradisional yang didasarkan pada teori
penguatan :
a. Assertive Discipline
Sebagian program manajemen kelas dan program pendisiplinan dibangun di
seputar konsep konsep sentral guru yang bertindak dengan penuh percaya
diri dan asertif dalam menghadapi perilaku buruk siswa dan
mengadministrasikan pinalti pinalti yang telah di terapkan sebelumnya untuk
pelanggaran aturan kelas.
Asertif discipline adalah salah satu pendekatan manajemen kelas yang
menekankan bahwa guru meminta dengan tegas agar siswa berperilaku baik
dan merespons setiap pelanggaran secara asertif.
b. Respons Asertif
Guru seharusnya merespons perilaku buruk siswa dengan gaya asertif dan
bukan dengan merespons secara pasif atau memusuhi.Gaya asertif menuntut
guru untuk benar benar jelas dalam mengungkapkan harapannya dan
merespons perilaku buruk siswa dengan tegas dan penuh percaya diri.
c. Konsekuensi
Menurut pendekatan Canter dan Canter, konsekuensinya harus dibuat
sederhana dan dirancang sedemikian rupa agar implimentasinya tidak akan
menyebabkan disrupsi berat
terhadap kegiatan instruksional yang sedang berjalan.
d. Konsekuensi Logis Dreikurs
6
7. Pendekatan Dreikurs menekankan pentingnya kelas yang demokratis yang
siswanya boleh berpendapat dalam menetapkan aturan. Dreikurs melihat
konsekuensi logis terhadap perilaku lebih dari sekedar sebagai hukuman
yang sewenang wenang. Tujuan jangka panjang pendekatan pendisiplinan
ini adalah untuk membuat siswa memahami alasan perilaku buruk mereka
dan menemukan cara untuk memuaskan kebutuhan untuk merasa berguna
dan kebutuhan afiliasinya dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
Program program Yang Mengarah Pada Swakelola ( Self- Manajemen ) dan
Komunitas
Program program manajemen kelas yang mendasarkan diri pada premis
premis yang berakar pada psikologi humanistik dan prinsip prinsip mengajar
dan belajar konstruktivis dan child-centered.
a. Glassers Classroom Meeting
b. Melaksanakan Classroom Meeting
c. Saran saran untuk memulai dan melaksanakan Classroom Meeting
d. Perencanaan
e. Melaksanakan pertemuan
Sebagian besar ketrampilan siswa dan guru yang dibutuhkan untuk kesuksesan
pertemuan, antara lain:
a. Membentuk iklim
b. Mengidentifikasi permasalahan
c. Menangani nilai nilai
d. Mengidentifikasi berbagai alternatif rangkaian tindakan
e. Membuat komitmen publik
f. Tindak lanjut dan asesmen
7