Ringkasan dari dokumen tersebut adalah: Studi kasus wanita 26 tahun dengan anoreksia nervosa berat dan fraktur tibia yang menunda operasi karena kondisi pasien yang lemah. Setelah peningkatan BMI, operasi dilakukan dengan pemantauan yang ketat. Tinjauan literatur menunjukkan bahwa hipoglikemia dan leukositopenia berat muncul pada BMI di bawah 11,1 dan 11,3, tetapi menghilang pada BMI di atas 14,5 dan 15,
1 of 15
Download to read offline
More Related Content
Manajemen perioperatif atas pasien dengan anoreksia nervosa berat
1. K. Hirose1,3*, M. Hirose4, K. Tanaka2, S. Kawahito2, T. Tamaki1
and S. Oshita2
1 Department of Pharmacology and 2 Department of Anaesthesiology, Institute of Health Biosciences, The
University of Tokushima Graduate School, 3-18-15 Kuramoto, Tokushima 770-8503, Japan
3 Department of Anaesthesiology, National Hospital Organization Kochi National Hospital, 1-2-25 Asakuranishi,
Kochi 780-8077, Japan
4 Management Center for Mental and Physical Health, Naruto University of Education Graduate School, 748, Aza-
Nakajima, Takashima, Naruto-cho, Naruto-shi, Tokushima 772-8502, Japan
Manajemen Perioperatif Pasien dengan
Anoreksia Nervosa Berat
Perioperative management of severe anorexia
nervosa
2. Definisi
ï‚— Anoreksia Nervosa : gangguan makan yang
membuat penurunan berat badan drastis yang
tidak sesuai dengan BB ideal sesuai umur dan
tinggi badan.
ï‚— Individu dengan gangguan makan ini mempunyai
ketakutan yang amat sangat terhadap
peningkatan berat badan, walaupun sebenarnya
mereka sudah dalam keadaan malnutrisi. Mereka
melakukan diet super ketat atau berolah raga
diluar batas kewajaran dalam upaya menurunkan
berat badan.
3. Latar Belakang
ï‚— Peningkatan prevalensi ïƒ peningkatan jumlah
operasi pasien dengan anoreksia nervosa
ï‚— Studi kasus : wanita, 26 tahun dengan fraktur
tibia non union dan anoreksia nervosa berat
dengan BMI 8,6 pro ORIF.
ï‚— Menelaah masalah klinis yang berhubungan
dengan anoreksia nervosa berat (berdasarkan
telaah lieratur : PubMed, BioMedLib, Japan
Medical Abstract Society) dan mengusulkan
kriteria manajemen perioperatif pasien dengan
kasus tersebut (experience knowledge)
4. STUDI KASUS
ï‚— Wanita , 26 tahun, fraktur tibial non union pro
ORIF dan Anoreksia Nervosa 12 tahun.
ï‚— RPD : riw koma hipoglikemia 2 thn yl, dan
penurunan kesadaran ec hipoglikemia minimal 1
bulan 1x.
ï‚— KU Lemah . TB 152,6 cm BB 20,5 kg (BMI 8,6
kg/m2)
ï‚— TV : TD 80/60mmHg N 60 x/menit S
37,2oC
ï‚— Lab : hipoglikemia asimptomatik, leukositopenia,
peningkatan enzim hati, amilase dan kadar
kortisol (Tabel 1).
ï‚— Echo : fungsi ventrikel normal
ï‚— Kepadatan tulang : Rendah terutama pada
6. STUDI KASUS
ï‚— Berdasarkan penilaian keadaaan klinis (kekerapan
penurunan kesadaran ec hipoglikemia,
leukositopenia berat), tingkat kegawatan dan derajat
berat ringannya hasil lab ïƒ operasi ditunda untuk
perbaikan KU
ï‚— Setelah 7 bulan , BMI pasien 11,6 (BB 27 kg), tanpa
gejala hipoglikemia, leukosit naik menjadi 2,8 x 109 /l
ïƒ dilakukan operasi.
ï‚— Induksi : propofol, rocuronium, dan ramifentanil ïƒ
intubasi
ï‚— Maintenance : sevoflurane dan ramifentanil
ï‚— Durante operasi : monitoring EKG, pulse oksimeter,
end tidal CO2, suhu rektal dalam keadaan normal
ï‚— Lama op 2 jam 13 menit, Lama anestesi 3 jam 23
menit
7. Literatur Review
ï‚— Hipotesis : masalah perioperatif ïƒ seberapa jauh
nilai BMI menyebabkan pasien anoreksia nervosa
mengalami hipoglikemia dan leukositopenia?
ï‚— Inklusi : kasus operasi dengan pasien anoreksia
nervosa berat dan atau hipoglikemia berat dan
leukositopeniapenia
ï‚— Ekslusi : kasus operasi bila tidak ada nilai BMI,
atau BMI > 13, pasien dengan infeksi berulang
8. Hasil
ï‚— Hipoglikemia berat muncul pada pasien dengan
BMI dibawah 11,1 (n = 21)
ï‚— Leukositopenia berat terjadi pada pasien dengan
BMI dibawah 11,3 ( n = 23)
ï‚— Hipoglikemia dan leukositopenia
membaik/menghilang ketika BMI ditingkatkan
menjadi 14,5 (pada pasien dengan hipoglikemia
berat) atau menjadi 15,1 (pada pasien dengan
leukositopenia berat).
11. Anesthesia dan komplikasi
Anoreksia Nervosa
1. Hipoglikemia
2. Leukositopenia
3. Cardiac complication
4. Bone Fracture
5. Masalah Psychiatri post op
6. Dosis obat
7. Hipotermia
12. Penilaian Nutrisi dan Manajemen
1. Penilaian nutrisi umum
ï‚— Dengan data subyektif (perawakan, pemeriksaan
fisik) ditambah
ï‚— Dengan data obyektif ( kreatinin, ureum, kolesterol,
kolin esterase, balans nitrogen dan rapid turnover
protein : transferrin, pre-albumin, retinol-binding
protein)
ï‚— 7-10 hari nutrisi pre-operasi parenteral meningkatkan
post operatif outcome pada pasien malnutrisi berat.
13. 2. Re-feeding sindrome
ï‚— Penurunan metabolik (glukoneogenesis dan
meabolisme anaerob) terjadi akibat pemberian
nutrisi yang terlalu cepat pada pasien malnutrisi
berat karena peningkatan cepat pada insulin
serum ïƒ ion ekstrasel (P, K, Mg) ke kompartemen
intrasel.
ï‚— Komplikasi : aritmia, gagal jantung sistolik, gagal
nafas, gangguan hematologi, gangguan CNS :
konvulsi, delirium, koma.
15. 3. Dukungan nutrisi post operatif
ï‚— Pemberian makan post operatif dapat
menurunkan morbiditas sepsis post op.
ï‚— Pembedahan : pengeluaran hormon stres dan
mediator inflamasi ïƒ sebabkan katabolisme
glikogen, lemak dan protein dengan pelepasan
glukosa, asam lemak bebas dan asam amino
kedalam sirkulasi, sehingga mengganggu
respon penyembuhan.