Teks tersebut membahas tentang agen berbasis pengetahuan dan logika proposisi. Teks menjelaskan pengertian agen berbasis pengetahuan, representasi pengetahuannya, logika proposisi, validitas, satisfiability, dan pola penalaran seperti resolusi, forward chaining, dan backward chaining pada logika proposisi.
4. FARAMADHANTI
Penjelasan
Agen Berbasis Pengetahuan, Knowledge Base (KB) menyatakan apa yang
diketahui oleh si agent Pendekatan deklaratif membangun agent:
beritahu informasi yang relevan, simpan dalam KB. Agen dapat ditanya
(atau bertanya diri sendiri) apa yang sebaiknya dilakukan berdasarkan KB.
Maka sebuah agen berbasis pengetahuan harus bisa mereprentasikan
world, state, action, dst. Menerima informasi baru (dan meng-update
representasinya). Menyimpulkan pengetahuan lain yang tidak eksplisit
(hidden property). q Menyimpulkan action apa yang perlu diambil.
5. FARAMADHANTI
Agen Berbasis Pengetahuan
dalam representasi
Agent dapat dipandang dari knowledge level. Apa saja informasi yang
diketahui? Misal sebuah robot mengetahui bahwa gedung B di antara
gedung A dan gedung C. Agent dapat dipandang dari implementation level
Bagaimana representasi informasi yang diketahuinya? Logical sentence
di_antara(gdB, gdA, gdC). Natural language Gedung B ada di antara
gedung A dan gedung C.
7. FARAMADHANTI
Etimologis Logika
istilah yang dibentuk dari kata logikosyang berasal dari kata benda logos.
Kata logos, berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal
(pikiran), kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa. Kata logikos,
berarti mengenal kata, mengenai percakapan atau yang berkenaan dengan
ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah dikatan bahwa logika
adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutrakan lewat kata
dan dinyatakan dalam bahasa.
9. FARAMADHANTI
Sintaks
Sintaks merupakan kumpulan aturan yang mendefinisikan suatu bentuk
bahasa. Sintaks mendefinisikan bagaimana suatu kalimat dibentuk sebagai
barisan/urutan dari pemilihan suatu kata dasar. Sintaks dari bahasa
pemrograman didefinisikan dengan dua kumpulan aturan, yaitu aturan
lexical dan aturan syntactic.
10. FARAMADHANTI
Suatu bahasa pemrograman juga
dibangun berdasarkan elemen-elemen
syntactic, yang dapat membentuk suatu
statement-statement dalam bahasa
pemrograman. Elemen-elemen tersebut
antara lain :
Himpunan Karakter
Identifier
Simbol untuk operator
Keyword dan reserved word
Noise word
Komentar
Blank
Delimiter dan tanda kurung
Ekspresi
11. FARAMADHANTI
Semantik
Sintak mendifinisikan suatu bentuk program yang benar dari suatu
bahasa. Semantic mendefinisikan arti dari program yang benar secara
sintak dari bahasa tersebut. Semantic suatu bahasa membutuhkan
semacam ekspresi untuk mengirimkan suatu nilai kebenaran (TRUE, FALSE,
NOT atau nilai integer). Dalam banyak kasus, program hanya dapat
dieksekusi jika benar, serta mengikuti aturan sintak dan semantic.
12. FARAMADHANTI
Semantic suatu bahasa pemrograman
mempunyai banyak potensial / keunggulan,
beberapa diantaranya adalah :
Standarisasi bahasa pemrograman.
Referensi untuk user.
Pembuktian dari program yang benar.
Referensi untuk implementor.
Implementasi otomatis.
Operational semantic
Detonational semantic.
Axiomatic semantic.
Algebraic semantic.
Structured operational semantic atau natural
semantic.
13. FARAMADHANTI
Proses analisa sintak dan analisa semantic
merupakan 2 proses yang sangat erat
kaitannya dan sulit untuk dipisahkan
14. FARAMADHANTI
Contoh Soal
A:= (A+B) * (C+D)
Parser hanya akan mengenali symbol-simbol :=, +, *, parser
tidak mengetahui makna dari symbol-simbol tersebut. Untuk
mengenali makna dari symbol-simbol tersebut maka compiler
memanggil routin semantics.
Apakah variable yang ada telah didefinisikan sebelumnya
Apakah variable-variabel terserbut tipenya sam
Apakah operand yang akan di operasikan terserbut ada nilainya, dst.Menggunakan table symbo
Pemeriksaan bisa dilakukan pada table identifier, table display, dan table block.
15. FARAMADHANTI
Cara Pengerjaan (Inferensi)
Metode inferensi adalah suatu teknik/metode untuk
menurunkan kesimpulan berdasarkan hipotesa yang
diberikan, tanpa harus menggunakan table kebenaran.
Beberapa metode inferensi untuk menentukan validitas
adalah sebagai berikut :
Pada suatu implikasi jika p maka q yang diasumsikan bernilai benar, dan apabila juga diketahui bahwa nilai dari
anteseden (p) bernilai benar, maka nilai q juga harus benar.
Modus Ponens
Suatu implikasi jika p maka q akan selalu ekuivalen dengan kontraposisinya, yaitu jika bukan q maka bukan p.
dengan demikian, hipotesa kedua dan kesimpulan merupakan kontraposisi hipotesa pertama pada modus ponens.
Modus Tollens
rinsip Silogisme adalah sifat transitif dari implikasi. Artinya, jika suatu implikasi p q dan q r keduanya bernilai benar
maka implikasi p q pasti bernilai benar.
Silogisme
16. FARAMADHANTI
Validitas
Menurut Azwar (1986) validitas berasal dari
kata validity yang mempunyai arti sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya
Berdasarkan beberapa pendapat tentang
pengertian validitas di atas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa validitas adalah
suatu standar ukuran yang menunjukkan
ketepatan dan kesahihan suatu instrumen.
17. FARAMADHANTI
Logika Pengerjaan
Suatu Kalimat logika f bersifat valid jika untuk
setiap interpretasinya I for f, f bernilai true.
Contoh :
(f and g) if and only if (g and f)
f or not f
[p and (if r then s)] if only if [(if r then s ) and p]
[p or q) or not (p or q)
(if p then not q) if and only if not (p and q)
18. FARAMADHANTI
Satisfiability
Sebuah proposisi majemuk dikatakan
satisfiable jika ada minimal satu nilai tabel
kebenarannya yang bernilai TRUE (benar), Jika
proposisi majemuk tersebut tidak memiliki
nilai TRUE (benar) sama sekali dalam tabel
kebenarannya, maka proposisi majemuk
tersebut disebut tidak satisfiable.
21. FARAMADHANTI
RESOLUSI
Resolusi adalah suatu aturan untuk melakukan
inferensi yang dapat berjalan secara efisien
dalam suatu bentuk khusus conjunctive
normal form (CNF). Pada logika proposisi,
prosedur untuk membuktikan proposisi P
dengan beberapa aksioma F yang telah
diketahui, dengan menggunakan resolusi.
22. FARAMADHANTI
Algoritma resolusi
Konversikan semua proposisi F ke bentuk CNF.
Negasikan P, dan konversikan hasil negasi tersebut ke bentuk klausa.
Tambahkan ke himpunan klausa yang telah ada pada langkah 1.
Kerjakan hingga terjadi kontradiksi atau proses tidak mengalami
kemajuan :
Seleksi 2 klausa sebagai klausa parent.
Bandingkan (resolve) secara bersama-sama. Klausa hasil resolve
tersebut dinamakan resolvent. Jika ada pasangan literal L dan 鐃L,
eliminir dari resolvent.
Jika resolvent berupa klausa kosong, maka ditemukan kontradiksi.
Jika tidak, tambahkan ke himpunan klausa yang telah ada.
23. FARAMADHANTI
Forward Chaining
Forward chaining merupakan metode
inferensi yang melakukan penalaran dari suatu
masalah kepada solusinya. Jika klausa premis
sesuai dengan situasi (bernilai TRUE), maka
proses akan menyatakan konklusi. Forward
chaining adalah data-driven karena inferensi
dimulai dengan informasi yang tersedia dan
baru konklusi diperoleh. Jika suatu aplikasi
menghasilkan tree yang lebar dan tidak
dalam, maka gunakan forward chaining.
24. FARAMADHANTI
Contoh :
Terdapat 10 aturan yang tersimpan dalam basis pengetahuan yaitu :
R1 : if A and B then C
R2 : if C then D
R3 : if A and E then F
R4 : if A then G
R5 : if F and G then D
R6 : if G and E then H
R7 : if C and H then I
R8 : if I and A then J
R9 : if G then J
R10 : if J then K
25. FARAMADHANTI
Fakta awal yang
diberikan hanya A dan
E, ingin membuktikan
apakah K bernilai benar.
Proses penalaran
forward chaining
terlihat pada gambar
disamping :
26. FARAMADHANTI
Backward Chaining
Menggunakan pendekatan goal-driven,
dimulai dari harapan apa yang akan terjadi
(hipotesis) dan kemudian mencari bukti yang
mendukung (atau berlawanan) dengan
harapan kita. Sering hal ini memerlukan
perumusan dan pengujian hipotesis
sementara. Jika suatu aplikasi menghasilkan
tree yang sempit dan cukup dalam, maka
gunakan backward chaining.
27. FARAMADHANTI
Contoh :
Seperti pada contoh forward chining, terdapat 10 aturan yang sama pada basis
pengetahuan dan fakta awal yang diberikan hanya A dan E. ingin membuktikan
apakah K bernilai benar. Proses penalaran backward chaining terlihat pada
gambar berikut