Dokumen tersebut membahas tentang hama dan penyakit penting pada tanaman cabai serta cara pengendaliannya. Disebutkan beberapa hama utama seperti thrips, lalat buah, kutu kebul, dan kutu daun yang menyebabkan kerusakan pada tanaman cabai. Juga disebutkan beberapa penyakit seperti layu fusarium, penyakit bakteri, antraknosa, dan virus yang merugikan tanaman cabai. Dijelaskan gejala dan cara pengendal
PPT bertujuan untuk menggambarkan Biopestisida secara umum dengan bahasa yang mudah dipahami dan mengerti. PPT ini juga dilengkapi dengan metode pembuatan biopestisida antirayap dari kulit bawang. semoga bermanfaat
Pestisida nabati dapat dibuat dari tanaman babadotan yang memiliki senyawa aktif precocene I dan II yang berfungsi sebagai anti hormon juvenil untuk mengendalikan serangga hama. Ekstrak daun babadotan dapat dibuat dengan mencampurkan daun yang dihaluskan ke dalam air dan deterjen lalu diaplikasikan pada tanaman untuk membunuh serangga hama seperti Aphis craccivora.
Karya Tulis Ilmiah by Prinscha Oktavia BellaPrinscha Bella
油
KTI pelajaran bahasa indonesia kelas 9 SMP Negeri 3 Malang.
Pemanfaatan biji sirsak sebagai pestisida organik. Semoga bermanfaat !
Ta jangan cuma copy-paste, kalo bisa dipraktekan..
Salah Satu Produk Insektisida dengan Bahan Aktif Karbofuran dari CV. Saprotan Utama Untuk Mengendalikan Hama Penggerek Batang Scirpophaga Incertulas pada tanaman padi serta hama uret Lepidiota stigma pada tanaman tebu dan berikut 際際滷 presentasinya
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanAri Sugiarto
油
Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur dapat dimanfaatkan sebagai agen pengendali penyakit tanaman. Bakteri Bacillus thuringiensis umumnya digunakan karena toksinnya hanya berdampak pada serangga tertentu dan tidak berbahaya bagi spesies lain atau lingkungan. Penggunaan mikroorganisme alami sebagai pengendali hayati di masa depan diyakini memiliki prospek yang baik karena aman, ramah lingkungan, dan d
Dokumen tersebut membahas tentang mata kuliah yang mencakup interaksi tanaman dan hama, pengendalian hama secara terpadu, dan beberapa kasus lapangan pengendalian hama utama di Indonesia. Tujuan instruksionalnya adalah agar mahasiswa memahami konsep pengendalian hama secara holistik dan terintegrasi.
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian hayati yang mencakup konsep, prinsip, contoh-contoh, dan aplikasinya untuk mengendalikan hama penyakit tanaman, kerusakan tanaman, dan gulma. Agen biologis seperti bakteri, jamur, serangga, dan nematoda dapat digunakan sebagai alat pengendalian hayati untuk menekan populasi organisme merugikan.
Pengendalian hayati melibatkan penggunaan musuh alami seperti predator, parasitoid, dan patogen untuk mengendalikan populasi hama secara alami. Terdapat tiga pendekatan pengendalian hayati yaitu augmentasi, importasi, dan konservasi musuh alami. Pengendalian hayati memiliki keuntungan seperti selektivitas tinggi dan tidak berbahaya bagi lingkungan, meskipun pelaksanaannya membutuhkan waktu dan sulit diprediksi.
Hama adalah organisme yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.
Dokumen tersebut membahas tentang jamur Gliocladium sp. sebagai agen pengendali hayati penyakit tanaman. Gliocladium sp. dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai penyakit tanaman seperti layu fusarium pada krisan dan busuk pelepah pada jagung karena mampu berparasitisme, menghasilkan antibiotik, dan secara aktif melawan patogen penyakit. Produk Gliocladium yang beredar di pasaran adalah Gliostar-P.
Karya Tulis Ilmiah by Prinscha Oktavia BellaPrinscha Bella
油
KTI pelajaran bahasa indonesia kelas 9 SMP Negeri 3 Malang.
Pemanfaatan biji sirsak sebagai pestisida organik. Semoga bermanfaat !
Ta jangan cuma copy-paste, kalo bisa dipraktekan..
Salah Satu Produk Insektisida dengan Bahan Aktif Karbofuran dari CV. Saprotan Utama Untuk Mengendalikan Hama Penggerek Batang Scirpophaga Incertulas pada tanaman padi serta hama uret Lepidiota stigma pada tanaman tebu dan berikut 際際滷 presentasinya
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanAri Sugiarto
油
Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur dapat dimanfaatkan sebagai agen pengendali penyakit tanaman. Bakteri Bacillus thuringiensis umumnya digunakan karena toksinnya hanya berdampak pada serangga tertentu dan tidak berbahaya bagi spesies lain atau lingkungan. Penggunaan mikroorganisme alami sebagai pengendali hayati di masa depan diyakini memiliki prospek yang baik karena aman, ramah lingkungan, dan d
Dokumen tersebut membahas tentang mata kuliah yang mencakup interaksi tanaman dan hama, pengendalian hama secara terpadu, dan beberapa kasus lapangan pengendalian hama utama di Indonesia. Tujuan instruksionalnya adalah agar mahasiswa memahami konsep pengendalian hama secara holistik dan terintegrasi.
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian hayati yang mencakup konsep, prinsip, contoh-contoh, dan aplikasinya untuk mengendalikan hama penyakit tanaman, kerusakan tanaman, dan gulma. Agen biologis seperti bakteri, jamur, serangga, dan nematoda dapat digunakan sebagai alat pengendalian hayati untuk menekan populasi organisme merugikan.
Pengendalian hayati melibatkan penggunaan musuh alami seperti predator, parasitoid, dan patogen untuk mengendalikan populasi hama secara alami. Terdapat tiga pendekatan pengendalian hayati yaitu augmentasi, importasi, dan konservasi musuh alami. Pengendalian hayati memiliki keuntungan seperti selektivitas tinggi dan tidak berbahaya bagi lingkungan, meskipun pelaksanaannya membutuhkan waktu dan sulit diprediksi.
Hama adalah organisme yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.
Dokumen tersebut membahas tentang jamur Gliocladium sp. sebagai agen pengendali hayati penyakit tanaman. Gliocladium sp. dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai penyakit tanaman seperti layu fusarium pada krisan dan busuk pelepah pada jagung karena mampu berparasitisme, menghasilkan antibiotik, dan secara aktif melawan patogen penyakit. Produk Gliocladium yang beredar di pasaran adalah Gliostar-P.
Dokumen tersebut membahas tentang jamur/cendawan, termasuk definisi fungi, habitat fungi yang tersebar luas di bumi, dan kemampuan fungi untuk hidup di berbagai material organik baik hidup maupun mati. Juga disebutkan bahwa banyak fungi hidup di tanah berhumus meskipun ada juga yang menyerang organisme hidup.
Praktikum ini bertujuan untuk menguji efektivitas ekstrak kencur sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama kecoa. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak kencur tidak efektif membunuh kecoa, meskipun kecoa menjadi lemas setelah terkena ekstrak."
Organisme Pengganggu Tanaman Cabai Rev.pptxRachmatAbadi
油
Penanggulangan organisme pengganggu tanaman cabe yang merupakan komoditas penting dalam negeri yang ketersediaannya berpengaruh terhadap tingkat inflasi.
OPT cabai ada hama dan penyakit.
bagaimana cara pengendalian OPT cabai hingga mencapai ambang ekonomis dijelaskan
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan pestisida nabati seperti daun papaya dan bawang putih sebagai alternatif pestisida yang ramah lingkungan. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai klasifikasi pestisida berdasarkan bentuk, cara kerja, target hama, dan bahan aktifnya. Tujuan praktikum ini adalah membuat pestisida nabati dan memahami penggunaan pestisida kimia serta teknik aplikasinya.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Laporan praktikum identifikasi serangga pada tanaman cabai di kebun percobaan hama dan penyakit tanaman Universitas Padjadjaran.
2) Diidentifikasi 8 jenis serangga yang ditemukan pada tanaman cabai beserta morfologi, siklus hidup, dan cara pengendaliannya.
3) Serangga-serangga tersebut antara lain belalang kayu, walang sangit, kepik, kutu daun, l
2. Novia Ismi Nurhidayah 1617011004
Shalza Nanda Rizky 1617011020
Sri Astuti 1617011024
Ulfia Fauziah Nur 1617011027
Mutiara Nur Aulia 1617011035
Reza baihaqi 1617011039
3. PESTISIDA
Pestisida atau pembasmi hama adalah bahan
yang digunakan untuk mengendalikan,
menolak, atau membasmi organisme
pengganggu.Nama ini berasal dari pet
(hama) yang diberi akhiran cide
(pembasmi). Sasarannya bermacam-macam,
seperti serangga, tikus, gulma, burung,
mamalia, ikan, atau mikroba yang dianggap
mengganggu.
4. SEJARAH
Sebelum tahun 2000 SM, manusia telah
menggunakan pestisida untuk melindungi
tanaman pertanian.
Pestisida pertama berupa sulfur dalam bentuk
unsur yang ditebarkan di atas lahan pertanian
di Sumeria sekitar 4500 tahun yang lalu.
Sejak abad ke 15, senyawa berbahaya
seperti arsenik, raksa, dan timbal diterapkan di
lahan pertanian untuk membunuh hama.
5. Pada abad ke 17, nikotin sulfat diekstraksi dari
daun tembakau untuk dijadikan insektisida.
Abad ke 19, piretrum dari
bunga krisan dan rotenon dari akar sayuran
mulai dikembangkan.
Pada tahun 1960an, ditemukan bahwa DDT
menyebabkan berbagai burung pemakan ikan
tidak bereproduksi, yang menjadi masalah
serius bagi keanekaragaman hayati.
6. 1. Berdasarkan sifat fisik
a. Padatan (butiran, tepung, pasta, pelet, blok)
b. Cairan
c. Gas (aerosol, fumigan)
7. 2. Berdasarkan kelompok organisme
sasaran
a. Insektisida dengan sasaran serangga
b. Fungisida dengan sasaran cendawan
c. Bakterisida dengan sasaran bakteri
d. Herbisida dengan sasaran gulma
e. dll
8. 3. Berdasarkan pengaruh pada
sasaran
a. Kematian/mortalitas
b. Penghambat makan
c. Pengatur pertumbuhan
d. Pemandulan
9. 4. Berdasarkan senyawa kimia
a. Anorganik (arsen, belerang)
b. Hidrokarbon berklor (DDT, endrin)
c. Organofosfat (paration, klorpirifos)
d. Karbamat (karbofuran, metomil)
e. Piretroid (deltametrin, sipermetrin)
f. Mikroba (Bacillus thuringiensis, Metarhizium
anisopliae)
g. Botani (azadiraktin, rotenon)
10. 5. Berdasarkan cara masuk ke
organisme
a. Racun kontak, racun perut, dan racun fumigan
pada serangga
b. Racun sistemik dan racun translaminar pada
tanaman
11. Tingkat Keracunan Pestisida
Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
keracunan pestisida antara lain
1. Toksisitas pestisida
2. Dosis/konsentrasi
3. Cara masuk (point of entry)
4. Lama terpajan
12. Faktor penentu toksisitas pestisida
1. Lama pemajanan
2. Cara masuk (cara perlakuan) dermal/oral
3. Jenis spesies
4. Variasi individu (ketahanan tubuh yang berbeda)
5. Umur/usia
6. Jenis kelamin (berat badan, ketahanan)
7. Suhu (metabolisme)
8. Nutrisi (sehat atau tidak)
9. Kepadatan populasi
13. Dampak Buruk Pestisida Secara
Umum
Keracunan bagi pengguna ,baik secara cepat atau
lambat.
Kebalnya generasi hama yang baru.
Meracuni tumbuhan atau organisme inang.
Terjadi Resurjensi hama , akibat dari ikut
terbunuhnya predator .
Munculnya hama sekunder , akibat dari ikut
terbunuhnya musuh alami hama sekunder.Atau
akibat terbunuhnya hama utama yang menjadi
musuh hama sekunder.
Mengganggu kehidupan makhluk berguna lain
,misalnya : serangga penyerbuk , predator ,
patogen , atau parasit .
20. METINDO 25 WP berbentuk
tepung yang mudah dilarutkan
dalam air, mengandung bahan
aktif metomil yang mempunyai
beberapa keunggulan :
21. SISTEMIK :
Diserap daun dan bagian tanaman
lalu diangkut ke seluruh bagian
tanaman, sehingga serangga hama
yang menyerang bagian manapun
dari tanaman akan mati.
22. DAYA KERJA GANDA :
Berdaya kerja sebagai insektisida
yang dapat mematikan serangga
dan tungau yang merupakan hama
tanaman maupun sebagai ovisida
yang dapat mematikan telur
serangga dan tungau.
23. CARA KERJA GANDA :
Dapat memberantas hama tanaman
secara tuntas karena memiliki cara
kerja ganda sebagai racun kontak
maupun racun lambung yang efektif
mematikan serangga hama.
24. SPEKTRUM LUAS :
Efektif mengandalikan berbagai jenis
hama yang berupa ulat, belatung,
kutu, kepik, wereng dan sebagainya,
terutama dari ordo Lepidoptera,
Homoptera, Diptera dan Coleoptera.
25. Tanaman dan Hama
Sasaran
Konsentrasi
Formulasi
Cara dan Waktu
Aplikasi
Bawang merah
Ulat grayak Spodoptera litura
1,5 - 2 g/l Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan volume tinggi pada
saat populasi/intensitas serangan hama telah mencapai ambang
pengendaliannya sesuai dengan rekomendasi setempat.
Apabila belum jelas hubungi petugas pertanian yang berwenang.
Cabai
Ulat grayak Spodoptera litura
1 - 2 g/l
Kakao
Penghisap buah Helopeltis antonii
2 - 5 g/l
Kedelai
Ulat grayak Spodoptera litura
1 - 2 g/l
Kubis
Perusak daun
Plutella xylostella, dan
Crocidolomia binotalis
2 - 4 g/l
1 - 2 g/l
Teh
Penghisap buah Helopeltis antonii
1,25 - 2,5 g/l
Tembakau
Ulat grayak Spodoptera sp.,
Spodoptera litura
Penggerek pucuk Heliothis spp.
1 - 2 g/l
0,5 - 1 g/l
Tomat
Penggerek buah Heliothis armigera
1 - 2 g/l
Kapas
Penggerek buah Heliothis armigera
1 - 2 g/l
PETUNJUK PENGGUNAAN YANG TERDAFTAR :
26. Nomor Pendaftaran : RI. 01010119921012
Pemegang Nomor Pendaftaran dan Produsen :
PT. INTI EVERSPRING INDONESIA
Distributor Utama :
PT. MITRA KREASIDHARMA
Wisma UIC Lt. 4
Jl. Gatot Subroto Kav. 6-7
Jakarta 12930
Telp. (021) 5790 5245 Fax. (021) 5790 5244
27. Dampak Penggunaan Peptisida
1) Punahnya Spesies
2) Peledakan Hama
4) Kesuburan Tanah Berkurang
3) Gangguan Keseimbangan lingkungan