Matriks adalah susunan bilangan yang disusun secara sistematis dalam baris dan kolom. Terdapat berbagai jenis matriks seperti matriks persegi, matriks tegak, dan lainnya. Operasi dasar pada matriks meliputi penjumlahan, pengurangan, dan sifat-sifatnya seperti komutatif dan asosiatif.
1 of 15
Downloaded 67 times
More Related Content
Matriks :)
1. MATRIKS
A. Pengertian Matriks
1.
Pengertian Matriks dan Ordo Matriks
Perhatikan tabel yang memuat data jumlah siswa di suatu
sekolah
Tabel Jumlah Siswa
Kelas
Laki-laki
Wanita
Ι
240
180
ΙΙ
220
210
ΙΙΙ
205
205
Dari tabel di atas, bila diambil angka-angkanya saja dan ditulis dalam
240 180 
tanda kurung buka dan kurung tutup , bentuknya menjadi 220 210 .


205 205


Bentuk sederhana inilah yang kita sebut sebagai matriks.
Pengertian Matriks: Susunan bilangan (elemen) yang disusun menurut
baris dan kolom sehingga berbentuk persegipanjang. (Tumisah, 2002:hal
150)
Matriks dinotasikan dengan huruf kapital A, B, K, dan sebagainya.
Banyaknya baris dan banyaknya kolom suatu matriks menentukan
ukuran dari matriks tersebut. yang disebut ordo matriks
 a11 a12 a13
a
 21 a22 a23
Secara umum, matriks A mxn =  a31 a32 a33

...
...
 ...
am1 am2 am3

... a1n 
... a2n 

... a3n 

... ... 
... amn 

1
2. Perhatikan bahwa elemen matriks A tersebut berindeks rangkap, misalnya
a23 menyatakan elemen matriks A pada baris ke-2 dan kolom ke-3,
sedangkan matriks A berordo m X n dan ditulis A mxn
2.
Jenis-jenis Matriks
Berdasarkan ordonya terdapat jenis matriks, sbb :
a. Matrik bujursangkar/persegi yaitu matriks berordo n x n atau banyaknya
baris sama dengan banyaknya kolom disebut juga sebagai matriks persegi
berordo n.
1 3 
Contoh: B 2 x 2 = 
 , maka 1 dan 12 dikatakan berada pada diagonal
6 12
utama B.
b. Matriks baris yaitu matriks berordo 1 x n atau hanya memiliki satu baris.
Contoh: C 1x3 = [1 3 5]
c. Matriks kolom yaitu matriks yang hanya memiliki satu kolom
8 
Contoh: E 2 x1 =  
 4
d. Matriks tegak yaitu matriks berordo m x n dengan m>n
6 8 
Contoh: A =  4 1  , A berordo 3 X 2 sehingga matriks A tampak tegak


7 3 


e. Matriks datar yaitu matriks berordo m x n dengan m<n
2 3 5 
Contoh: F = 
 , F berordo 2 X 3 sehingga matriks F tampak datar
 4 6 10 
2
3. Berdasarkan elemen-elemen penyusunnya terdapat jenis matriks, sbb :
a. Matriks nol yaitu matriks yang semua elemen penyusunnya adalah nol
dan dinotasikan sebagai O.
0 0
Contoh: O 1x3 = [0 0 0] , O 2 x 2 = 

0 0
b. Matriks diagonal yaitu matriks persegi yang semua elemen diatas dan
dibawah diagonalnya adalah nol dan dinotasikan sebagai D.
 1 0 0
Contoh: D 3 x3 = 0 2 0


0 0 3


c. Matriks skalar yaitu matriks diagonal yang semua elemen pada
diagonalnya sama.
5
0
Contoh: D 4 x 4 = 
0

0
0 0 0
5 0 0

0 5 0

0 0 5
d. Matriks simetri yaitu matriks persegi, yang setiap elemennya, selain
elemen diagonal, adalah simetri terhadap diagonal utama.
3 1
Contoh: F2 x 2 = 

 1 4
e. Matriks simetri miring yaitu matriks simetri yang elemen-elemennya,
selain elemen diagonal, saling berlawanan.
 0 5 − 7
Contoh: G 3 x3 = − 5 0 − 2


7 2 0


3
4. f. Matriks Identitas/satuan yaitu matriks diagonal yang semua elemen
pada diagonal utamanya adalah 1 dan dinotasikan sebagai I.
 1 0
Contoh: I 2 x 2 = 

0 1
g. Matriks segitiga atas yaitu matriks persegi yang elemen-elemen di
bawah diagonal utamanya adalah nol.
1 3 5
Contoh: G 3 x3 = 0 2 4


0 0 6


h. Matriks segitiga bawah yaitu matriks persegi yang elemen-elemen di
atas diagonal utamanya adalah nol.
 1 0 0
Contoh: H 3 x3 = 6 2 0 


4 9 6


i. Matriks transpose yaitu matriks yang diperoleh dari memindahkan
elemen-elemen baris menjadi elemen pada kolom atau sebaliknya.
Transpose matriks A dilambangkan dengan A
T
6 8 
6 4 7 
Contoh: A 3 x 2 =  4 1  , maka A T = 
 , perhatikan bahwa ordo


8 1 3 
7 3 


dari A T adalah 2 X 3.
3. Kesamaan Matriks
Dua buah matriks atau lebih dikatakan sama bila dan hanya bila
mempunyai ordo sama dan elemen-elemen yang seletak juga sama.
4
5. 2 3 4 
2 3 4 
Contoh: A 2 x3 = 
 , B 2 x3 =  4 6 8  maka A = B
4 6 8 


Perhatikan bahwa C 2 x3 =
2 8 4 
4 6 3 


dan C 2 x3 ≠A 2 x3
karena ada
elemennya yang seletak dan nilainya tidak sama. Perhatikan juga bahwa
2 4 
D =  3 6  dan D ≠A karena ordo kedua matriks tersebut tidak sama.


4 8 


B. Operasi Matriks dan Sifat-sifatnya
1.
Penjumlahan dan Pengurangan Dua Matriks
Untuk menjelaskan operasi penjumlahan dan pengurangan pada
matriks, perhatikan tabel peminjam buku dibedakan atas jenis program
keahlian siswa berikut :.
Tabel Siswa program keahlian Akuntansi
Jenis Buku
Peminjam
Laki-laki
Wanita
Fiksi
47
65
Non Fiksi
42
36
(Tabel 1)
Tabel Siswa program keahlian Perkantoran
Jenis Buku
Peminjam
Laki-laki
Wanita
Fiksi
21
27
Non Fiksi
53
25
(Tabel 2)
5
6. Pertanyaan: Berapakah jumlah siswa laki-laki yang meminjam buku
kategori fiksi dan jumlah siswa wanita yang meminjam buku kategori non
fiksi dari kedua program keahlian tersebut ?
Jawab: Dengan mudah kita bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan
melihat isi tabel yang bersesuaian dan menjumlahkannya. Hasil
penjumlahan disajikan dalam tabel berikut :
Tabel Siswa program keahlian Akuntansi dan Perkantoran
Jenis Buku
Peminjam
Laki-laki
Wanita
Fiksi
47+21=68
65+27=92
Non Fiksi
42+53=95
36+25=61
(Tabel 3)
Jadi jumlah siswa laki-laki yang meminjam buku jenis fiksi dari kedua
program keahlian itu sebanyak 68 orang dan jumlah siswi yang meminjam
buku jenis non fiksi dari kedua program keahlian itu sebanyak 61 orang.
Pengertian penjumlahan matriks : Jika A + B = C, maka elemen-elemen
C diperoleh dari penjumlahan elemen-elemen A dan B yang seletak, yaitu
c ij = a ij + b ij untuk elemen C pada baris ke-i dan kolom ke-j. Akibatnya,
matriks A dan B dapat dijumlahkan apabila kedua matriks memiliki ordo
yang sama.
 1 2 5 6
5 6
 1 2
Contoh: A = 
 , B = 7 8 maka A + B = 3 4 + 7 8



 
3 4

6 8
= 
 =C
10 12
6
7. Sifat-sifat penjumlahan matriks :
1. A+B = B+A
(hukum komutatif untuk penjumlahan)
2. A+(B+C) = (A+B)+C
(hukum asosiatif untuk penjumlahan)
3. A+O = O+A = A
T
T
T
4. (A+B) = A + B
5. Ada matriks B sedemikian sehingga A + B = B + A = 0 yaitu B = - A
Untuk menjelaskan operasi pengurangan matriks, perhatikan soal
berikut :
Udin seorang pekerja bangunan, ia dan teman-temannya sedang
membangun sebuah rumah tinggal. Pada pengecatan pertama, rumah itu
menghabiskan beberapa kaleng cat tembok dan cat kayu yang disajikan
pada tabel berikut ini:
Tabel Pengecatan ke-1
Cat tembok
Jenis Cat
Cat kayu
Jenis Warna
Warna putih
6
3
Warna biru
4
3
Pak mandor memperkirakan untuk mengecat rumah itu sampai selesai
memerlukan sejumlah cat kayu dan cat tembok yang dituliskannya pada
tabel berikut ini: (tiap kalengnya dalam satuan yang sama dengan tabel di
atas)
7
8. Tabel Pak Mandor
Cat tembok
Jenis Cat
Cat kayu
Jenis Warna
Warna putih
21
8
Warna biru
11
6
Pak mandor menyuruh Udin ke toko untuk membeli lagi cat tembok dan
cat kayu agar pada pengecatan kedua rumah itu dapat diselesaikan.
Berapa kaleng cat tembok dan cat kayu yang harus dibeli Udin untuk
masing-masing warna tersebut?
Jawab:
Untuk mengetahui kekurangan cat tembok dan cat kayu masing-masing
warnanya, dapat dihitung dengan jalan: tabel pak mandor dikurangi
dengan tabel pengecatan pertama yaitu dengan mengurangi tiap jenis cat
dan warna yang bersesuaian letaknya.
tabel cat yang harus dibeli Udin
Jenis Cat
Cat tembok
Cat kayu
Jenis Warna
Warna putih
21-6=15
8-3=5
Warna biru
11-4=7
6-3=3
Pengertian pengurangan matriks : Jika A−B = C, maka elemen-elemen
C diperoleh dari pengurangan elemen-elemen A dan B yang seletak, yaitu
c ij = a ij −b ij atau pengurangan dua matriks ini dapat dipandang sebagai
penjumlahan, yaitu A + (-B)
8
9. 5 4 
Contoh: A =  6 9  , B =


7 0 


3 6 
5 4 


1 2


5 4  3 6 
 2 − 2
 6 9  −  5 4  = 1 5 
A−B = 
 



7 0  1 2 
 6 − 2
 




5 4 
− 3 − 6 2 − 2
 6 9  + − 5 − 4 =  1 5 
atau A−B = A+(-B) = 

 


7 0 
 − 1 − 2 6 − 2


 


2. Perkalian Matriks dengan Bilangan Real ( Skalar )
Matriks A dikalikan dengan suatu bilangan real k maka kA diperoleh
dari hasilkali setiap elemen A dengan k.
3 8
Contoh: P = 
 maka 4P= 4
5 1
3 8
12 32
5 1 = 20 4 




Jika a dan b bilangan real dan B, C dua matriks dengan ordo
sedemikian hingga dapat dilakukan operasi hitung berikut, maka berlaku
sifat-sifat perkalian matriks dengan skalar :
1)
a(B+C)=aB+aC
2)
a(B−C) = aB−aC
3)
(a+b)C = aC+bC
4)
(a-b)C = aC−bC
5)
(ab)C = a(bC)
6)
T
T
(aB) = aB
9
10. 3. Perkalian Dua Matriks
Dua matriks AB dapat dikalikan bila dan hanya bila jumlah kolom
matriks A sama dengan jumlah baris matriks B. Jadi A mxn B nxp bisa
didefinisikan, tapi B nxp A mxn tidak dapat didefinisikan.
A
B
AB
mxn
nxp
mxp
=
Perhatikan bahwa hasil kali matriks AB berordo mxp
Elemen-elemen dari AB diperoleh dari hasil kali setiap baris pada
matriks A dengan setiap kolom pada matriks B, kemudian dijumlahkan
menjadi satu elemen.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini diberikan contoh- contoh perkalian
matriks dengan matriks.
Contoh perkalian matriks 1xp dengan matriks px1 :
4
B = [6 8 7] dan C = 7  , B 1x3 C 3 x1 = [(6 x 4) + (8 x7) + (7 x 2)] = [94]
 
2
 
Contoh perkalian matriks px1 dengan matriks 1xp:
 2x 6 2 x8 2 x7 
2
12 16 14 
5 x 6 5 x8 5 x7  = 30 40 35 
5  dan B= [6 8 7] , A
A=  
3 x1 B 1x3 = 



 4 x 6 4 x8 4 x7
4
24 32 28


 


Hasilkalinya merupakan suatu matriks berordo 3X3.
10
11. Contoh perkalian matriks mxn dengan matriks nxp:
 1 2
A= 
, B =
3 4
 1 0 1
0 2 0


 1 2  1 0 1
A 2x 2 B 2x3 = 


3 4 0 2 0
 (1x1) + (2x0) (1x0) + (2x 2) (1x1) + (2x0)   1 4 1
AB = 
 = 

(3 x1) + ( 4 x0) (3 x0) + ( 4 x 2) (3 x1) + ( 4 x0) 3 8 3
Perhatikan hal-hal berikut ini :
1)
Pada umumnya AB ≠BA ( tidak komutatif )
2)
Apabila A suatu matriks persegi maka : A 2 = A.A ; A3 = A2 .A :
A4 = A3 . A dan seterusnya
3)
Apabila AB = Bc maka tidak dapat disimpulkan bahwa B = C ( tidak
berlaku sifat penghapusan )
4)
Apabila AB = 0 maka tidak dapat disimpulkan bahwa A=0 atau B =0
Sifat-sifat perkalian matriks dengan matriks :
1)
A(BC) = (AB)C
2)
A(B+C) = AB + AC
3)
(B+C)A = BA + CA
4)
A(B−C) = AB−AC
5)
(B−C)A = BA−CA
6)
a(BC) = (aB)C = B(aC)
7)
AI = IA = A
11
12. C. Determinan Matriks
Untuk setiap matriks persegi terdapat suatu bilangan tertentu yang
disebut determinan.
Pengertian Determinan matriks adalah jumlah semua hasil perkalian
elementer yang bertanda dari A dan dinyatakan dengan det(A).
(Howard Anton, 1991 : hal 67)
Yang diartikan dengan sebuah hasil perkalian elementer bertanda dari
suatu matriks A adalah sebuah hasil perkalian elementer pada suatu
kolom dengan +1 atau -1. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan cara
mencari determinan matriks berordo 2x2 dan matriks berordo 3x3.
1. Determinan matriks berordo 2 X 2
a
a b
Jika matriks A = 
 maka det (A) = A = c
c d
b
= ad−bc
d
a b
Sebagai pengingat ketentuan di atas diperoleh dari 

c d
8 4
8 4
Contoh: P = 
 , maka det(P) = P = 3 4 = (8x4)-(4x3) = 20
3 4
2. Determinan matriks berordo 3 X 3
Untuk mencari determinan matriks berordo 3 X 3 dapat digunakan
dua metode, sebagai berikut :
a. Metode Sarrus
p q r 
Jika matriks B =  s t u


v w x 


12
13. p
q
r
maka det(B) = B = s t u = ptx + quv +rsw – rtv – qsx-puw
v w x
Sebagai pengingat ketentuan di atas diperoleh dari
p q r  p q
 s t u s t


v w x  v w


Perlu diperhatikan bahwa cara demikian tidak berlaku bila matriks
berordo 4x4 dan yang lebih tinggi lagi.
2 4 6 
Contoh: Q =  1 3 5 , maka det(Q) = Q adalah


7 8 9


2 4 6
2 4 6  2 4
1 3 5 = 1 3 5 1 3


7 8 9 7 8
7 8 9


= (2x3x9)+(4x5x7)+(6x1x8)-(6x3x7)-
(2x5x8)-(4x1x9) = 242-242 = 0
b. Metode Kofaktor
Terlebih dahulu siswa dijelaskan tentang sub matriks atau minor
dari suatu matriks. Minor suatu matriks A dilambangkan dengan M ij
adalah matriks bagian dari A yang diperoleh dengan cara menghilangkan
elemen-elemennya pada baris ke-i dan elemen-elemen pada kolom ke-j.
2 4 6 
2 4 6 
 1 3 5 , maka M =  1 3 5 = 3 5
Contoh: Q = 
11

 8 9


7 8 9
7 8 9 




13
14. 2 4 6 
M 12 =  1 3 5 =


7 8 9


2 4 6 
 1 5
  1 3

7 9 , M 13 =  1 3 5 = 7 8



7 8 9 


M 11 , M 12 dan M 13 merupakan submatriks hasil ekspansi baris ke-1 dari
matriks Q.
Kofaktor suatu elemen baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks A
i+ j
Mij = (-1) i+ j det (M ij )
dilambangkan dengan K ij = (-1)
Untuk mencari det(A) dengan metode kofaktor cukup mengambil satu
ekspansi saja misal ekspansi baris ke-1
2 4 6 
Contoh: Q =  1 3 5 , untuk mendapatkan det(Q) dengan metode


7 8 9


kofaktor adalah mencari terlebih dahulu determinan-determinan minornya
yang diperoleh dari ekspansi baris ke-1 diatas, yaitu det(M 11 )=-13 ,
det(M 12 )=-26 dan det(M 13 ) =-13, maka :
Q = q 11 .k 11 +q 12 .k 12 + q 13 .k 13
= q 11 .(-1) 1+1 det(M 11 )+q 12 (-1) 1+ 2 det(M 12 )+q 13 (-1) 1+ 3 det(M 13 )
= 2.13−4.26 + 6.13 = 0
3.
Adjoin Matriks
Adjoin matriks A adalah transpose dari kofaktor-kofaktor matriks
tersebut, dilambangkan dengan adj A = (k ij )
t
14
15. 2 4 6 
Contoh: Q =  1 3 5 telah diketahui dari hitungan sebelumnya bahwa


7 8 9


k 11 =13, k 12 =−26 dan k 13 =13 sekarang kita hanya mencari kofaktor dari
ekspansi baris ke-2 dan ekspansi baris ke-3, yaitu :
k 21 =(-1)
2+1 4
k 31=(-1) 3+1
6
2 6
2 4
=−12, k 22 =(-1) 2+ 2
=24, k 23 =(-1) 2+ 3
=−12
8 9
7 9
7 8
4 6
2 6
2 4
=2, k 32 =(-1) 3+ 2
=−4, k 33 =(-1) 3+ 3
=2
3 5
1 5
1 3
 k11 k 21 k 31   13 − 12 2 
Adj A = k12 k 22 k 32  = − 26 24 − 4

 

k13 k 23 k 33   13 − 12 2 

 

D. Invers Matriks
Matrks-matriks persegi A dan B sedemikian hingga AB = BA = I maka A
disebut insvers B ditulis B-1 dan sebaliknya B adalah invers A ditulis A-1
sehingga berlaku AA −1 = A −1 A = I, dimana I matriks identitas.
Invers matriks A dirumuskan A −1 =
1.
1
.Adj(A)
det(A)
Invers matriks berordo 2x2
a b
1
−1
Jika A = 
 , maka A = det( A )
c d
 d − b
− c a 


5 3
−1
Contoh: A= 
 , tentukan A !
3 2
Jawab: det(A) = (5x2) − (3x3) = 1
15