際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Cerpen:
Menembus Rammadengan Sebuah Harapan
#sh.-suardihasjum
Jangan hadir hanya untuk dikagumi, tetapi hadirlah untuk dirindukan
Pelaku:
1. Andi Muhammad Irfan
2. Wiking Bondong
3. Abdul Karim Syam
4. Suardi Hasjum
5. Nurfahmi
6. Laode Rahman
7. Syamsul Rijal
8. Ayu Ervira
9. Tarmizi Tahir
10.Andi Ridha Walinayah
11.Rasni Andriani Rusli
12.Shofyan As-Shiddiqh
13.Muhammad Jefri
14.Zulfikar
15.Ibnu Qoyyim
Cerpen :
Menembus Ramma dengan
Harapan
Realita kehidupan yang selalu
ada untuk diceritakan merupakan
sesuatu yang paling indah untuk
dijelaskan, dipaparkan maupun
dihayati dalam penyampaiannya.
Menjadi penerobos atau kata kerennya
perintis merupakan hal yang
membanggakan bagi siapapun insan
yang menjalani hal tersebut.
Berawal dari sebuah cerita kecil-
kecilan akan mencipkatan sebuah
kisah yang menakjubkan yang sulit
dijelaskan oleh perkataan, sulit
diekspresikan oleh tindakan, dan tak
cukup dengan penjelasan hati yang
selalu berbeda setiap manusia yang
memilikinya. Kadang, pemikiran yang
kita miliki berbeda namun mempunyai
arah dan tujuan yang sama.
Menembus Ramma dengan Harapan:
Liburan semester sebenarnya
sudah lama berlangsung (23 Mei
2014). Akan tetapi masih banyak
diantara para penuntut ilmu masih aktif
di dunia Kampus yang semakin hari ke
hari semakin sulit ditemukan
mahasiswa. Pesan tiket bus, tiket
pesawat dan planning untuk comeback
to home merupakan topik utama
sekitar tanggal 23 Mei sampai
sekarang (07 Juni 2014). Bahkan jauh-
jauh sebelumnya, ada diantara teman-
teman yang telah dipesankan tiket oleh
orang tuanya akan tetapi masih ada
kuliahnya yang belum pasti kapan
berakhirnya. Harapan-harapan yang
sering muncul dalam menjalani
kehidupan yang penuh PHP (kata
kerennya) dari pengampuh mata kuliah
tertentu semakin menjamur.
Berbagai cerita telah telah
rangkai dalam mengisi hari-hari itu.
Mulai dari karaokean, refreshing
malam, curhat-curhatan, berkunjung ke
Air Terjun Parangloe, hingga mendaki
salah satu tempat favorit para pencinta
alam dengan mendakinya. Ramma
adalah nama dari tempat tersebut.
Lembah dan bukit jadi saksi perjalan
pada saat menjajal tempat ini.
Planning untuk ke Ramma
merupakan planning singkat yang
pernah tercipta dibenak para teman-
teman. Karena kenapa, ini merupakan
salah satu penelitian yang untuk
sementara bisa dikatakan akurat, yaitu
apabila sesuatu yang kita rencanakan
jauh-jauh sebelum, maka sesuatu yang
akan terjadi menyebabkan batalnya
atau tidak maksimalnya acara tersebut
(itu baru penelitian yang asal-asalan).
Jadi inisiatif para teman-teman, apa
yang kita akan lakukan direncanakan
satu atau dua hari sebelum hari H-nya.
Tahap Planning (perencanaan)
Dimulai dari pemikiran para
teman-teman yang sangat kreatif
mengisi kekosongan. Andi Muhammad
Irfan (Irfan) adalah salah seorang
penggagas dari kegiatan ini. Dia
berpendapat bahwa daripada kita
seperti ini, lebih baik kita mendaki ke
Ramma. Pendapat itu disambut baik
oleh teman-teman yang lain seperti
Tarmizi Tahir (Oiz Fahreza), Syamsul
Rijal (Rijal), Ayu Ervira (Ayu), Laode
Rahman (Bullung), Nurfahmi (Ami),
Rasni Andriani Rusli (Rasni),
Muhammad Jefri (Jefri), Gesna (Koas
tercinta kami) dan Saya Sendiri Suardi
Hasjum (#sh.-suardihasjum).
Sebenarnya banyak orang yang ingin
melibatkan dirinya dalam kegiatan ini,
tapi satu dan lain hal yang membuat
mereka tidak bisa ikut. Seperti halnya
Dwi Handayani (Dwi), Cakra Widia
Stuti (Cakra je) yang tiba-tiba
mendapat panggilan dari orang tuanya.
Sebenarnya berat meninggal
mereka yang tak sempat ikut pada saat
itu. Tetapi satu tekad yang tak
terbendung dari Kami yaitu, ingin
menwujudkan harapan bukan sekedar
ucapan, akan tetapi sebuah
pembuktian yang sulit dijangkau oleh
orang lain. Walaupun dijangkau oleh
mereka, akan tetapi tak semuanya bisa
memaknai apa yang kita akan
jangkau.
Sekitar Pukul 14.00 Wita
(selepas sholat Jumat), teman-teman
mulai berdatangan dari berbagai
penjuru (heheh.angin mungkin,
datangnya segala penjuru). Di awali
dengan Sofhyan As-Shydiqh (Sofyan),
Ami, Rasni, Ayu, Irfan, serta Oiz yang
perlangkapannya paling lengkap
(maklum seorang pendaki dari
Bulukumba..hehehe). Perlengkapan
memang penting dalam kegiatan ini,
seperti carel (tas besar), portable
(kompor kecil), SB (sleepingbag), dan
masih banyak istilah yang masih
kurang saya pahami dan tahu.
Beberapa diskusi yang terjadi
saat itu. Ohiya, sementara diskusi
salah satu teman memberi pesan
singkat kepadaku. Andi Ridha
Walinayah (Nayah) tepatnya. Dia mau
ikut asalkan ada sandal yang cocok
dengannya karena dia tidak sempat
membeli sandal dikarenakan waktu
yang mepet, katannya. Serta temannya
mau ikut juga asalkan ada yang motor
yang kosong untuk ditumpangi. Saat
itu juga, Abdul Karim Syam (Karim)
dan Ibnu Qoyyim (Qoyyim) terbayang
dibenakku untuk jadi solusi.
Aku mengontak dan langsung ia
sanggup untuk bergabung. Waktu telah
tiba untuk berangkat. Koas kami sibuk
mencari solusi dengan masalah kami
pada saat itu, diantara motor dan
perlengkapan lainnya. Aku menjemput
Nayah, serta teman-teman yang lain
dalam persiapan. Kuingat saat itu,
kalau tidak sanggupki jalan, jangan
maki pergi di?!, kataku. ia Suardi
bisaja, katanya membalas. Telah
diatur pasangan-pasangan boncengan,
dihindari tidak ada perempuan yang
mengemudi. Oiz dengan Rasni, Irfan
dengan Nayah, Bullung dengan Ami,
Rijal dengan Ayu, Wikin dengan Jefri,
Qoyyim, Karim dengan Sule, dan
Sofhyan dengan Saya.
Perlengkapan-perlengkan telah
siap untuk dibawah. Motor telah siap
meluncur (heheroket kapan), dan
manusia-manusianya telah siap
menghadapi tantangan.
Tepat pada pukul 16.40 WITA,
pengalaman pertama dalam hidupku
dimulai dengan melakukan perjalanan
ke Ramma. Jalur yang dilewati, ialah
jalur Samata kerena agak dekat
katanya. Akan tetapi pada saat akan
keluar ke jalur poros Malino, kami
menemukan jalanan yang paling
menantang yang mengharuskan kami
harus jalan beberapa meter.
Perjalanan dilalui dengan canda
tawa. Jalanan berdebu jadi saksi bisu
kenangan perjalanan kami (sok puitis
loch..hahah). Beberapa waktu telah
terlewati, hingga sampai pada sebuah
Pertamina dimana teman-teman
berhenti sejenak untuk istrahat
melepaskan rasa lelahnya. Sekaligus
sebagian dari kami yang beragama
islam melakukan kewajibannya yaitu
menunaikan sholat fardu magrib.
Sofhyan, Qoyyim, Sule, dan Say
melaksanakan sholat secara
berjamaan dengan kesepakatan sholat
magrib dan isya diqasar. Kami
bercanda setelah itu.
Waktu menunjukkan pukul
06.37 WITA, berangkat menuju tujuan.
Beberapa kilometers berlalu, hingga
tiba di sebuah tempat makan untuk
melepaskan rasa lapar dan haus untuk
sejenaknya. Wikin dan Jefri tidak
sempat singgah saat itu, karena agak
cepat cara mengemudinya dan tidak
ada komunikasi sebelumnya bahwa
kita akan transit (kayakkapal aja).
Bullung dan Ami berusaha mengejar
mereka, tetapi tidak sempat bertemu.
Kita makan dengan menu yang
sama, yaitu Bakso + Mie + Buras.
Kami makan dengan lahapnya
(heheh..lapar Bos). Setelah itu, kami
melanjutkan perjalanan hingga sampai
pada tempat penyimpanan barang-
barang dan kendaraan.
Tepat pada pukul 20.30 WITA
persiapan pendakian dimulai. Tepat
pada saat itu, kakak senior angkatan
12 akan melakukan pendakian ke
Gunung Bawakaraeng. Kita ditawari
untuk berangkat sama-sama hingga
Pos 1. Sebelum kami berangkat,
diawali dengan diskusi singkat yaitu
masalh apa yang harus kita lakukan,
dan tak pantas kita lakukan pada saat
melakukan pendakian. Kuingat saat itu,
saya dipersilahkan bicara diantara
teman-teman. Kusampai saat itu
masalah adat-adat memasuki daerah
baru yang tak pernah dimasuki
sebelumnya. Dan Oiz menambahkan
sedikit masalah peraturan mendaki
yang baik, seperti diberikan nomor urut
masing-masing dengan cara berhitung.
Dan acara terakhir sebelum berangkat
ialah berdoa bersama yang dipimpin
oleh Saya sendiri.
Kegiatan pendakian dimulai
tepat pukul 20.43 WITA. Berangkat
dengan penuh harapan dan keyakinan.
Kami terdiri dari dua kelompok, yaitu
kelompok senior (4 orang) dan Kami
(15 orang). Perjalanan terus berlanjut,
hingga sampai gapura gerbang masuk.
Ada sesuatu yang terlupakan di tempat
penitipan kendaraan, yaitu tripod
tempat kamera melekat pada saat foto
bersama. Irfan dan Saya berlari untuk
mengambil barang tersebut. mau
mungkin dimlling itu teman-teman
Bos? kataku bercanda.
hahahohh,,,hati-hatiki Bos!
katanya ketawa. Cuma beberapa menit
perjalanan kami ludes. Akhirnya kamu
kembali bergabung dengan
rombongan.
Perjalanan dimulai kembali tepat
digabura pintu masuk yang bertuliskan
selamat datang para pendaki
Bawakaraeng, kurang lebih tulisannya
seperti itu. Headline atau senter kepala
hanya beberapa orang yang sempat
bawa pada kesempatan itu. Perjalanan
terus berlanjut dengan melalui jalan
yang begitu gelap, berbatu, ditambah
lagi dengan tanah yang licin serta
suasanan yang sangat dingin
kebetulan pada saat itu hujan turun
walaupun gerimis tapi sangat
mempengaruhi cepat atau lambatnya
perjalanan. Keluhan demi keluhan
mulai terdengar dari cara gerak dan
tingkah teman-teman. Nayah saat itu
merupakan pelopor pertama
pengeluhan. Padahal baru seperempat
perjalanan menuju pos 1. Menurut data
yang diketahui jarak antara gapura dan
pos 1 ialah 1730 meter. Ini merupakan
jarak yang terjauh dari semua pos
yang akan dilalui pada saat mendaki
gunung Bawakaraeng.
Jalanan berliku dilalui dalam
suasana gelap, licin, dan berbatu.
Hanya beberapa penerang berupa
headline yang menemani perjalanan
kami. Sebelum masuk suasana hutan,
terlebih dahulu kami melewati sebuah
pagar yang agak tinggi untuk dilewati.
Antusias teman-teman masih sangat
tinggi. Seiring dengan perjalanan yang
terus berlanjut mengantarkan pada
suatu tempat dimana hutan, hutan, dan
hutan menjadi saksi perjalanan kami.
Tak banyak hal yang bisa kami
pandang kecuali kegelapan yang
menyelimuti suasana perjalan kami.
Sekitar setengah perjalanan ada
sejenis papan informasi yang kayaknya
tidak sempat berfungsi sesuai dengan
asli. Papan informasi itu hanya
berisikan tulisan-tulisan para pendaki
dengan coretan-coretan nama dan
nomor telponnya.
Tak terasa waktu menunjukkan
pukul 22.00 WITA menandakan kami
telah tiba di pos 1. Di sinilah kami
berpisah dengan senior 12. Banyak
hal yang terjadi dalam perjalanan ini
yang sulit untuk dijelaskan. Ada sejenis
kata-kata motivasi yang tertera pada
sebuah patot yang tercipta dari semen
karya Ekspedisi NKRI 2013. Kata
motivasi sakaligus harapan yang
diungkapkan secara tersirat yang ingin
disampaikan kepada para pendaki
yang hendak menginjakkan kakinya di
Bawakaraeng maupun di Ramma.
jadikan alam sebagai sahabatmu, dan
tuntunlah adat dalam menapaki
perjalanan, kurang lebih isinya seperti
itu. Di pos 1 ini pula banyak pendaki
yang sempat kami temui dalam
keadaan istrahat.
Duluan Kak,?!, kata ini yang
sering terdengar pada saat bertemu
dengan pendaki lain. Baik itu senior
maupun junior. mungkin inikah
salamnya pada saat pendakian?
bisikku dalam hati. Tapi, kuingat saat
singgah makan, pertanyaan
kulemparkan pertanyaan pada Oiz
tentang apakah salam para pencinta
alam. salam lestari, katanya.
Ohmungkin cuma untuk mencari
celah untuk menyapa para pendaki
yang lain.
Pertanyaan-pertanyaan sering
terdengar nyaring yang asalnya dari
teman-teman cowoknya untuk para
teman cewek. bagaimana Ami,
aman?, bagaimana Nayah, aman?,
bagaimana Rasni, aman?, bagaimana
Ayu, aman?, dan yang paling lucu
pertanyaan yang sering terdengar oleh
teman-teman pada saat kapan dan di
mana pun ialah Wiking, are you
okey?, hahahah ! Dengan cepat
pertanyaan ini langsung mendapat
respon dari yang bersangkutan, yes.
Im Okey
Saling merangkul dalam
melangkah itulah slogan kami saat itu.
Pada saat terjadi sesuatu, baik itu kubu
bagian belakang maupun kubu bagian
depan, tahantahan! kata ini yang
terdengar yang menandakan kita harus
berhenti untuk menunggu teman yang
mengalami masalah. Kuingat saat itu
Nayah langsung duduk dengan
keluhannya yang membuat sebagian
teman tertawa dan kasihan dengan
kondisinya. Maklum baru-baru
mendaki.
Gerimis, licin, gelap, dan
sandungan batu masih setia menemani
perjalanan kami. Kegelapan masih
terus bentrok dengan cahaya headline
yang berusaha mencari celah dalam
perjalanan. Cuma satu arah
pandangan pada saat itu, yaitu
pandangan kedepan sebagai jalan
yang akan ditempuh. Itulah mungkin
alasan teman-teman mendaki dimalam
hari, karena perjalanan tidak terasa
dengan memandang sekeliling.
Tak terasa perjalanan yang
sudah memakan waktu yang berjam-
jam, tibalah disuatu tempat dimana
tempat ini sangat mengesankan
namun menakutkan saat dipandang,
dan menyenangkan pada saat dilalui.
Jalanan inilah puncak dari seluruh
perjalanan yang telah terlewati
sebelumnya. masih jauhkah Boss?!
tanyaku pada Jefri. sudah dekat,
tinggal penurunan terjal ini, dan
pendakian yang terjal pula sebagai
pasangan dari turungan ini Bos.
Katanya. ohhati-hatiki Bos! kataku
membalas.
Dech.memang terjal
perjalanan ini, kemiringan dari
perjalanan ini sekitar 700
(tujuh puluh
derajat) dari normalnya, kataku
berbisik dalam hati.
Wiking, are you okey?
hahahakataku selalu menghibur
kelelahan teman-teman. Katanya
perjalanan ini lebih ekstrim daripada
perjalanan menuju Bawakaraeng. Tapi
semangat yang terus membara-
membara mengantarkan kami menuju
puncak yang tak terpikirkan sebelum
bahwa akan sampai di sana.
Sekitar pukul 02.15 WITA
puncak Talung kami injak dengan
perasaan bangga, senang, bercampur
dingin. Kesibukan mulai berganti, dari
mendaki hingga sampai puncak diganti
dengan kesibukan memasang tenda
untuk mencari tempat berteduh.
Dingin, dingin, dingin, dan dingin
plus menggigil menjadi satu dalam diri.
Penderitaan disembunyikan dengan
senyuman bercampur rasa terharu.
Sebenarnya waktu tidur telah
tiba dengan ditandainya tenda
perempuan dan tenda laki-laki berdiri.
Agak susah sih menjelaskannya.
Banyak hal yang terjadi diantara
kesenjangan waktu ini. Mulai teman
yang tidak bisa tidur akibat kedinginan,
memaksa diri untuk memejamkan mata
adalah tujuan kita bersama saat itu.
Sakit kepada menjadi teman setia, dan
menjadi penghibur tersendiri bagi
teman-teman yang sering dijangkiti
penyakit ini. Terutama saya yang
sering terkena penyakit semacam ini.
Rasa sakit yang tidak bisa sebenarnya
dijelaskan dengan kata-kata. Namun
bisa dijelaskan rasa mengeluh yang
sebenarnya bukan punyanya anak
teknik. (ahhahahanak teknik kok
mengeluh).
Saat-saat yang paling
dinantikan adalah waktu subuh tiba
dengan harapan matahari akan muncul
dengan membawa sinar
kehangatannya bagi semua manusia-
manusia-manusia yang
merindukannya. Kesibukan tersendiri
mulai dilakukan oleh orang-orangnya.
Hal yang terlucu dan menjadi
kenangan yang menyiksa seseorang,
tepat ceritanya dengan apa yang
dialami diriku. Aku tertidur dengan
keadaan berbeda dari teman. Bullung,
dekatku tega sekali memakai selimut
sendiri, padahal diriku kodong sangat
dingin sekali. Beberapa kali kutarik
selimutnya namun tak ada hasil yang
dibuai. Sabarkai Hasjum. Dan yang
paling menyiksa diriku saat itu ialah
semua anggota badanku jadi bantal
bagi teman-teman. Dechhmati
mamako Hasjum. Cuma satu doaku
saat itu, dalam hatiku terdalam Ya..
Allah, Kapanpi Subuh kodong?.
Rintihan yang taktersampaikan. Hingga
satu kesempatan, Rasni kumarah-
marahi. janganko tidur di lututku!
kataku agak suara tinggi.
Penderitaan akhirnya
terselesaikan dengan sendirinya.
Waktu yang dinantikan telah menginjak
kegembiraan. Alhamdulillah.
Suasana dingin semakin
menusuk tulang rusuk. Rasa yang lain
daripada yang lain terus berbaur.
Lapar + dingin + menggigil jadi
saksinya.
Rijal mengakhiri semuanya
dengan mengambil kamera. Suasan
berubah total. Ayu adalah salah satu
model utama pagi itu. Dengan fotonya
pertama yang mengudara dimemori
Ramma disusul dengan foto-foto
lainnya.
Inilah fotonya Ayu Ervira:
Setelah itu banyak foto yang
berserakan dimana-mana. (ahahah
kayak sampah aja). Ternyata yang
punya kamera belum bangun, Irfan
namanya. (kayaknya lagi mimpi
bertemu dengan istri-istrinya..hahahah,
hati-hatiki Bos). Suasana mulai
berubah dengan datangnya makhluk
halus yang satu ini :
Walaupun muka masih muram,
dia tetap semangat menatap masa
depannya yang sangat menjajikan.
Kayaknya dia semakin membusuk di
Ramma. Hati-hatiki.
Rangkaian kisah terus tercipta
dalam suasana ini. Ada yang
kehilangan Kacamata (Oiz Fahreza),
padahal ia lupakan di sadel motornya.
Dia kayaknya agak-agak mengamuk
dan tidak ikhlas menjalani sisa
hidupnya di Ramma (kayak mau is
Dead aja). Sabarki Bos dich!.
Foto terakhir sebelum pulang:
Waktu untuk berkemas telah
tiba dengan melakukan berbagai
aktivitas yang menjaga alam, baksos
diantaranya. Untuk tetap menjaga
kelestarian alam agar tetap terjadi
keseimbangan antara alam denga
manusianya.
Suasana berkemas tenda dan
baksos sederhana:
Perjalanan mulai dilakukan
dengan didahului doa bersama yang
dipimpin oleh Bullung.
Banyak hal yang terjadi dalam
perjalanan pulang. Nantikan ceritanya
dilain kesempatan.
HAL YANG PALING SERU!!!!
Cerita berikutnya. #bersambung
Sang Penulis:
Suardi Hasjum (#sh.-suardihasjum)

More Related Content

Menembus ramma' dengan harapan

  • 1. Cerpen: Menembus Rammadengan Sebuah Harapan #sh.-suardihasjum Jangan hadir hanya untuk dikagumi, tetapi hadirlah untuk dirindukan
  • 2. Pelaku: 1. Andi Muhammad Irfan 2. Wiking Bondong 3. Abdul Karim Syam 4. Suardi Hasjum 5. Nurfahmi 6. Laode Rahman 7. Syamsul Rijal 8. Ayu Ervira 9. Tarmizi Tahir 10.Andi Ridha Walinayah 11.Rasni Andriani Rusli 12.Shofyan As-Shiddiqh 13.Muhammad Jefri 14.Zulfikar 15.Ibnu Qoyyim
  • 3. Cerpen : Menembus Ramma dengan Harapan Realita kehidupan yang selalu ada untuk diceritakan merupakan sesuatu yang paling indah untuk dijelaskan, dipaparkan maupun dihayati dalam penyampaiannya. Menjadi penerobos atau kata kerennya perintis merupakan hal yang membanggakan bagi siapapun insan yang menjalani hal tersebut. Berawal dari sebuah cerita kecil- kecilan akan mencipkatan sebuah kisah yang menakjubkan yang sulit
  • 4. dijelaskan oleh perkataan, sulit diekspresikan oleh tindakan, dan tak cukup dengan penjelasan hati yang selalu berbeda setiap manusia yang memilikinya. Kadang, pemikiran yang kita miliki berbeda namun mempunyai arah dan tujuan yang sama. Menembus Ramma dengan Harapan: Liburan semester sebenarnya sudah lama berlangsung (23 Mei 2014). Akan tetapi masih banyak diantara para penuntut ilmu masih aktif di dunia Kampus yang semakin hari ke hari semakin sulit ditemukan mahasiswa. Pesan tiket bus, tiket pesawat dan planning untuk comeback
  • 5. to home merupakan topik utama sekitar tanggal 23 Mei sampai sekarang (07 Juni 2014). Bahkan jauh- jauh sebelumnya, ada diantara teman- teman yang telah dipesankan tiket oleh orang tuanya akan tetapi masih ada kuliahnya yang belum pasti kapan berakhirnya. Harapan-harapan yang sering muncul dalam menjalani kehidupan yang penuh PHP (kata kerennya) dari pengampuh mata kuliah tertentu semakin menjamur. Berbagai cerita telah telah rangkai dalam mengisi hari-hari itu. Mulai dari karaokean, refreshing malam, curhat-curhatan, berkunjung ke
  • 6. Air Terjun Parangloe, hingga mendaki salah satu tempat favorit para pencinta alam dengan mendakinya. Ramma adalah nama dari tempat tersebut. Lembah dan bukit jadi saksi perjalan pada saat menjajal tempat ini. Planning untuk ke Ramma merupakan planning singkat yang pernah tercipta dibenak para teman- teman. Karena kenapa, ini merupakan salah satu penelitian yang untuk sementara bisa dikatakan akurat, yaitu apabila sesuatu yang kita rencanakan jauh-jauh sebelum, maka sesuatu yang akan terjadi menyebabkan batalnya atau tidak maksimalnya acara tersebut
  • 7. (itu baru penelitian yang asal-asalan). Jadi inisiatif para teman-teman, apa yang kita akan lakukan direncanakan satu atau dua hari sebelum hari H-nya. Tahap Planning (perencanaan) Dimulai dari pemikiran para teman-teman yang sangat kreatif mengisi kekosongan. Andi Muhammad Irfan (Irfan) adalah salah seorang penggagas dari kegiatan ini. Dia berpendapat bahwa daripada kita seperti ini, lebih baik kita mendaki ke Ramma. Pendapat itu disambut baik oleh teman-teman yang lain seperti Tarmizi Tahir (Oiz Fahreza), Syamsul Rijal (Rijal), Ayu Ervira (Ayu), Laode
  • 8. Rahman (Bullung), Nurfahmi (Ami), Rasni Andriani Rusli (Rasni), Muhammad Jefri (Jefri), Gesna (Koas tercinta kami) dan Saya Sendiri Suardi Hasjum (#sh.-suardihasjum). Sebenarnya banyak orang yang ingin melibatkan dirinya dalam kegiatan ini, tapi satu dan lain hal yang membuat mereka tidak bisa ikut. Seperti halnya Dwi Handayani (Dwi), Cakra Widia Stuti (Cakra je) yang tiba-tiba mendapat panggilan dari orang tuanya. Sebenarnya berat meninggal mereka yang tak sempat ikut pada saat itu. Tetapi satu tekad yang tak terbendung dari Kami yaitu, ingin
  • 9. menwujudkan harapan bukan sekedar ucapan, akan tetapi sebuah pembuktian yang sulit dijangkau oleh orang lain. Walaupun dijangkau oleh mereka, akan tetapi tak semuanya bisa memaknai apa yang kita akan jangkau. Sekitar Pukul 14.00 Wita (selepas sholat Jumat), teman-teman mulai berdatangan dari berbagai penjuru (heheh.angin mungkin, datangnya segala penjuru). Di awali dengan Sofhyan As-Shydiqh (Sofyan), Ami, Rasni, Ayu, Irfan, serta Oiz yang perlangkapannya paling lengkap (maklum seorang pendaki dari
  • 10. Bulukumba..hehehe). Perlengkapan memang penting dalam kegiatan ini, seperti carel (tas besar), portable (kompor kecil), SB (sleepingbag), dan masih banyak istilah yang masih kurang saya pahami dan tahu. Beberapa diskusi yang terjadi saat itu. Ohiya, sementara diskusi salah satu teman memberi pesan singkat kepadaku. Andi Ridha Walinayah (Nayah) tepatnya. Dia mau ikut asalkan ada sandal yang cocok dengannya karena dia tidak sempat membeli sandal dikarenakan waktu yang mepet, katannya. Serta temannya mau ikut juga asalkan ada yang motor
  • 11. yang kosong untuk ditumpangi. Saat itu juga, Abdul Karim Syam (Karim) dan Ibnu Qoyyim (Qoyyim) terbayang dibenakku untuk jadi solusi. Aku mengontak dan langsung ia sanggup untuk bergabung. Waktu telah tiba untuk berangkat. Koas kami sibuk mencari solusi dengan masalah kami pada saat itu, diantara motor dan perlengkapan lainnya. Aku menjemput Nayah, serta teman-teman yang lain dalam persiapan. Kuingat saat itu, kalau tidak sanggupki jalan, jangan maki pergi di?!, kataku. ia Suardi bisaja, katanya membalas. Telah diatur pasangan-pasangan boncengan,
  • 12. dihindari tidak ada perempuan yang mengemudi. Oiz dengan Rasni, Irfan dengan Nayah, Bullung dengan Ami, Rijal dengan Ayu, Wikin dengan Jefri, Qoyyim, Karim dengan Sule, dan Sofhyan dengan Saya. Perlengkapan-perlengkan telah siap untuk dibawah. Motor telah siap meluncur (heheroket kapan), dan manusia-manusianya telah siap menghadapi tantangan. Tepat pada pukul 16.40 WITA, pengalaman pertama dalam hidupku dimulai dengan melakukan perjalanan ke Ramma. Jalur yang dilewati, ialah jalur Samata kerena agak dekat
  • 13. katanya. Akan tetapi pada saat akan keluar ke jalur poros Malino, kami menemukan jalanan yang paling menantang yang mengharuskan kami harus jalan beberapa meter. Perjalanan dilalui dengan canda tawa. Jalanan berdebu jadi saksi bisu kenangan perjalanan kami (sok puitis loch..hahah). Beberapa waktu telah terlewati, hingga sampai pada sebuah Pertamina dimana teman-teman berhenti sejenak untuk istrahat melepaskan rasa lelahnya. Sekaligus sebagian dari kami yang beragama islam melakukan kewajibannya yaitu menunaikan sholat fardu magrib.
  • 14. Sofhyan, Qoyyim, Sule, dan Say melaksanakan sholat secara berjamaan dengan kesepakatan sholat magrib dan isya diqasar. Kami bercanda setelah itu. Waktu menunjukkan pukul 06.37 WITA, berangkat menuju tujuan. Beberapa kilometers berlalu, hingga tiba di sebuah tempat makan untuk melepaskan rasa lapar dan haus untuk sejenaknya. Wikin dan Jefri tidak sempat singgah saat itu, karena agak cepat cara mengemudinya dan tidak ada komunikasi sebelumnya bahwa kita akan transit (kayakkapal aja).
  • 15. Bullung dan Ami berusaha mengejar mereka, tetapi tidak sempat bertemu. Kita makan dengan menu yang sama, yaitu Bakso + Mie + Buras. Kami makan dengan lahapnya (heheh..lapar Bos). Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan hingga sampai pada tempat penyimpanan barang- barang dan kendaraan. Tepat pada pukul 20.30 WITA persiapan pendakian dimulai. Tepat pada saat itu, kakak senior angkatan 12 akan melakukan pendakian ke Gunung Bawakaraeng. Kita ditawari untuk berangkat sama-sama hingga Pos 1. Sebelum kami berangkat,
  • 16. diawali dengan diskusi singkat yaitu masalh apa yang harus kita lakukan, dan tak pantas kita lakukan pada saat melakukan pendakian. Kuingat saat itu, saya dipersilahkan bicara diantara teman-teman. Kusampai saat itu masalah adat-adat memasuki daerah baru yang tak pernah dimasuki sebelumnya. Dan Oiz menambahkan sedikit masalah peraturan mendaki yang baik, seperti diberikan nomor urut masing-masing dengan cara berhitung. Dan acara terakhir sebelum berangkat ialah berdoa bersama yang dipimpin oleh Saya sendiri.
  • 17. Kegiatan pendakian dimulai tepat pukul 20.43 WITA. Berangkat dengan penuh harapan dan keyakinan. Kami terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok senior (4 orang) dan Kami (15 orang). Perjalanan terus berlanjut, hingga sampai gapura gerbang masuk. Ada sesuatu yang terlupakan di tempat penitipan kendaraan, yaitu tripod tempat kamera melekat pada saat foto bersama. Irfan dan Saya berlari untuk mengambil barang tersebut. mau mungkin dimlling itu teman-teman Bos? kataku bercanda. hahahohh,,,hati-hatiki Bos! katanya ketawa. Cuma beberapa menit perjalanan kami ludes. Akhirnya kamu
  • 18. kembali bergabung dengan rombongan. Perjalanan dimulai kembali tepat digabura pintu masuk yang bertuliskan selamat datang para pendaki Bawakaraeng, kurang lebih tulisannya seperti itu. Headline atau senter kepala hanya beberapa orang yang sempat bawa pada kesempatan itu. Perjalanan terus berlanjut dengan melalui jalan yang begitu gelap, berbatu, ditambah lagi dengan tanah yang licin serta suasanan yang sangat dingin kebetulan pada saat itu hujan turun walaupun gerimis tapi sangat mempengaruhi cepat atau lambatnya
  • 19. perjalanan. Keluhan demi keluhan mulai terdengar dari cara gerak dan tingkah teman-teman. Nayah saat itu merupakan pelopor pertama pengeluhan. Padahal baru seperempat perjalanan menuju pos 1. Menurut data yang diketahui jarak antara gapura dan pos 1 ialah 1730 meter. Ini merupakan jarak yang terjauh dari semua pos yang akan dilalui pada saat mendaki gunung Bawakaraeng. Jalanan berliku dilalui dalam suasana gelap, licin, dan berbatu. Hanya beberapa penerang berupa headline yang menemani perjalanan kami. Sebelum masuk suasana hutan,
  • 20. terlebih dahulu kami melewati sebuah pagar yang agak tinggi untuk dilewati. Antusias teman-teman masih sangat tinggi. Seiring dengan perjalanan yang terus berlanjut mengantarkan pada suatu tempat dimana hutan, hutan, dan hutan menjadi saksi perjalanan kami. Tak banyak hal yang bisa kami pandang kecuali kegelapan yang menyelimuti suasana perjalan kami. Sekitar setengah perjalanan ada sejenis papan informasi yang kayaknya tidak sempat berfungsi sesuai dengan asli. Papan informasi itu hanya berisikan tulisan-tulisan para pendaki dengan coretan-coretan nama dan nomor telponnya.
  • 21. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 22.00 WITA menandakan kami telah tiba di pos 1. Di sinilah kami berpisah dengan senior 12. Banyak hal yang terjadi dalam perjalanan ini yang sulit untuk dijelaskan. Ada sejenis kata-kata motivasi yang tertera pada sebuah patot yang tercipta dari semen karya Ekspedisi NKRI 2013. Kata motivasi sakaligus harapan yang diungkapkan secara tersirat yang ingin disampaikan kepada para pendaki yang hendak menginjakkan kakinya di Bawakaraeng maupun di Ramma. jadikan alam sebagai sahabatmu, dan tuntunlah adat dalam menapaki perjalanan, kurang lebih isinya seperti
  • 22. itu. Di pos 1 ini pula banyak pendaki yang sempat kami temui dalam keadaan istrahat. Duluan Kak,?!, kata ini yang sering terdengar pada saat bertemu dengan pendaki lain. Baik itu senior maupun junior. mungkin inikah salamnya pada saat pendakian? bisikku dalam hati. Tapi, kuingat saat singgah makan, pertanyaan kulemparkan pertanyaan pada Oiz tentang apakah salam para pencinta alam. salam lestari, katanya. Ohmungkin cuma untuk mencari celah untuk menyapa para pendaki yang lain.
  • 23. Pertanyaan-pertanyaan sering terdengar nyaring yang asalnya dari teman-teman cowoknya untuk para teman cewek. bagaimana Ami, aman?, bagaimana Nayah, aman?, bagaimana Rasni, aman?, bagaimana Ayu, aman?, dan yang paling lucu pertanyaan yang sering terdengar oleh teman-teman pada saat kapan dan di mana pun ialah Wiking, are you okey?, hahahah ! Dengan cepat pertanyaan ini langsung mendapat respon dari yang bersangkutan, yes. Im Okey Saling merangkul dalam melangkah itulah slogan kami saat itu.
  • 24. Pada saat terjadi sesuatu, baik itu kubu bagian belakang maupun kubu bagian depan, tahantahan! kata ini yang terdengar yang menandakan kita harus berhenti untuk menunggu teman yang mengalami masalah. Kuingat saat itu Nayah langsung duduk dengan keluhannya yang membuat sebagian teman tertawa dan kasihan dengan kondisinya. Maklum baru-baru mendaki. Gerimis, licin, gelap, dan sandungan batu masih setia menemani perjalanan kami. Kegelapan masih terus bentrok dengan cahaya headline yang berusaha mencari celah dalam
  • 25. perjalanan. Cuma satu arah pandangan pada saat itu, yaitu pandangan kedepan sebagai jalan yang akan ditempuh. Itulah mungkin alasan teman-teman mendaki dimalam hari, karena perjalanan tidak terasa dengan memandang sekeliling. Tak terasa perjalanan yang sudah memakan waktu yang berjam- jam, tibalah disuatu tempat dimana tempat ini sangat mengesankan namun menakutkan saat dipandang, dan menyenangkan pada saat dilalui. Jalanan inilah puncak dari seluruh perjalanan yang telah terlewati sebelumnya. masih jauhkah Boss?!
  • 26. tanyaku pada Jefri. sudah dekat, tinggal penurunan terjal ini, dan pendakian yang terjal pula sebagai pasangan dari turungan ini Bos. Katanya. ohhati-hatiki Bos! kataku membalas. Dech.memang terjal perjalanan ini, kemiringan dari perjalanan ini sekitar 700 (tujuh puluh derajat) dari normalnya, kataku berbisik dalam hati. Wiking, are you okey? hahahakataku selalu menghibur kelelahan teman-teman. Katanya perjalanan ini lebih ekstrim daripada perjalanan menuju Bawakaraeng. Tapi
  • 27. semangat yang terus membara- membara mengantarkan kami menuju puncak yang tak terpikirkan sebelum bahwa akan sampai di sana. Sekitar pukul 02.15 WITA puncak Talung kami injak dengan perasaan bangga, senang, bercampur dingin. Kesibukan mulai berganti, dari mendaki hingga sampai puncak diganti dengan kesibukan memasang tenda untuk mencari tempat berteduh. Dingin, dingin, dingin, dan dingin plus menggigil menjadi satu dalam diri. Penderitaan disembunyikan dengan senyuman bercampur rasa terharu.
  • 28. Sebenarnya waktu tidur telah tiba dengan ditandainya tenda perempuan dan tenda laki-laki berdiri. Agak susah sih menjelaskannya. Banyak hal yang terjadi diantara kesenjangan waktu ini. Mulai teman yang tidak bisa tidur akibat kedinginan, memaksa diri untuk memejamkan mata adalah tujuan kita bersama saat itu. Sakit kepada menjadi teman setia, dan menjadi penghibur tersendiri bagi teman-teman yang sering dijangkiti penyakit ini. Terutama saya yang sering terkena penyakit semacam ini. Rasa sakit yang tidak bisa sebenarnya dijelaskan dengan kata-kata. Namun bisa dijelaskan rasa mengeluh yang
  • 29. sebenarnya bukan punyanya anak teknik. (ahhahahanak teknik kok mengeluh). Saat-saat yang paling dinantikan adalah waktu subuh tiba dengan harapan matahari akan muncul dengan membawa sinar kehangatannya bagi semua manusia- manusia-manusia yang merindukannya. Kesibukan tersendiri mulai dilakukan oleh orang-orangnya. Hal yang terlucu dan menjadi kenangan yang menyiksa seseorang, tepat ceritanya dengan apa yang dialami diriku. Aku tertidur dengan keadaan berbeda dari teman. Bullung,
  • 30. dekatku tega sekali memakai selimut sendiri, padahal diriku kodong sangat dingin sekali. Beberapa kali kutarik selimutnya namun tak ada hasil yang dibuai. Sabarkai Hasjum. Dan yang paling menyiksa diriku saat itu ialah semua anggota badanku jadi bantal bagi teman-teman. Dechhmati mamako Hasjum. Cuma satu doaku saat itu, dalam hatiku terdalam Ya.. Allah, Kapanpi Subuh kodong?. Rintihan yang taktersampaikan. Hingga satu kesempatan, Rasni kumarah- marahi. janganko tidur di lututku! kataku agak suara tinggi.
  • 31. Penderitaan akhirnya terselesaikan dengan sendirinya. Waktu yang dinantikan telah menginjak kegembiraan. Alhamdulillah. Suasana dingin semakin menusuk tulang rusuk. Rasa yang lain daripada yang lain terus berbaur. Lapar + dingin + menggigil jadi saksinya. Rijal mengakhiri semuanya dengan mengambil kamera. Suasan berubah total. Ayu adalah salah satu model utama pagi itu. Dengan fotonya pertama yang mengudara dimemori Ramma disusul dengan foto-foto lainnya.
  • 32. Inilah fotonya Ayu Ervira: Setelah itu banyak foto yang berserakan dimana-mana. (ahahah kayak sampah aja). Ternyata yang punya kamera belum bangun, Irfan namanya. (kayaknya lagi mimpi bertemu dengan istri-istrinya..hahahah, hati-hatiki Bos). Suasana mulai
  • 33. berubah dengan datangnya makhluk halus yang satu ini : Walaupun muka masih muram, dia tetap semangat menatap masa depannya yang sangat menjajikan. Kayaknya dia semakin membusuk di Ramma. Hati-hatiki. Rangkaian kisah terus tercipta dalam suasana ini. Ada yang kehilangan Kacamata (Oiz Fahreza), padahal ia lupakan di sadel motornya. Dia kayaknya agak-agak mengamuk
  • 34. dan tidak ikhlas menjalani sisa hidupnya di Ramma (kayak mau is Dead aja). Sabarki Bos dich!. Foto terakhir sebelum pulang: Waktu untuk berkemas telah tiba dengan melakukan berbagai aktivitas yang menjaga alam, baksos diantaranya. Untuk tetap menjaga kelestarian alam agar tetap terjadi keseimbangan antara alam denga manusianya.
  • 35. Suasana berkemas tenda dan baksos sederhana: Perjalanan mulai dilakukan dengan didahului doa bersama yang dipimpin oleh Bullung. Banyak hal yang terjadi dalam perjalanan pulang. Nantikan ceritanya dilain kesempatan. HAL YANG PALING SERU!!!! Cerita berikutnya. #bersambung
  • 36. Sang Penulis: Suardi Hasjum (#sh.-suardihasjum)