Dokumen tersebut membahas tentang isolasi dan skrining mikroorganisme selulotik. Mikroorganisme selulotik dapat memproduksi selulosa dari berbagai sumber karbon seperti limbah pertanian dan dapat membantu dekomposisi bahan organik melalui produksi enzim.
1 of 5
Downloaded 32 times
More Related Content
Mikroorganisme Selulotik
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap sel hidup mengandung enzim ratusan banyaknya. Di dalam biji-bijian kita dapati
bermacam-macam enzim didalam keadaan yang paling lengkap. Tidak semua sel mengandung
jumlah dan jenis enzym yang sama. Ada enzym yang selalu terdapat dalam setiap sel, misalnya
enzim-enzim pernapasan, ada juga enzim-enzim yang hanya terdapat pada jaringan atau alat-alat
yang tertentu saja. Kebanyakan enzim itu terdapat di protoplasma, sedikit benar yang terdapat
didalam vakuola atau dalam dinding sel (Dwidjoseputro, 1980).
Selulosa adalah glikosan yang banyak terdapat didalam tubuh tumbuhan. Zat ini
merupakan konstituen pokok tiap-tiap dinding sel. Satu molekul selulosa dapat dibayangkan
menjadi suatu pita rangkaian paling sedikit 1000 molekul glukosa (硫-D glukosa). Beberapa jenis
bakteri, jamur dan beberapa inverterbrata seperti tetimidae (rayap) memiliki enzim selulosa,
sehingga mereka itu dapat mencerna selulosa. Serabut kapas dapat dikatakan suatu selulosa
murni (Dwidjoseputro, 1980).
Selulosa menunjukkan suatu bentuk senyawa kimiawi terpisah (tunggal). Sehubungan
dengan perbedaan-perbedaan dalam sifat/keadaan berbagai kotoran penyerta, selulosa dari
sumber yang berbeda dapat memperlihatkan dengan jelas perbedaan sifat-sifat fisiknya (Sutedjo,
dkk, 1995).
Didalam alam, mikroorganisme terdapat sebagai populasi campuran dari berbagai
mikroba yang berbeda. Dengan ilmu pengetahuan tentang mikrobiologi maka dapat dipelajari
spesies mikroba yang telah dipisahkan (diisolasi), tumbuh dalam suatu lingkungan yang bebas
2. dari pencemaran oleh bentuk-bentuk kehidupan lain. Untuk mempelajari kehidupan mikroba
perlu dilakukan kulturisasi (pembiakan) dan isolasi (pemisahan) yanmg umumnya membutuhkan
teknik-teknik tertentu (Nasir, 2002).
Mikroorganisme yang menghuni suatu ekosistem mempertunjukkan bermacam-macam
tipe asosiasi interaksi diantara spesies. Beberapa diantaranya bersifat netral (artinya spesisesspesies yang bersangkutan tidak berpengaruh). Beberapa bersifat menguntungkan atau bersifat
positif bagi suatu anggota atau lebih, yang lain bersifat merugikan atau negatif bagi suatu
anggota atau lebih. Dengan dibiarkannya setiap tipe asosiasi atau interaksi yang berlainan, maka
diberikanlah suatu etiket deskriptif khusus, sebagaimana dapat diduga banyak dari antara asosiasi
ini dapat dengan tidak mudah dimasukkan kedalam kategori pasti. Istilah umum simbiosis
digunakan untuk menamakan hubungan yang ada bila dua atau lebih organisme hidup bersama
(Pelczar dan Chan, 1998).
3. TINJAUAN PUSTAKA
A. Isolasi
Prinsip dari isolasi mikroorganisme adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan
dengan menumbuhkannya dalam media padat, Karena dalam media padat sel-sel mikroba akan
membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya (Sutedjo, dkk, 1995).
Jika sel-sel tersebut tertangkap oleh media padat pada beberapa tempat yang terpisah,
maka setiap sel atau kumpulan sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang
terpisah, sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya. Sel-sel akan diisolasi dalam tabungtabung reaksi atau cawan petri yang terpisah. Isolasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu cara
penggoresan, penaburan dan penyiraman (Sutedjo, dkk, 1995).
Untuk mencegah tercemarnya udara diseluruh laboratorium dengan udara yang
terkontam,inasi, diperlukan suatu ruangan khusus untuk melakukan isolasi. Tempat isolasi dan
identifikasi ini harus mempunyai tekanan udara negatif terhadap ruangan diluarnya untuk
mencegah keluarnya udara dari ruanagan searah saja. Udara bersih memasuki ruangan tersebut
dan kemudian meninggalkannya melalui suatu jalan keluar menuju udara terbuak (Nasir, 2002).
B. Skreening
Ada beberapa teknik yang dapat diginakan untuk mengggores cawan. Dua cara
penggoresan akan memerikan hasil yang baik bila dikerjakan dengan tepat. Tujuan utama dari
penggoresan cawan ini adalah untuk menghasilkan koloni-koloni bakteri yang tgerpisah dengan
baik dari suspense sel yang pekat. Srlama inokulasi, kumpulan-kumpulan sel pada pemulaan
4. penggoresan akan membentuk koloni yang berjalan bersama, tetapi setelah penggoresan
berlansung lebih jauh maka sel-sel yang tertinggal dalam tetesan-tetesan yang terbawa oleh
jarum makin sedikit (Burrow, 1959).
Hampir tidak terbatas jumlah medium biakan yang dapat digunakan untuk
menumbuhakan jamur dan bakteri patogenik tumbuhan. Beberapa diantaranya bersifat sintesis
sama sekali, terbuat dari senyawa kimia tertentu dengan takaran yang jelas dan biasanya sangat
spedifik terhadap pathogen tertentu. Beberapa diantaranya berupa cairan atau semi cair (Wood,
2008).
Untuk menumbuhkan suatu biakan bakteri dalam media steril sejumlah sel-sel
dipindahkan kedalam media dengan perlakuan khusus untuk mempertahankan kemurnian dari
biakan. Pada waktu inokulasi, jarum yang digunakan untuk memindahkan mikroba harus
dipijarkan diatas api bunsen. Pemanasan ini menghancurkan setiap bentuk kehidupan yang ada
pada pemuliaan jarum. Bagian jarum yang diapanaskan bagiab ujungnya saja tetapi termasuk
juga bagian bawahnya (Sutedjo, dkk, 1995).
C. Mikroorganisme Selulotik
Peranan terpenting mikroorganisme ialah untuk membawa perubahan kimiawi pada
substansi-substansi terutama pengubahan organic menjadi persenyawaan anorganik. Selulosa
dapat diproduksi dari berbagai jenis karbohidrat, baik seperti limbah berlignoselulosa.
Trichoderma resei tumbuh baik pada glukosa, xilosa, laktosa, jerami padi, sedangkan
trichoderma resei tidak tumbuh pada bagas trebu. Pada produksi selulosa menggunakan
Aspergillus niger dari limbah pertanian diperoleh dari jerami pohon jagung (Anwar, dkk, 2010).
5. Semua mikroorganisme penghasil selulosa tinggi, memproduksi selulosa dengan baik jika
ditumbuhkan pada selulosa. Penggunaan sumber karbon yang larut seperti laktosa, selobiosa dan
hidrolisat sellulosa untuk produksi selulosa memungkinkan produktivitas yang tinggi tetapi
aktivitas enzimnya kurng, sedangkan sumber karbon yang sukar dirombak, produktivitasnya
lebih rendah tetapi aktivitas enzimnya tinggi (Anwar, dkk, 2010).
Mikroorganisme selulotik yang terlibat dalam dekomposisi bahan-bahan organik adalah
bakteri, aktinomicetes dan fungi. Mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik
mengeluarkan enzim, yaitu substansi protein, yang bertanggung jawab terhadap dekomposisi,
dengan cara mengurangi aktivitas energi senyawa-senyawa tertentu yang diperlukan untuk
memecah ikatan bahan organik atau lingkungan alaminya (Hanafiah, dkk, 2004).