Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas model pembelajaran bahasa Indonesia bernama Model Tembakan Buser Nakal (TBN) yang dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa.
2. Model TBN terdiri dari 8 tahapan yaitu Temukan, Elaborasi, Merancang, Berdiskusi, Analisis, Komunikasikan, Buser (Budaya dan Sejarah), dan Nakal (Naskah Lokal).
3. Has
1 of 8
More Related Content
Model Pembelajaran TEMBAKAN BUSER NAKAL
1. 1
Model Tembakan Buser Nakal dalam Pembelajaran Keterampilan
Berbahasa Indonesia: (Sebuah Best Practice)
Dr. Sofyan, M.Pd
Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Kota Jambi
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah kebutuhan manusia yang sangat mendasar. Manusia akan tertinggal
tanpa pendidikan. Proses pelaksanaan pendidikan dapat mengacu pada pilar belajar untuk
melakukan sesuatu (learning to do). Pilar ini lebih menekankan pada konsep bahwa proses
pembelajaran yang berlansung mengarah pada aktivitas siswa (student centre). Siswa
diharuskan mampu mengaktualisasi keterampilan yang dimilikinya, di samping bakat dan
minat yang dimilikinya sejak awal. Siswa tidak hanya dituntut mengembangkan
kemampuan sain sebagai kemampuan otak kiri, tetapi siswa juga harus mengembangkan
kreativitas seni, budaya, imanjinasinya, dan kecerdasan berbahasa sebagai bentuk dari
kreativitas otak kanan. Pada akhirnya melahirkan jiwa-jiwa yang berkarakter dan berbudi
pekerti luhur. Menciptakan lulusan sekolah yang berkarakter dan berbudi pekerti luhur
inilah usaha yang perlu dilakukan sejak dini, sehingga pada akhirnya siswa mengikuti
proses pembelajaran di sekolah tidak hanya berorientasi sekedar untuk lulus ujian akhir,
tetapi juga memiliki visi yang kuat dan mendalam tentang kehidupan masa depannya.
Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber
belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan (Sadiman 1984, Degeng 1993, Uno 2006). Dalam proses pembelajaran
siswa merupakan subjek yang belajar dan guru merupakan subjek yang mengajar.
Mengajar adalah menbantu seseorang atau kelompok melakukan kegiatan belajar sehingga
proses pembelajaran dapat berlangsung efektif. Ciri-ciri pembelajaran yaitu: (1) upaya
sadar dan sengaja, bukan kegiatan insidental tanpa persiapan; (2) merupakan pemberian
bantuan yang memungkinkan siswa dapat belajar; dan (3) lebih menekankan pada
pengaktifan siswa, karena yang belajar adalah siswa bukan guru.
Usaha mengubah prilaku dan membelajarkan siswa dapat dilakukan melalui model
tertentu. Prinsip dalam mendesain pesan sebuah model pembelajaran, meliputi: (1) prinsip
partisipasi aktif siswa; (2) prinsip motivasi, kegiatan belajar tidak akan terjadi bila tidak
2. 2
ada motivasi; (3) prinsip pengetahuan akan hasil dan umpan balik; dan (4) prinsip belajar
sebagai kegiatan perorangan, karena setiap siswa mempunyai kemampuan belajar sendiri
(Fleming, 1981).
Aktivitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh bahasa sebagai media komunikasi.
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sikap, keterampilan, dan
spiritual siswa dalam upaya menwujudkan penguasaan hasil belajar. Bahasa merupakan
penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang keilmuan. Secara umum
permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tidak jauh berbeda
dengan pembelajaran lainnya, yaitu rendahnya motivasi belajar siswa sebagai akibat
minimnya inovasi penerapan model pembelajaran. Sebagai bidang humaniora yang
mempelajari tentang fenomena dan perilaku kehidupan sosial, pembelajaran Bahasa
Indonesia membutuhkan suatu keterampilan tersendiri bagi guru dalam membelajarkan
siswanya.
Salah satu upaya yang diyakini dapat mengembalikan hakikat pembelajaran
Bahasa Indonesia ke jalurnya adalah dengan mengembangkan sebuah model pembelajaran
yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan belajar siswa. Pembelajaran yang
berawal dari kebutuhan dan karakteristik siswa diyakini akan membuat siswa lebih
bersemangat untuk mewujukan kebutuhannya sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Dalam kondisi seperti ini peran guru hanyalah sebagai inspirator. Guru
bertugas memberikan semangat, memfasilitasi, dan memberikan inspirasi yang dapat
membuka wawasan siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilan yang
dikuasainya.
Gagasan pengembangan model pembelajaran inovatif dan inspiratif telah penulis
lakukan selama lima tahun terakhir. Gagasan pengembangan model dilandasi pada
pembelajaran yang berbasis kelas dan mengolaborasikan aktivitas siswa dan guru dalam
penguasaan teknologi yang ada. Desain model pembelajaran yang dikembangkan
merupakan implementasi dan upaya menguji keefektifan model dalam upaya mengatasi
persoalan-persoalan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa. Hal ini penting
dilakukan mengingat pembelajaran harus selalu diperbaharui.
Model pembelajaran yang dikembangkan adalah Model “Tembakan Buser Nakal”
atau disingkat Model TBN. Model TBN didasari oleh konsep pembelajaran yang
dikembangkan oleh Ki Hajar, bahwa guru harus menghamba pada sang anak. Artinya,
bahwa guru harus melayani kebutuhan belajar siswa. Guru harus menjadi mitra, teman,
2
3. 3
sekaligus orang tua dalam proses pembelajaran. Model TBN berorientasi produk yang
berbasis kepada sejarah dan budaya lokal. Pembelajaran dengan model TBN lebih
menekankan pada pendekatan konstruktivistik yang kontekstual dengan tetap
mengedepankan visi masa depan yang up to date.
Model TBN merupakan akronim dari langkah-langkah dalam pembelajaran
keterampilan berbahasa Indonesia yang inovatif dan inspiratif. Kata Tembakan dapat
diurai, sebagai berikut: (T) Temukan; (E) Elaborasi; (M) Merancang; (B) Berdiskusi; (A)
Analisis; dan (Kan) Komunikasikan. Sementara itu, kata Buser Nakal dapat diurai: (Bu)
Budaya; (Ser) Sejarah dan (Nakal) naskah lokal.
Secara sederhana, model TBN diartikan sebuah model pembelajaran yang berusaha
mengaktifkan cara belajar siswa dengan langkah-langkah menemukan, mendalami secara
cermat, merancang tulisan, mendiskusikan gagasan, melakukan analisis, dan
mengomunikasikan aktivitas yang dipelajari tentang budaya dan sejarah lokal. Tema lokal
dikemas dengan visi dan konsep modern. Pengembangan model pembelajaran ini untuk
menjawab permasalahan, “Bagaimanakah implementasi model Tembakan Buser Nakal
dalam pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia?”
B. Cara Penyelesaian Masalah
Cara penyelesaian masalah pembelajaran keterampilan berbahasa dengan model
TBN, adalah sebagaimana diuraikan berikut ini.
1. Temukan
Tahap ini siswa diminta secara aktif untuk memenukan dan menuliskan ide kreatif
yang akan dituliskan dan dibicarakan dalam pembelajaran. Ide kreatif tersebut tentu
saja berhu-bungan dengan kompetensi yang akan dicapai, yaitu keterampilan
memahami teks prosesur. Ide yang diminta dari siswa adalah yang berhubungan
dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Siswa menuliskan ide kreatifnya
dalam lembar kerjanya.
2. Elaborasi
Ide yang telah dituliskan pada tahap pertama, selanjutnya didalami secara cermat.
Pada tahap ini siswa diminta untuk mendalami dan menjelaskan secara cermat ide
yang akan dituangkan dalam keterampilan menulis, termasuk di dalamnya ide-ide
pendukung yang diperlukan untuk memperkuat ide utama.
4
4. 4
3. Merancang
Setelah menemukan dan melakukan pendalaman, tahap berikutnya siswa diminta
untuk merancang draf tulisan prosedur yang akan dikembangkan. Tahap ini penting
dilakukan agar siswa tidak kehilangan jejak tentang tahapan-tahapan yang akan
dituliskan dan akan dikomunikasikan. Rancangan dibuat dalam bentuk kerangka
tulisan. Langkah ini penting dilakukan. Penting karena langkah ini merupakan
panduan bagi siswa untuk dapat belajar dan terampil dalam menulis.
4. Berdiskusi
Berdiskusi merupakan tahapan di mana siswa meminta pendapat teman-temannya dan
sebaliknya, memberikan masukan kepada teman lainnya. Langkah ini diperlukan
untuk membangun komnukasi interpersonal siswa dan membangun interkasi multiarah
bagi siswa untuk meyakini, bahwa topik atau ide yang telah ia tentukan dapat
dikerjakan dengan baik. Berdiskusi juga dilakukan untuk membangun budaya dan
karakter saling menghargai dan bersikap jujur serta bertanggung jawab atas apa yang
telah dibuat.
5. Aksi
Hasil diskusi sebagaimana tahap sebelumnya, selanjutnya dikembangkan dalam
bentuk tulisan/teks prosedur yang baik. Pada tahap analisis ini, siswa dapat meminta
pendapat guru, teman, dan mencari data dari berbagai sumber.
6. Komunikasikan
Tahap komunikasi merupakan tahapan di mana siswa menyampaikan hasil unjuk
kerjanya berupa teks prosedur yang sudah ia kerjakan. Pada tahap
mengkomunikasikan, siswa dapat melakukannya melalui beberapa cara, yaitu diskusi
kelas, majalah dinding, dan melalui group jejaring sosial yang dibentuk di kelas. Pada
tahan komunikasi ini, siswa berusaha menyampaikan karya terbaik yang dia buat dan
siap menerima masukan dari temannya atau pembaca.
7. Buser
Buser merupakan akronim dari Budaya dan Sejarah. Mengapa budaya dan sejarah?
Hal ini dilandasi oleh teori, bahwa siswa akan lebih mudah menuangkan ide kreatif
dari apa yang ia kenal. Budaya dan sejarah yang dimaksudkan dalam model
pembelajaran ini adalah budaya dan sejarah masyarakat Jambi. Di samping siswa telah
mengenal dan mengetahui secara kontekstual, penggunaan topik budaya dan sejarah
Jambi adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam rangka menjaga,
5. 5
mengembangkan, dan mengaplikasikan nilai-nilai budaya dan sejarah dalam
kehidupannya sehari-hari. Hal ini penting mengingat derasnya pengaruh budaya dan
sejarah asing masuk ke dalam sendi-sendi pengetahuan dan sikap siswa. Melalui
model pembelajaran Tembakan Buser Nakal ini maka diharapkan siswa memiliki
kearifan dan kecerdasan lokal di tengah-tengah perkembangan yang semakin
mengglobal.
8. Nakal
Nakal merupakan akronim dari ‘naskah lokal.” Istilah naskah dalam penelitian
tindakan ini diidentikkan dengan teks. Model ini mengacu kepada paradigma baru
pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu pembelajaran berbasis teks. Teks dalam konteks
ini berarti satuan bahasa yang dimediakan secara tertulis atau lisan dengan tata
organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna dalam konteks tertentu pula.
Pengertian ini berimplikasi, bahwa teks dapat muncul dalam bentuk lisan maupun
tulisan yang tidak terlepas dari sistem bahasa pada konteksnya. Sementara itu, kata
‘lokal’ dimaksudkan segala ide yang bersumber dari kearifan lokal, dalam konteks
penelitian ini adalah budaya dan sejarah lokal. Pengangkatan tema kearifan lokal
dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam membangun
pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dan konteks (lingkungan) tempat
tinggalnya. Hal ini untuk mempermudah kemampuan siswa memahami dan
mengaplikasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan barunya dalam pembelajaran.
Hasil pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa model TBN
mencerminkan adanya peningkatan pemahaman pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran, tingkat pemahaman siswa terhadap
topik pembelajaran mengalami peningkatan yang cukup baik. Awalnya tidak ada siswa
yang memahami materi pembelajaran secara baik, bahkan masih terdapat 12,50% siswa
yang kurang memahami.
Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya, siswa yang memahami ada 35%,
pemahaman baik 62,50%, cukup memahami 2,5% dan yang kurang sudah tidak ada lagi.
Angka ini menggambarkan, bahwa siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
Siswa berpendapat bahwa pembelajaran dapat diikuti dan menyenangkan serta dapat
mengembangkan kreativitas. Kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran secara
menyenangkan merupakan daya dukung yang baik. Artinya, materi pembelajaran yang
diajarkan secara efektif dapat dipelajari secara individu dan berkelompok. Efektivitas
6. 6
pembelajaran ini sejalan dengan pendapat Reigeluth dan Merrill (1979) (dalam Degeng,
1989: 167), bahwa salah satu indikator keefektifan pembelajaran adalah kecepatan unjuk-
kerja. Semakin cepat seorang siswa menampilkan unjuk-kerja, makin efektif pengajaran.
Sehubungan dengan pendapat ini, penerapan model pembelajaran TBN untuk
pembelajaran keterampilan berbahasa telah mampu mengefektifkan siswa melakukan
unjuk kerja tepat waktu. Hal ini terlihat dari ketepatan waktu siswa dalam mengerjakan
tulisan dan ketepatan menyampaikan pesan melalui keterampilan berbicara. Pesan-pesan
pembelajaran dalam model Tembakan Buser Nakal disajikan secara jelas dan dapat
membangkitkan kreativitas siswa. Sebagaimana diungkapkan Clark, 1983 (dalam Ali dan
Asrori, 2004: 54), bahwa faktor-faktor yang mendukung perkembangan kreativitas adalah
situasi yang menekankan inisiatif diri untuk menggali, mengamati, bertanya, merasa,
mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan, memperkirakan, menguji hasil perkiraan,
dan mengkomunikasikan.
Tingkat keterampilan siswa dalam menulis dan berbicara setelah dilakukan
pembelajaran dengan model TBN mengalami peningkatan. Penerapan model TBN telah
mampu meningkatkan keterampilan siswa, khususnya menulis dan berbicara. Tingkat
penguasaan keterampilan siswa terhadap berargumen, penampilan, penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, serta penguasaan isi dikuasai secara baik.
Aktivitas pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran TBN dapat
diketahui, bahwa siswa dapat melibatkan diri secara aktif dalam proses pembelajaran.
Siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk aktif terlibat dalam proses unjuk kerja. Hal ini
terlihat dari aktivitas interaksi siswa yang telah bersikap positif dalam pembelajaran dan
melakukan proyek. Aktivitas yang positif ini dapat menumbuhkan semangat dan motivasi
belajar siswa. Siswa bersama guru terlibat aktif dalam diskusi dalam pembelajaran dan
unjuk kerja.
Sikap siswa dalam pembelajaran merupakan hal penting yang perlu diperhatikan.
Menurut prinsip partisipasi aktif, bahwa paradigma terhadap pembelajaran saat ini sudah
bergeser, yakni dari yang berpusat pada guru “teacher centre” kepada pembelajaran yang
berpusat kepada siswa “student centre”. Perubahan paradigma ini berjalan menyesuaikan
arah perkembangan proses pembelajaran. Siswa tidak dapat lagi dipandang sebagai suatu
objek atau sasaran dari sebuah proses. Tetapi, siswa harus dipandang sebagai suatu subjek
atau pelaku dalam proses pembelajaran.
7
7. 7
Siswa harus dipandang sebagai suatu pribadi yang mampu dan memiliki
kemampuan untuk melakukan aktivitas pembelajaran. Siswa harus dapat melakukan atau
mekonstruk dan bertindak atau berbuat sesuatu, menciptakan, mengungkapkan, mencari
apa yang ia inginkan dalam proses pembelajaran. Siswa harus dibimbing dalam
mengkonstruk pengalaman-pengalaman kontekstualnya di dalam kelas. Dalam hal ini guru
hanya bertugas sebagai seorang pembimbing, fasilitator, dan inspirator sesuai dengan
desain pesan pembelajaran yang diharapkan. Sehubungan dengan paradigma pembelajaran
yang berpusat kepada siswa, sikap siswa dalam pembelajaran telah memperlihatkan sikap
yang positif. Siswa mampu bertanggung jawab, santun, bekerja sama, berdisiplin yang
baik, dan mampu menghargai orang lain, baik dalam proses pembelajaran maupun di luar.
Sikap ini menggambarkan hal yang positif, bahwa model TBN mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang menginspirasi. Menurut siswa model pembelajaran dapat mereka ikuti
dengan baik. Proses pembelajaran lebih bervariasi dan tidak monoton. Kehadiran aneka
sumber belajar dalam pembelajaran keterampilan menulis membantu siswa untuk
melakukan latihan menulis dan berbicara. Siswa dapat memahami cara menulis, dan dapat
meningkatkan motivasi belajar dengan berbagai sumber.
Adanya peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa dalam
pembelajaran keterampilan berbahasa dengan aplikasi model TBN berdampak kepada
implementasi hasil pembelajaran yang lebih nyata. Implementasi sebagai dampak
keterampilan yang dikuasai siswa tercermin dari aktivitas ekstrakurikuler dan akademik
yang dilakukan siswa. Siswa mampu belajar dan berkarya baik dalam pertemuan reguler di
kelas maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler kebahasaan. Kegiatan tersebut adalah
beberapa terdapat 6 orang siswa mengikuti kegiatan penulisan karya ilmiah. Sementara itu,
secara klasikal siswa mampu membuat projek film dokumenter.
Berbagai aktivitas kegiatan siswa mencerminkan adanya penguasaan akademik,
sikap, dan keterampilan yang sangat baik. Siswa mampu menghasilkan gagasan untuk
mengembangkan kemampuan akademik dalam aspek menulis dan berbicara. Sikap dan
keterampilan yang sangat baik dicerminkan dari kemampuan secara bertanggung jawab,
berdisiplin, jujur, dan saling menghargai dalam memproduksi film dokumenter. Sikap dan
keterampilan ini tercermin tidak hanya terjadi saat komuniklasi dan interaksi di atara siswa
semata, tetapi juga terjalin antara siswa dengan guru, dan siswa, guru dengan tokoh
masyarakat sebagai sumber belajar. Dampak positif inilah sebenarnya yang diharapkan
dari sebuah pembelajaran. Pembelajaran yang sukses adalah pembelajaran yang
8. 8
membangun relevansi antara dunia sekolah dengan dunia kehidupan nyata yang ada di
masyarakat dan kemajuan yang ada. Penguasaan keterampilan siswa dalam berbahasa
dengan berbasiskan budaya dan sejarah lokal mencerminkan kepedulian siswa akan akar
budaya dan sejarah di mana mereka tinggal.
C. Simpulan
Berdasarkan hasil implementasi dan pembahasan dapat disimpulkan, bahwa: (1)
Model TBN dapat diimplementasikan sebagai model yang menginspirasi siswa dalam belajar
dan dapat mengintegrasikan aneka sumber dalam pembelajaran keterampilan Berbahasa
Indonesia khususnya keterampilan menulis dan berbicara; dan (2) Model TBN terbukti
efektif dalam meningkatkan keefektifan pencapaian hasil belajar siswa dan dapat
meningkatkan motivasi belajar Bahasa Indonesia.
Sudah saatnya para guru menciptakan, mendesain, dan mampu mengimplementasikan
model pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam upaya meningkatkan minat dan motivasi
belajar siswa, sehingga dapat mencapai hasil belajar (pengetahuan, sikap, dan keterampilan)
yang diharapkan. Hal ini untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang lebih bermakna dan
memiliki relevansi dengan kehidupan nyata siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Degeng, I.N.S. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Pusat Antar Universitas
Depdikbud RI, Dirjen Dikti. 1989.
Dimyati dan Mujiyono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2006.
Reigeluth, C.M. Instructional-Design Theories and Models: An Overview of their Current
Status. Hillsdale, New Jersey: Syracuse University, 1983.
Reiser, R.A. Trend and Issues in Instructional Design and Technology. Upper Saddle
River, New Jersey: Pearson Education, 2007.