際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Modul 1
KONSEP EQUITY DALAM PELAYANAN
KESEHATAN

Nama

: Tri Murti

Pekerjaan

: Mahasiswa Pasca Sarjana in Communite Health

Alamat

: Jl. Sentosa Gg.3 No.92 Rt.30 Samarinda
Kalimantan Timur

Email

: muty_m1f3@yahoo.co.id

No Hp

: +6281346404414

1
PENUGASAN MODUL 1
Soal :
1. Berikan contoh lain untuk ketiga dimensi tersebut
2. Apakah ada inequality yang adil ? jika ya, berikan contoh. Dan apakah contoh untuk
inequality yang tidak adil ? (atau inequality yang inequitable)
3. Anda akan mmebuat sebuah penelitian seputar inequality atau inequity. Buatlah satu
pertanyaan penelitian mengenai inequality/inequity.
4. Apakah equity dapat menajdi tolak ukur derajat kesehatan Indonesia ?
Jawaban :
1. Tiga dimensi equity dalam kesehatan dapat dibagi menjadi :
a. Equity dalam status kesehatan
Perbedaan prevalensi diare klinis antara populasi di daerah . Di Provinsi NAD,
prevalensi terjadinya diare klinis sebesar 18,9% dan sementara di daerah provinsi DI
Yogyakarta hanya mencapai 4,2%.
Ini berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 dengan menanyakan
apakah responden pernah didiagnosis diare oleh tenaga kesehatan dalam satu bulan
terakhir. Responden yang menyatakan tidak pernah, ditanya apakah dalam satu
bulan tersebut pernah menderita buang aior besar >3 kali sehari dengan kotoran
lembek/cair. Responden yang menderita diare ditanya apakah minum oralit atau
cairan gula garam.
Dari penelitian ini dapat diliat sebenarnya belum meratanya status kesehatan pada
balita, berakibat langsung pada perkembangan gizi balita dan kondisi kehidupan
mereka di masa depan. Ini telah masuk kedalam equity yang dapat dihindari dalam
suatu wilayah geografis.

2
b. Equity dalam penggunaan layanan kesehatan
Kemudahan akses ke sarana pelayanan kesehatan berhubungan dengan beberapa
faktor penentu, antara lain jarak tempat tinggal dan waktu tempuh ke sarana
kesehatan, serta status sosial-ekonomi dan budaya.
Berdasarkan Riset Kesehatan Daerah (RISKESDAS) tahun 2007, dari segi waktu
tempuh ke sarana pelayanan kesehatan nampak bahwa 67,2% penduduk dapat
mencapai ke sarana pelayanan kesehatan kurang atau sama dengan 15 menit dan
sebanyak 23,6% penduduk dapat mencapai sarana pelayanan kesehatan dimaksud
antara 16-30 menit. Dengan demikian secara nasional, masih ada sekitar 9,2%
Rumah Tangga (RT) yang memerlukan waktu lebih dari setengah jam untuk
mencapai sarana kesehatan.
Daerah dengan proporsi tertinggi RT yang memerlukan waktu tempuh lebih dari 30
menitke sarana kesehatan adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (30,7%), Papua
(30,6%),Kalimantan Barat (19,4%), Sulawesi Barat (17,7%), Sulawesi Tenggara
(13,8%).
Sedangkan proporsi terendah RT yang memerlukan waktu tempuh lebih dari 30
menit ke sarana kesehatan adalah Provinsi Kepaulauan Bangka Belitung (3,9%), DKI
Jakarta (4,0%), DI Yogyakarta (4,8%) serta Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur
(4,9%).
c. Equity dalam pembiayaan kesehatan
Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam proses
kehidupan seseorang. Tanpa kesehatan, tidak mungkin bisa berlangsung aktivitas
seperti biasa. Dalamkehidupan berbangsa, pembangunan kesehatan sesungguhnya
bernilai sangat investatif. Nilai investasinya terletak pada tersedianya sumber daya
yang senatiasa siap pakai dan tetap terhindar dari serangan berbagai penyakit.

3
Namun, masih banyak orang menyepelekan hal ini. Negara, pada beberapa kasus,
juga demikian.
Di Indonesia

pembiayaan kesehatan yang masih

kurang untuk memenuhi

pelayanan kesehatan secara nasional berakibat dalam pola pelayanan yang
didapatkan di suatu wilayah. Kebijakan yang diharapkan dalam hal pemerataan
pelayanan dapat menurunkan angka kemiskinan di suatu daerah. Konsep ini akan
mengurangi konsisi dimana tercapainya pelayanan kesehatan hingga ke daerah,
seperti asuransi kesehatan yang saat ini di laksanakan di berbagai daerah di
Indonesia.

2. Ya, Inequality yang adil ada. Sebagai contoh mengharapkan orang dewasa untuk menjadi
sehat dibandingkan orang tua dalam suatu populasi tertentu. Bayi perempuan cenderung
memiliki berat lahir lebih rata-rata dari bayi laki-laki. Pria memiliki masalah prostat,
sementara wanita tidak. Hal ini akan sulit , untuk menyatakan bahwa salah satu
ketidaksetaraan kesehatan itu tidak adil.
Contoh inequality yang inequitable seperti perbedaan status gizi atau imunisasi tingkat
antara anak perempuan dan anak laki-laki, atau perbedaan ras / etnis. Hal ini memungkinan
mereka menerima perawatan yang tepat untuk kondisi, akan menjadi penyebab
keprihatinan serius dalam equity .

3. Sebuah pertanyaan : Apakah pengaruh karakteristik masyarakat terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan.

4. Ya, equity sangat berpengaruh dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat di
Indonesia.

4

More Related Content

Modul 1

  • 1. Modul 1 KONSEP EQUITY DALAM PELAYANAN KESEHATAN Nama : Tri Murti Pekerjaan : Mahasiswa Pasca Sarjana in Communite Health Alamat : Jl. Sentosa Gg.3 No.92 Rt.30 Samarinda Kalimantan Timur Email : muty_m1f3@yahoo.co.id No Hp : +6281346404414 1
  • 2. PENUGASAN MODUL 1 Soal : 1. Berikan contoh lain untuk ketiga dimensi tersebut 2. Apakah ada inequality yang adil ? jika ya, berikan contoh. Dan apakah contoh untuk inequality yang tidak adil ? (atau inequality yang inequitable) 3. Anda akan mmebuat sebuah penelitian seputar inequality atau inequity. Buatlah satu pertanyaan penelitian mengenai inequality/inequity. 4. Apakah equity dapat menajdi tolak ukur derajat kesehatan Indonesia ? Jawaban : 1. Tiga dimensi equity dalam kesehatan dapat dibagi menjadi : a. Equity dalam status kesehatan Perbedaan prevalensi diare klinis antara populasi di daerah . Di Provinsi NAD, prevalensi terjadinya diare klinis sebesar 18,9% dan sementara di daerah provinsi DI Yogyakarta hanya mencapai 4,2%. Ini berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 dengan menanyakan apakah responden pernah didiagnosis diare oleh tenaga kesehatan dalam satu bulan terakhir. Responden yang menyatakan tidak pernah, ditanya apakah dalam satu bulan tersebut pernah menderita buang aior besar >3 kali sehari dengan kotoran lembek/cair. Responden yang menderita diare ditanya apakah minum oralit atau cairan gula garam. Dari penelitian ini dapat diliat sebenarnya belum meratanya status kesehatan pada balita, berakibat langsung pada perkembangan gizi balita dan kondisi kehidupan mereka di masa depan. Ini telah masuk kedalam equity yang dapat dihindari dalam suatu wilayah geografis. 2
  • 3. b. Equity dalam penggunaan layanan kesehatan Kemudahan akses ke sarana pelayanan kesehatan berhubungan dengan beberapa faktor penentu, antara lain jarak tempat tinggal dan waktu tempuh ke sarana kesehatan, serta status sosial-ekonomi dan budaya. Berdasarkan Riset Kesehatan Daerah (RISKESDAS) tahun 2007, dari segi waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan nampak bahwa 67,2% penduduk dapat mencapai ke sarana pelayanan kesehatan kurang atau sama dengan 15 menit dan sebanyak 23,6% penduduk dapat mencapai sarana pelayanan kesehatan dimaksud antara 16-30 menit. Dengan demikian secara nasional, masih ada sekitar 9,2% Rumah Tangga (RT) yang memerlukan waktu lebih dari setengah jam untuk mencapai sarana kesehatan. Daerah dengan proporsi tertinggi RT yang memerlukan waktu tempuh lebih dari 30 menitke sarana kesehatan adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (30,7%), Papua (30,6%),Kalimantan Barat (19,4%), Sulawesi Barat (17,7%), Sulawesi Tenggara (13,8%). Sedangkan proporsi terendah RT yang memerlukan waktu tempuh lebih dari 30 menit ke sarana kesehatan adalah Provinsi Kepaulauan Bangka Belitung (3,9%), DKI Jakarta (4,0%), DI Yogyakarta (4,8%) serta Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur (4,9%). c. Equity dalam pembiayaan kesehatan Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam proses kehidupan seseorang. Tanpa kesehatan, tidak mungkin bisa berlangsung aktivitas seperti biasa. Dalamkehidupan berbangsa, pembangunan kesehatan sesungguhnya bernilai sangat investatif. Nilai investasinya terletak pada tersedianya sumber daya yang senatiasa siap pakai dan tetap terhindar dari serangan berbagai penyakit. 3
  • 4. Namun, masih banyak orang menyepelekan hal ini. Negara, pada beberapa kasus, juga demikian. Di Indonesia pembiayaan kesehatan yang masih kurang untuk memenuhi pelayanan kesehatan secara nasional berakibat dalam pola pelayanan yang didapatkan di suatu wilayah. Kebijakan yang diharapkan dalam hal pemerataan pelayanan dapat menurunkan angka kemiskinan di suatu daerah. Konsep ini akan mengurangi konsisi dimana tercapainya pelayanan kesehatan hingga ke daerah, seperti asuransi kesehatan yang saat ini di laksanakan di berbagai daerah di Indonesia. 2. Ya, Inequality yang adil ada. Sebagai contoh mengharapkan orang dewasa untuk menjadi sehat dibandingkan orang tua dalam suatu populasi tertentu. Bayi perempuan cenderung memiliki berat lahir lebih rata-rata dari bayi laki-laki. Pria memiliki masalah prostat, sementara wanita tidak. Hal ini akan sulit , untuk menyatakan bahwa salah satu ketidaksetaraan kesehatan itu tidak adil. Contoh inequality yang inequitable seperti perbedaan status gizi atau imunisasi tingkat antara anak perempuan dan anak laki-laki, atau perbedaan ras / etnis. Hal ini memungkinan mereka menerima perawatan yang tepat untuk kondisi, akan menjadi penyebab keprihatinan serius dalam equity . 3. Sebuah pertanyaan : Apakah pengaruh karakteristik masyarakat terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. 4. Ya, equity sangat berpengaruh dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia. 4