ݺߣ

ݺߣShare a Scribd company logo
16
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Elektrodiagnosis & Elektroterapi_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
PERTEMUAN 5
STRENGTH DURATION CURVE
Strength Duration Curve (SDC) adalah hubungan amplitude (strength) dan durasi pulsa terhadap
eksitabilitas suatu serabut saraf, hukum eksitasi dari penggunaan SDC terdapatnya hubungan terbalik antara
amplitude (strength) dan durasi, meningkatnya durasi diikuti menurunnya amplitudo (strength) dan
sebaliknya.
Durasi pendek menstimulasi/eksitasi serabut saraf sensory berpenampang tebal (A-beta), semakin
panjang durasi maka semakin banyak serabut saraf yang dapat distimulasi, bahkan kondisi otot denervated pun
dapat distimulasi.
Tujuan dilakukannya SDC adalah untuk mengetahui bagaimanakah kondisi otot, ter inervasi, tidak ter
inervasi atau ter inervasi sebagian. SDC seharusnya dilakukan hari ke-20 setelah kejadian cedera. Setelah hari ke
21/22 dari kejadian cedera saraf mulai regenerasi, pada umumnya butuh 270 hari atau sekitar 9 bulan saraf total
regenerasi, walaupun tergantung dari sepanjang apa degenerasi saraf terjadi.
SDC merupakan kurva representasi dari titik-titik hubungan amplitude dan durasi pulsa, hubungan
tersebut merupakan representasi dari eksitabilitas tiap serabut saraf, kurva yang terbentuk dari bentuk arus
rectangular menunjukkan nilai rheobase (rheo= intensity, base=dasar/minimal) dan chronaxie
(chron=duration, axie=axis).
Gambar 1. Strength Duration Curve
Rheobase adalah nilai eksitabilitas saraf motorik, yang didapatkan dari minimal amplitude/intensitas
pada arus rectangular dengan durasi 1000 ms menghasilkan kontraksi otot minimal. Chronaxie adalah nilai
eksibilitas serabut saraf motorik pada minimal durasi dan amplitude/intensitas sebesar 2 kali rheobase.
Gambar 2. Nilai Chronaxie Normal
17
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Elektrodiagnosis & Elektroterapi_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
Chronaxie sering dipakai dalam menentukan kondisi otot (ter innervasi, tidak ter inervasi atau ter
inervasi sebagian), setiap otot memiliki nilai chronaxie yang berbeda dalam batas normal, batas normal nilai
chronaxie adalah, ketika output stimulasi digunakan constant current maka nilai chronaxie normal dibawah
1 ms, jika output stimulasi constant voltage maka nilai chronaxie normal dibawah 0.1 ms. Sehingga praktis
ketika inervasi otot terganggu, ambang eksitasi serabut saraf motorik meningkat, dibutuhkan
amplitudo/ intensitas yang tinggi dan durasi yang lebih panjang untuk dilakukan eksitasi, hal ini ditunjukkan
dengan kurva SDC bergeser ke kanan atas.
Gambar 3. SDC of Innervated and Denervated Muscle
Selain nilai rheobase dan chronaxie, pada penggunaan arus bentuk rectangular juga terdapat nilai temps
utile, yakni nilai durasi minimal pada intensitas sama dengan rheobase, nilai normal temps utile adalah 10 µs.
Gambar 4. Rheobase and Chronaxie
Selain penggunaan bentuk arus rectangular, SDC juga menggunakan bentuk arus triangular, pada arus
triangular akan didapatkan nilai accommodation threshold yakni intensitas minimal pada arus triangular
dengan durasi Panjang (1000 ms) menghasilkan kontraksi otot minimal, dan optimum phase, yakni durasi
minimal dengan intensitas minimal pada arus trianguler menghasilkan kontraksi otot minimal.
Hasil nilai accommodation threshold (triangular) dibagi nilai rheobase (rectangular) menghasilkan
Accomodation Quotient (AQ), nilai normal AQ adalah 2-6 atau pada sumber lain dikatakan 3-6, nilai lebih
rendah indikasi degenerasi saraf, nilai yang lebih tinggi (>6) indikasi tanda dystonia.
18
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Elektrodiagnosis & Elektroterapi_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
LATIHAN SOAL
1. Apa yang dimaksud dengan Strength Duration Curve?
2. Apa tujuan dilakukannya SDC?
3. Apa yang dimaksud dengan rheobase dan chronaxie?
4. Berapa nilai chronaxie normal jika pemeriksaan SDC menggunakan output stimulasi constant current?
5. Mengapa perlu dilakukan SDC pada hari ke 20 setelah kejadian cedera?
6. Apa yang dimaksud dengan accommodation quotient?
7. Jika nilai accommodation quotient 1, maka indikasi apa?
8. Mengapa pada otot yang tidak terinervasi, kurva SDC bergeser ke kanan atas?
9. Seperti apa karakteristik arus yang dapat digunakan untuk menentukan chronaxie?
10. Apa maknanya ketika pada pemeriksaan SDC ke-2 dan ke-3 kurva semakin bergeser ke kanan atas?

More Related Content

Modul : Strength Duration Curve (SDC)

  • 1. 16 Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Elektrodiagnosis & Elektroterapi_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis PERTEMUAN 5 STRENGTH DURATION CURVE Strength Duration Curve (SDC) adalah hubungan amplitude (strength) dan durasi pulsa terhadap eksitabilitas suatu serabut saraf, hukum eksitasi dari penggunaan SDC terdapatnya hubungan terbalik antara amplitude (strength) dan durasi, meningkatnya durasi diikuti menurunnya amplitudo (strength) dan sebaliknya. Durasi pendek menstimulasi/eksitasi serabut saraf sensory berpenampang tebal (A-beta), semakin panjang durasi maka semakin banyak serabut saraf yang dapat distimulasi, bahkan kondisi otot denervated pun dapat distimulasi. Tujuan dilakukannya SDC adalah untuk mengetahui bagaimanakah kondisi otot, ter inervasi, tidak ter inervasi atau ter inervasi sebagian. SDC seharusnya dilakukan hari ke-20 setelah kejadian cedera. Setelah hari ke 21/22 dari kejadian cedera saraf mulai regenerasi, pada umumnya butuh 270 hari atau sekitar 9 bulan saraf total regenerasi, walaupun tergantung dari sepanjang apa degenerasi saraf terjadi. SDC merupakan kurva representasi dari titik-titik hubungan amplitude dan durasi pulsa, hubungan tersebut merupakan representasi dari eksitabilitas tiap serabut saraf, kurva yang terbentuk dari bentuk arus rectangular menunjukkan nilai rheobase (rheo= intensity, base=dasar/minimal) dan chronaxie (chron=duration, axie=axis). Gambar 1. Strength Duration Curve Rheobase adalah nilai eksitabilitas saraf motorik, yang didapatkan dari minimal amplitude/intensitas pada arus rectangular dengan durasi 1000 ms menghasilkan kontraksi otot minimal. Chronaxie adalah nilai eksibilitas serabut saraf motorik pada minimal durasi dan amplitude/intensitas sebesar 2 kali rheobase. Gambar 2. Nilai Chronaxie Normal
  • 2. 17 Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Elektrodiagnosis & Elektroterapi_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis Chronaxie sering dipakai dalam menentukan kondisi otot (ter innervasi, tidak ter inervasi atau ter inervasi sebagian), setiap otot memiliki nilai chronaxie yang berbeda dalam batas normal, batas normal nilai chronaxie adalah, ketika output stimulasi digunakan constant current maka nilai chronaxie normal dibawah 1 ms, jika output stimulasi constant voltage maka nilai chronaxie normal dibawah 0.1 ms. Sehingga praktis ketika inervasi otot terganggu, ambang eksitasi serabut saraf motorik meningkat, dibutuhkan amplitudo/ intensitas yang tinggi dan durasi yang lebih panjang untuk dilakukan eksitasi, hal ini ditunjukkan dengan kurva SDC bergeser ke kanan atas. Gambar 3. SDC of Innervated and Denervated Muscle Selain nilai rheobase dan chronaxie, pada penggunaan arus bentuk rectangular juga terdapat nilai temps utile, yakni nilai durasi minimal pada intensitas sama dengan rheobase, nilai normal temps utile adalah 10 µs. Gambar 4. Rheobase and Chronaxie Selain penggunaan bentuk arus rectangular, SDC juga menggunakan bentuk arus triangular, pada arus triangular akan didapatkan nilai accommodation threshold yakni intensitas minimal pada arus triangular dengan durasi Panjang (1000 ms) menghasilkan kontraksi otot minimal, dan optimum phase, yakni durasi minimal dengan intensitas minimal pada arus trianguler menghasilkan kontraksi otot minimal. Hasil nilai accommodation threshold (triangular) dibagi nilai rheobase (rectangular) menghasilkan Accomodation Quotient (AQ), nilai normal AQ adalah 2-6 atau pada sumber lain dikatakan 3-6, nilai lebih rendah indikasi degenerasi saraf, nilai yang lebih tinggi (>6) indikasi tanda dystonia.
  • 3. 18 Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Elektrodiagnosis & Elektroterapi_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis LATIHAN SOAL 1. Apa yang dimaksud dengan Strength Duration Curve? 2. Apa tujuan dilakukannya SDC? 3. Apa yang dimaksud dengan rheobase dan chronaxie? 4. Berapa nilai chronaxie normal jika pemeriksaan SDC menggunakan output stimulasi constant current? 5. Mengapa perlu dilakukan SDC pada hari ke 20 setelah kejadian cedera? 6. Apa yang dimaksud dengan accommodation quotient? 7. Jika nilai accommodation quotient 1, maka indikasi apa? 8. Mengapa pada otot yang tidak terinervasi, kurva SDC bergeser ke kanan atas? 9. Seperti apa karakteristik arus yang dapat digunakan untuk menentukan chronaxie? 10. Apa maknanya ketika pada pemeriksaan SDC ke-2 dan ke-3 kurva semakin bergeser ke kanan atas?