ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
IMAS ANGGA PRADHITA
D1512037
Monumen Pers Nasional terletak di Jalan Gajah Mada 59,
Surakarta, Jawa Tengah. Letaknya di sebelah barat Istana
Mangkunegaran. Kompleks museum terdiri dari bangunan asli
Sasana Soeka, dua gedung berlantai dua, dan satu gedung
berlantai empat. Di depan museum terdapat lapangan parkir
dan dua papan pengumuman yang dilengkapi koran gratis (Solo
Pos, Suara Merdeka, dan Republika).
Museum yang terletak di Jalan Gajah Mada yang banyak
disangka orang sebagai candi di tengah kota. Bangunan
menyerupai candi Borobudur tersebut semula bernama Gedung
Societiet atau Sasana Soeka yang dibangun pada tahun 1918 atas
prakarsa KGPAA. Sri Mangkunegoro VII dengan arsitek yang
bernama Abukasan Atmodirono. Gedung ini menjadi saksi bisu
dibalik pendirian radio kaum pribumi dengan semangat
kebangsaan pertama kali yang ditandai dengan lahirnya Solosche
Radio Vereeniging pada tahun 1933. Gedung ini juga menjadi
tempat terbentuknya organisasi kewartawanan bernama PWI
(Persatuan Wartawan Indonesia) pada 9 Februari 1946. Dengan
sejarah yang cukup panjang di dunia media massa, tepat di
ulangtahunnya yang ke-32 (1978) nama Gedung Societiet diganti
menjadi Monumen Pers Nasional yang diresmikan oleh Presiden
Soeharto.
ï‚— Digitalisasi Koleksi Media Cetak
ï‚— Layanan Gratis Media Center (Internet)
ï‚— Papan baca koran
ï‚— Perpustakaan
ï‚— Dokumentasi Pers
ï‚— Riset dan kunjungan ilmiah
ï‚— Mobil layanan internet
ï‚— Pameran

ï‚— Seminar
Dimuseum ini anda akan menemukan
berbagai macam alat- alat pers kuno, fotofoto tustel kuno, pemancar radio, koleksi foto,
Koran, baju para wartawan yang meninggal
saat mencari berita dan pengabdian wartawan.
Mesin Tik Kuno & Pemancar Radio Kambing (Kyai Balong)
Monumen ini didirikan guna mengenang jasajasa para tokoh pers nasional. Tokoh-tokoh pers
nasional yang memulai gerakan menentang Belanda
melalui media massa atau pers.
Surat kabar kuno yang dipajang di Ruang Museum Pers
Dokumentasi
Monumen
Pers Nasional menyimpan
lebih
dari
satu
juta
eksemplar bukti terbit
media cetak dari seluruh
Indonesia sejak jaman
penjajahan
sampai
sekarang. Selain itu tersedia
bukti terbit media yang
terdigitalisasi (epaper) yang
dapat
dilihat
oleh
pengunjung
melalui
touchscreen (layar sentuh).
Perpustakaan
Monumen
Pers Nasional memiliki
koleksi buku kurang lebih
12.000 eksemplar.
Museum sebagus Monumen Pers Nasional ini jangan
sampai disia-siakan untuk sekedar berkunjung. Untuk
biaya masuknya tidak ada alias gratis. Selain belajar
sejarah bisa juga mengakses internet di media
centrenya. Monumen Pers Nasional buka dari hari
Senin-Jum’at jam 09.00-16.00.
Monumen Pers Nasional

More Related Content

Monumen Pers Nasional

  • 2. Monumen Pers Nasional terletak di Jalan Gajah Mada 59, Surakarta, Jawa Tengah. Letaknya di sebelah barat Istana Mangkunegaran. Kompleks museum terdiri dari bangunan asli Sasana Soeka, dua gedung berlantai dua, dan satu gedung berlantai empat. Di depan museum terdapat lapangan parkir dan dua papan pengumuman yang dilengkapi koran gratis (Solo Pos, Suara Merdeka, dan Republika).
  • 3. Museum yang terletak di Jalan Gajah Mada yang banyak disangka orang sebagai candi di tengah kota. Bangunan menyerupai candi Borobudur tersebut semula bernama Gedung Societiet atau Sasana Soeka yang dibangun pada tahun 1918 atas prakarsa KGPAA. Sri Mangkunegoro VII dengan arsitek yang bernama Abukasan Atmodirono. Gedung ini menjadi saksi bisu dibalik pendirian radio kaum pribumi dengan semangat kebangsaan pertama kali yang ditandai dengan lahirnya Solosche Radio Vereeniging pada tahun 1933. Gedung ini juga menjadi tempat terbentuknya organisasi kewartawanan bernama PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) pada 9 Februari 1946. Dengan sejarah yang cukup panjang di dunia media massa, tepat di ulangtahunnya yang ke-32 (1978) nama Gedung Societiet diganti menjadi Monumen Pers Nasional yang diresmikan oleh Presiden Soeharto.
  • 4. ï‚— Digitalisasi Koleksi Media Cetak ï‚— Layanan Gratis Media Center (Internet) ï‚— Papan baca koran ï‚— Perpustakaan ï‚— Dokumentasi Pers ï‚— Riset dan kunjungan ilmiah ï‚— Mobil layanan internet ï‚— Pameran ï‚— Seminar
  • 5. Dimuseum ini anda akan menemukan berbagai macam alat- alat pers kuno, fotofoto tustel kuno, pemancar radio, koleksi foto, Koran, baju para wartawan yang meninggal saat mencari berita dan pengabdian wartawan.
  • 6. Mesin Tik Kuno & Pemancar Radio Kambing (Kyai Balong)
  • 7. Monumen ini didirikan guna mengenang jasajasa para tokoh pers nasional. Tokoh-tokoh pers nasional yang memulai gerakan menentang Belanda melalui media massa atau pers.
  • 8. Surat kabar kuno yang dipajang di Ruang Museum Pers
  • 9. Dokumentasi Monumen Pers Nasional menyimpan lebih dari satu juta eksemplar bukti terbit media cetak dari seluruh Indonesia sejak jaman penjajahan sampai sekarang. Selain itu tersedia bukti terbit media yang terdigitalisasi (epaper) yang dapat dilihat oleh pengunjung melalui touchscreen (layar sentuh).
  • 10. Perpustakaan Monumen Pers Nasional memiliki koleksi buku kurang lebih 12.000 eksemplar.
  • 11. Museum sebagus Monumen Pers Nasional ini jangan sampai disia-siakan untuk sekedar berkunjung. Untuk biaya masuknya tidak ada alias gratis. Selain belajar sejarah bisa juga mengakses internet di media centrenya. Monumen Pers Nasional buka dari hari Senin-Jum’at jam 09.00-16.00.