Monumen Pers Nasional terletak di Surakarta dan berisi pameran alat-alat pers kuno, koran, dan foto untuk mengenang jasa tokoh pers nasional awal yang melawan penjajahan Belanda. Museum ini memiliki perpustakaan, layanan internet gratis, dan koleksi lebih dari satu juta media cetak sejak zaman kolonial hingga sekarang.
Convert to study materialsBETA
Transform any presentation into ready-made study material—select from outputs like summaries, definitions, and practice questions.
2. Monumen Pers Nasional terletak di Jalan Gajah Mada 59,
Surakarta, Jawa Tengah. Letaknya di sebelah barat Istana
Mangkunegaran. Kompleks museum terdiri dari bangunan asli
Sasana Soeka, dua gedung berlantai dua, dan satu gedung
berlantai empat. Di depan museum terdapat lapangan parkir
dan dua papan pengumuman yang dilengkapi koran gratis (Solo
Pos, Suara Merdeka, dan Republika).
3. Museum yang terletak di Jalan Gajah Mada yang banyak
disangka orang sebagai candi di tengah kota. Bangunan
menyerupai candi Borobudur tersebut semula bernama Gedung
Societiet atau Sasana Soeka yang dibangun pada tahun 1918 atas
prakarsa KGPAA. Sri Mangkunegoro VII dengan arsitek yang
bernama Abukasan Atmodirono. Gedung ini menjadi saksi bisu
dibalik pendirian radio kaum pribumi dengan semangat
kebangsaan pertama kali yang ditandai dengan lahirnya Solosche
Radio Vereeniging pada tahun 1933. Gedung ini juga menjadi
tempat terbentuknya organisasi kewartawanan bernama PWI
(Persatuan Wartawan Indonesia) pada 9 Februari 1946. Dengan
sejarah yang cukup panjang di dunia media massa, tepat di
ulangtahunnya yang ke-32 (1978) nama Gedung Societiet diganti
menjadi Monumen Pers Nasional yang diresmikan oleh Presiden
Soeharto.
4. ï‚— Digitalisasi Koleksi Media Cetak
ï‚— Layanan Gratis Media Center (Internet)
ï‚— Papan baca koran
ï‚— Perpustakaan
ï‚— Dokumentasi Pers
ï‚— Riset dan kunjungan ilmiah
ï‚— Mobil layanan internet
ï‚— Pameran
ï‚— Seminar
5. Dimuseum ini anda akan menemukan
berbagai macam alat- alat pers kuno, fotofoto tustel kuno, pemancar radio, koleksi foto,
Koran, baju para wartawan yang meninggal
saat mencari berita dan pengabdian wartawan.
7. Monumen ini didirikan guna mengenang jasajasa para tokoh pers nasional. Tokoh-tokoh pers
nasional yang memulai gerakan menentang Belanda
melalui media massa atau pers.
9. Dokumentasi
Monumen
Pers Nasional menyimpan
lebih
dari
satu
juta
eksemplar bukti terbit
media cetak dari seluruh
Indonesia sejak jaman
penjajahan
sampai
sekarang. Selain itu tersedia
bukti terbit media yang
terdigitalisasi (epaper) yang
dapat
dilihat
oleh
pengunjung
melalui
touchscreen (layar sentuh).
11. Museum sebagus Monumen Pers Nasional ini jangan
sampai disia-siakan untuk sekedar berkunjung. Untuk
biaya masuknya tidak ada alias gratis. Selain belajar
sejarah bisa juga mengakses internet di media
centrenya. Monumen Pers Nasional buka dari hari
Senin-Jum’at jam 09.00-16.00.