Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kecepatan putar terhadap tegangan dan frekuensi generator induksi 1 fase 6 kutub dalam kondisi berbeban dan tanpa beban. (2) Hasil pengujian generator tanpa beban menunjukkan bahwa peningkatan kecepatan putar dari 950 sampai 1150 rpm menyebabkan kenaikan tegangan dari 107,4 sampai 264,7 volt dan frekuensi dari 47
1 of 19
More Related Content
Naskah publikasi d400120009 upload perpus
1. PENGARUH KECEPATAN PUTAR TERHADAP TEGANGAN DAN
FREKUENSI GENERATOR INDUKSI 1 FASE 6 KUTUB
Disusun sebagai salah syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik
Oleh:
Dwi Aji Saputro
D400 120 009
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
5. 1
PENGARUH KECEPATAN PUTAR TERHADAP TEGANGAN DAN FREKUENSI
GENERATOR INDUKSI 1 FASE 6 KUTUB
Abstrak
Di Indonesia, sumber energi listrik sudah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakatnya, namun
kurangnya pemerataan sumber energi listrik khususnya di daerah-daerah terpencil dan terisolir
mengakibatkan masalah akan krisis energi listrik. Untuk itu diperlukan adanya energi pengganti,
salah satunya penggunaan motor induksi sebagai generator induksi tereksitasi diri yang merupakan
pembangkit listrik alternatif skala kecil (stand alone). Generator induksi mempunyai konstruksi
yang sederhana, kokoh, mudah dalam pengoperasian, harga yang relatif terjangkau, dan perawatan
mudah. Sedangkan kelemahannya adalah kinerja yang sangat terpengaruh oleh beban. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kecepatan putar terhadap tegangan dan frekuensi
keluaran yang dihasilkan oleh generator induksi dalam kondisi berbeban maupun tanpa beban.
Motor induksi yang diaplikasikan sebagai generator induksi tereksitasi diri mempunyai spesifikasi
daya 1 HP, 6 kutub, 1 fase, 940 rpm. Ketika difungsikan sebagai generator induksi diperlukan
kapasitor (penyedia eksitasi) dengan nilai 72 µF pada terminal keluaran agar dapat menghasilkan
tegangan. Generator induksi dalam kondisi tanpa beban mampu menghasilkan tegangan 107,4
sampai 264,7 volt dan frekuensi 47,2 sampai 54,7 Hz ketika diputar sebesar 950 rpm sampai 1150
rpm. Pada saat pembebanan resistif antara 40 sampai 200 watt dengan kecepatan awal sebesar
1050 rpm menghasilkan tegangan 199,1 sampai 164,3 volt sedangkan pembebanan lampu hemat
energi antara 24 sampai 120 watt menghasilkan tegangan 186,4 sampai 135,6 volt. Peningkatan
daya beban mengakibatkan penurunan tegangan dan frekuensi generator induksi.
Kata kunci: frekuensi, generator induksi, kecepatan putar, tegangan.
Abstract
In Indonesia, the source of electrical energy has become an important needs for the people, but the
lack of equal distribution of electrical energy source particularly in some isolated areas will lead to
problems of electrical energy crisis. It required a replacement, one of them using an induction motor
as a self excited induction generator which is a small-scale alternative power generation (stand
alone). Induction generator has a simple, robust, easy to operate, a relatively affordable price, and
easy maintenance. The weakness is the performance of how it works greatly affected by load. This
study aims to analyze the influences of the rotational speed toward the output voltage and the
frequency from the induction generator whether in loaded condition as well as without any loads.
Induction motors are applied as self excited induction generator has a power specification 1 HP, 6
poles, 1 phase, 940 rpm. When it functioned as induction generator is required capacitors
(excitation) with a value of 72 μF at the output terminal in order to produce a voltage. Induction
generator in no load condition can produce voltage 107,4 to 264,7 volt and frequency 47,2 to 54,7
Hz when rotated at 950 rpm to 1150 rpm. When a resistive load between 40 to 200 watts with an
initial velocity of 1050 rpm produces a voltage of 199,1 to 164,3 volts while loading energy-saving
lamps from 24 to 120 volts produces 186,4 to 135,6 volts. The increase in power load resulted in a
decrease in voltage and frequency of induction generator.
Keywords: frequency, induction generator, rotational speed, voltage
6. 2
1. PENDAHULUAN
Perkembangan penduduk khususnya di Indonesia semakin meningkat pesat dengan laju
pertumbuhan penduduk mencapai 1,49% per tahun (Yudha, 2013). Pertumbuhan sumber
daya manusia yang terus meningkat akan berpengaruh dalam beberapa aspek. Salah satunya
kebutuhan akan energi listrik sebagai tolak ukur dimana sangat diperlukan sebagai sarana dan
prasarana untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Saat ini pembangunan proyek pembangkit
listrik sedang gencar dilakukan oleh pemerintah, namun kenyataannya pembangunan tersebut
memerlukan waktu yang cukup lama bahkan tak sesuai target yang telah ditentukan.
Di era modern ini hampir semua peralatan membutuhkan sumber energi listrik.
Semakin lama penggunaan energi listrik semakin meningkat sedangkan cadangan bahan
bakar fosil menjadi semakin berkurang bahkan habis. Untuk itu energi alternatif perlu
diaplikasikan dalam peralatan skala kecil atau rumah tangga. Salah satunya adalah
penggunaan motor induksi yang dioperasikan sebagai generator induksi, yang akan
mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Negara Indonesia sendiri merupakan negara
maritim, terdiri dari beberapa pulau dan disetiap daerah banyak dijumpai sungai. Aliran air
sungai tersebut sangat efisien jika dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak mula pada
generator induksi. Di Indonesia pemerataan jangkauan energi listrik masih sangat kurang
terutama untuk daerah terisolir, sampai saat ini belum juga terkoneksikan secara merata.
Pengaplikasian generator induksi tereksitasi diri tidak tergantung pada jaringan (grid) dan
sangat efektif penggunaanya untuk daerah terisolir. Rumusan masalah penelitian ini yaitu
bagaimana pengaruh kecepatan putar rotor terhadap keluaran generator induksi teksitasi diri
dan juga pada saat pembebanan (load) maupun tanpa beban adakah pengaruh terhadap
keluaran pada generator tersebut.
Menurut Gupta (2012) dalam penelitiannya SEIG pilihan yang tepat untuk daerah
terisolir dikarenakan hasil analisis pada frekuensi generator, reaktansi magnetisasi dan variasi
beban dapat beroperasi pada kondisi yang berbeda. Skema operasi SEIG dapat diaplikasikan
tanpa jaringan dengan biaya yang murah. Pengaplikasian ini dapat berdiri sendiri, biasanya
disebut SEIG (Self Excitation Induction Generator). Pembangkitan energi listrik ini cocok
untuk skala kecil dan mudah dalam pengaplikasiannya. Potensi dari SEIG dapat beroperasi
untuk kondisi jaringan yang berbeda-beda, lebih optimal dapat beroperasi sendiri
(standalone). Beban (load) dan masukan daya reaktif merupakan faktor kunci dari kinerja
SEIG (Farrag & Putrus, 2014).
7. 3
Kelebihan generator induksi ini adalah harga terjangkau, perawatan mudah, kontruksi
kuat dan sederhana, pengoperasian mudah (Capallaz, 1992), sedangkan kelemahan generator
induksi yaitu membutuhkan daya reaktif untuk kinerjanya dan dipengaruhi oleh beban.
Menurut Shilpa dan Dias (2013) dalam penelitiannya pemasangan kapasitor seri terhubung
pada terminal keluaran generator induksi dibutuhkan untuk membangkitkan daya reaktif agar
generator induksi menghasilkan tegangan yang stabil untuk kondisi tanpa beban.
Generator induksi yang diaplikasikan dalam penelitian ini adalah sebuah motor
induksi berdaya 1 HP,1 fase, dan 940 rpm yang diubah-fungsikan menjadi generator induksi 6
kutub. Penggerak mula (primemover) adalah motor induksi yang dikopel langsung dengan
generator induksi dalam pengujian skala laboratorium, namun untuk aplikasi nyata penggerak
mula digantikan dengan aliran air (PLTMh). Untuk pengujian kinerja dari generator ini
dihubungkan ke beban (resistif, lampu hemat energi) maupun tanpa beban.
Kinerja generator induksi sangat dipengaruhi oleh beban yang dipikul, ketika suatu
beban pada generator tersebut naik maupun turun maka berdampak pada tegangan dan
frekuensi (tidak stabil). Menurut Dragomirescu et al. (2011) dalam penelitiannya beban (load)
berpengaruh terhadap tegangan yang dibangkitkan pada SEIG. Untuk itu diperlukan konverter
frekuensi untuk mengendalikan keluaran tegangan (380 V, 50 Hz) pada generator, agar
berputar pada kecepatan tetap konstan. Pengaruh dari kecepatan dan kapasitansi sebagai
kombinasi parameter untuk SEIG agar menghasilkan nilai regulasi tegangan, regulasi
frekuensi dan beban untuk memberikan kinerja yang optimal (Chauhan et al., 2013). Sesuai
diagram heyland, bahwa perubahan dalam beban mengakibatkan perubahan dalam putaran
serta pula menyebabkan perubahan daripada arus buta yang diperlukan mesin (Kadir, 1981).
Kecepatan putar pada generator dapat dihitung dengan persamaan berikut:
(1)
dengan :
Ns = kecepatan medan putar (rpm)
f = frekuensi (Hz)
p = jumlah kutub
Frekuensi dengan persamaan berikut:
(2)
dengan :
8. 4
f = frekuensi (Hz)
Ns = kecepatan medan putar (rpm)
p = jumlah kutub
Tegangan dengan persamaan berikut:
e = B x l x v (3)
dengan :
e = tegangan terinduksi
B = fluksi magnetik (wb)
l = panjang konduktor (m)
v = kecepatan medan magnet (m/s)
Pada dasarnya generator induksi sangat terpengaruh oleh beberapa hal yakni
kecepatan putar, beban, dan kebutuhan daya reaktif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
bagaimana cara merancang prototipe generator induksi 1 fasa tereksitasi diri yang dapat
mengeluarkan tegangan sesuai standar PLN dan mengetahui pengaruh kecepatan putar
terhadap keluaran generator tersebut pada saat berbeban maupun tanpa beban. Hasil keluaran
yang diharapkan pada penelitian ini yaitu generator induksi bisa dimanfaatkan untuk batas
kondisi yang efektif, dimana pengaplikasian terutama untuk daerah terisolir dan juga skala
kecil atau rumah tangga.
2. METODE
Dalam penelitian ini dirancang sebuah prototipe motor induksi yang diubah-fungsikan
menjadi generator induksi 1 fase 6 kutub tereksitasi diri. Penelitian ini dilakukan di
laboratorium teknik elektro UMS dengan tahapan-tahapan dibawah ini.
Alat dan bahan yang diperlukan adalah motor induksi sebagai primemover, generator
induksi, v-belt, puli ukuran 3 inci, kapasitor 72 µF, kunci pas, obeng, volage regulator,
multimeter, tang ampere, lampu hemat energi, lampu pijar dan tachometer.
9. 5
Gambar 1. Rangkaian uji generator induksi tereksitasi diri
Studi literature adalah proses pencarian materi penunjang yang diperlukan terkait
penelitian yang bisa diambil dari beberapa referensi jurnal, karya ilmiah dan buku yang
dijadikan pedoman dalam penelitian yang terkait. Motor induksi diubah-fungsikan sebagai
generator induksi tereksitasi diri dikopel dengan penggerak mula (primemover), terminal
keluaran pada belitan utama terhubung dengan kapasitor sebagai sumber daya reaktif dan
dihubungkan dengan beban resistif dan LHE (lampu hemat energi) maupun tanpa beban.
Pengumpulan data didapat dari hasil keluaran pengujian generator induksi tersebut, yang
nantinya akan diolah dan dianalisis. Analisis data yang diperoleh dari hasil pengujian
dibandingkan dengan studi literature. Data yang diperoleh untuk dianalisis yaitu data hasil
pengujian generator induksi. Tahapan penelitian ditunjukkan dalam flowchart pada gambar 2.
puli
v-belt
Motor induksi
Tang ampere
Tachometer
Kapasitor 72µF
Generator induksi
LHEKunci pas
10. 6
Gambar 2. Flowchart Penelitian
Pengujian generator
Variasi bebanTanpa beban
Pengambilan
data
Analisis data
Kesimpulan dan penulisan laporan
Selesai
Mulai
Studi literature
Perancangan prototipe generator induksi 6
kutub tereksitasi diri
Pengaturan kec. putar dengan AVR
sudah
belum
11. 7
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium di teknik elektro UMS dengan menggunakan
motor induksi sebagai penggerak mula yang dihubungkan dengan generator induksi. Untuk
penerapan nyata, motor penggerak mula tersebut diganti dengan kincir air pada aplikasi
pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMh).
Motor induksi 1 fase 6 kutub dapat bekerja sebagai generator induksi tereksitasi diri
dengan prinsip kerja kecepatan putar rotor lebih besar dari kecepatan sinkron (Nr > Ns),
sehingga slip akan berubah menjadi negatif (daerah generator bekerja). Rotor yang berputar
akan memotong kumparan stator (timbul medan magnet) sehingga akan membangkitkan
tegangan (Kadir, 1981). Generator induksi tereksitasi diri membutuhkan suplai daya reaktif
yang dapat diambil dari bank kapasitor untuk membangkitkan tegangan pada terminal jangkar
keluarannya. Kebutuhan daya reaktif ini disesuaikan kebutuhan generator tersebut.
3.1 Pengujian generator induksi 6 kutub tanpa beban
Pengujian generator induksi dalam kondisi tanpa beban dengan pengaturan variasi kecepatan
dari 950 sampai 1050 rpm dengan menggunakan kapasitor berukuran 72 uF yang terhubung
pada terminal keluaran jangkar. Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengujian tanpa beban
Kecepatan putar (rpm) Tegangan (V) Frekuensi (Hz)
950 107,4 47,2
1000 161,8 49,4
1050 204,6 51,9
1100 236,6 54
1150 264,7 54,7
Gambar 3. Hubungan kecepatan putar terhadap tegangan dalam kondisi tanpa beban
107,4
161,8
204,6
236,6
264,7
0
50
100
150
200
250
300
950 1000 1050 1100 1150
tegangan(Volt)
kecepatan putar (rpm)
tanpa beban
12. 8
Gambar 4. Hubungan kecepatan putar terhadap frekuensi dalam kondisi tanpa beban
Pada tabel 1 data diambil sebanyak 5 kali pengujian, mulai dari 950 rpm menghasilkan
keluaran tegangan 107,4 volt. Untuk kecepatan putar 1150 rpm menghasilkan keluaran
tegangan 264,7 volt. Tingkat kenaikan kecepatan putar setiap 50 rpm dengan tujuan mendapat
hasil data sesuai standar PLN yaitu tegangan 220 volt. Gambar 3 membuktikan bahwa
kecepatan putar mempengaruhi tegangan, ketika kecepatan putar meningkat maka tegangan
akan semakin naik.
Gambar 4 menunjukkan kecepatan putar mulai 950 rpm menghasilkan frekuensi 47,2
Hz kemudian kecepatan putar dinaikkan menjadi 1000 rpm dapat menghasilkan frekuensi
49,4 Hz. Nilai tersebut sudah mendekati standar PLN yaitu 50 Hz. Sementara untuk kecepatan
putar 1050 rpm menghasilkan frekuensi 51,9 Hz, hasil tersebut sudah melampaui standar
PLN. Berdasarkan gambar 4 kecepatan putar juga mempengaruhi frekuensi, semakin tinggi
kecepatan putar maka frekuensi pun semakin tinggi.
Pada gambar 3 dan 4 menunjukkan hubungan antara kecepatan putar dengan tegangan
dan frekuensi keluaran yang dihasilkan. Hasil pengujian generator induksi tanpa beban
menunjukkan bahwa semakin tinggi kecepatan putar pada generator tersebut maka tegangan
dan frekuensi keluaran akan semakin tinggi. Untuk kecepatan putar dibawah 950 rpm
generator induksi tidak bisa membangkitkan tegangan. Syarat motor induksi diubah-fungsikan
sebagai generator induksi adalah kecepatan rotor harus lebih besar dibanding kecepatan
medan putar (Kadir, 1981). Begitu juga pemilihan nilai kapasitor yang kurang tepat juga
berpengaruh terhadap keluaran yang dihasilkan.
47,2
49,4
51,9
54
54,7
42
44
46
48
50
52
54
56
950 1000 1050 1100 1150
frekuensi(Hz)
kecepatan putar (rpm)
tanpa beban
13. 9
3.2 Pengujian generator induksi 6 kutub dengan beban LHE
Pengujian generator induksi pembebanan LHE dengan memvariasi beban tersebut mulai dari
24 sampai 120 watt, dengan tingkat kenaikan setiap beban 24 watt. Untuk kecepatan putar
diatur tetap konstan pada awal pengujian pertama yaitu 1050 rpm dan pengujian kedua yaitu
1100 rpm, selanjutnya kecepatan putar diamati perubahannya. Hasil pengujian ditunjukkan
pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengujian dengan beban LHE
Beban (P) Kecepatan Putar (rpm) Tegangan (V) Frekuensi (Hz)
24 1043,4 199,1 51,5
48 1033,5 188,3 50,4
72 1026,6 178,5 49,9
96 1020,6 171,3 49,5
120 1014,2 164,3 49
24 1064,9 217,5 52,9
48 1052,7 201,1 51,9
72 1043,6 177,6 50,3
96 1356,8 170 49,7
120 1029,6 163,2 48,9
Gambar 5. Hubungan beban terhadap tegangan dan kecepatan putar dengan beban LHE
199,1 188,3 178,5 171,3 164,3
1043,4 1033,5 1026,6 1020,6 1014,2
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
24 48 72 96 120
beban (watt)
kec. putar (rpm)
tegangan (volt)
14. 10
Gambar 6. Hubungan beban terhadap frekuensi dan kecepatan putar dengan beban LHE
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa pembebanan LHE berpengaruh terhadap keluaran
pada generator induksi. Beban LHE dengan kenaikan daya bertahap mulai 24 sampai 120
watt. Gambar 5 menunjukkan ketika beban meningkat maka kecepatan putar akan menurun,
peningkatan beban 24 watt mengakibatkan kecepatan putar turun menjadi 1043,4 rpm sampai
beban ditingkatkan menjadi 120 watt kemudian kecepatan putar turun menjadi 1014,2 rpm.
Begitu juga dengan tegangan, naiknya beban secara bertahap akan mengakibatkan tegangan
menurun. Hasil menunjukkan bahwa drop tegangan semakin tinggi ketika pembebanan
semakin naik.
Gambar 6 menunjukkan bahwa semakin tinggi pembebanan maka kecepatan putar
juga akan mengalami penurunan walaupun tidak signifikan akan tetapi berpengaruh juga
terhadap frekuensi, yaitu akan mengalami penurunan. Ketika beban mencapai 24 watt
diperoleh frekuensi 51,5 Hz sampai dengan beban 120 watt diperoleh frekuensi 49 Hz.
Ketika beban mencapai 48 watt penurunan frekuensi sebesar 2% kemudian untuk beban 72
watt sampai 120 watt tidak mengalami penurunan yang signifikan.
Pada gambar 5 dan 6 menunjukkan hubungan antara kecepatan putar terhadap
tegangan dan frekuensi keluaran generator induksi 6 kutub dengan beban LHE. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa semakin tinggi beban yang dipikul maka drop tegangan akan
semakin tinggi, begitu juga untuk kecepatan putar akan menurun. Ketika beban mencapai 120
watt drop tegangan mencapai 17% akan tetapi generator induksi masih mampu memikul
beban LHE. Ketika kecepatan putar menurun maka frekuensi juga akan mengalami
penurunan. Penurunan tegangan dan frekuensi terjadi karena melambatnya putaran motor
51,5 50,4 49,9 49,5 49
1043,4 1033,5 1026,6 1020,6 1014,2
0
200
400
600
800
1000
1200
24 48 72 96 120
beban (watt)
kec. putar (rpm)
frekuensi (Hz)
15. 11
yang dipengaruhi oleh beban yang dipikul. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya,
bahwa tegangan dan frekuensi keluaran dari generator induksi dipengaruhi oleh tinggi dan
jenis beban listrik yang disuplainya. Semakin tinggi daya beban yang dipikul generator maka
tegangan dan frekuensinya akan menurun (Supardi et al., 2014).
3.3 Pengujian generator induksi 6 kutub dengan beban resitif
Pengujian generator induksi 6 kutub dengan memvariasi beban resistif mulai 40 sampai 200
watt, dengan tingkat kenaikan beban setiap 40 watt. Untuk kecepatan putar diatur tetap
konstan pada awal pengujian pertama yaitu 1050 rpm dan pengujian kedua yaitu 1100 rpm,
selanjutnya kecepatan putar diamati perubahannya. Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3.Hasil pengujian beban resistif
Beban (P) Kecepatan putar (rpm) Tegangan (V) Frekuensi (Hz)
40 1038,6 192,3 51,5
80 1034 177,2 50,7
120 1029,8 164 50,4
160 1029,6 149,2 50,3
200 1038,7 132,7 50,6
40 1054,6 205,9 52
80 1047 187 51,4
120 1045,1 173,7 50,9
160 1046,1 160,9 51
200 1053,6 146,9 51,6
Gambar 7. Hubungan beban terhadap tegangan dan kecepatan putar dengan beban resistif
192,3 177,2 164 149,2 132,7
1038,6 1034 1029,8 1029,6 1038,7
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
40 80 120 160 200
beban (watt)
kec. putar (rpm)
tegangan (volt)
16. 12
Gambar 8. Hubungan beban terhadap frekuensi dan kecepatan putar dengan beban resistif
Pada pengujian ketiga dengan beban resistif sesuai gambar 7 menunjukkan bahwa
beban resistif berpengaruh signifikan terhadap tegangan. Untuk kecepatan putar pada awal
pengujian dipertahankan tetap konstan yaitu 1050 rpm, sesuai gambar 7 kecepatan putar juga
mengalami penurunan karena beban yang terus meningkat. Ketika beban 40 watt tegangan
menjadi 192,3 volt kemudian beban dinaikkan sampai 200 watt tegangan menjadi 132,7 volt.
Sesuai data bahwa pembebanan berpengaruh terhadap tegangan. Semakin tinggi beban yang
dipikul maka tegangan akan semakin menurun begitu juga putaran pada rotor generator
induksi tersebut akan melambat.
Gambar 8 menunjukkan pembebanan resistif juga berpengaruh terhadap frekuensi
akan tetapi ada tren yang sedikit berbeda. Pada awal pengujian kecepatan putar dipertahankan
tetap konstan 1050 rpm, sesuai gambar 8 kecepatan putar juga mengalami penurunan. Beban
resistif mulai 40 watt menghasilkan frekuensi 51,5 Hz dan beban yang ditingkatkan secara
bertahap. Ketika beban mencapai 160 watt menghasilkan frekuensi 50,3 Hz, sesuai data
bahwa pembebanan resistif berpengaruh terhadap frekuensi yang dihasilkan akan semakin
menurun. Menurunnya frekuensi ini dipengaruhi oleh kecepatan putar yang semakin
menurun, karena memikul beban resistif yang meningkat. Namun untuk beban 200 watt
frekuensi kembali naik menjadi 50,6 Hz begitu juga kecepatan putar meningkat menjadi
1038,7 rpm akan tetapi tegangan tetap turun karena pengaruh beban tersebut.
Gambar 7 dan 8 menunjukkan hubungan antara kecepatan putar terhadap tegangan dan
frekuensi keluaran generator induksi 6 kutub dengan beban resistif. Hasil data bahwa semakin
51,5 50,7 50,4 50,3 50,6
1038,6 1034 1029,8 1029,6 1038,7
0
200
400
600
800
1000
1200
40 80 120 160 200
beban (watt)
kec. putar (rpm)
frekuensi (Hz)
17. 13
tinggi beban maka tegangan akan semakin menurun, untuk pembebanan resistif ini
mengalami drop tegangan signifikan yaitu mencapai 31%. Sama halnya dengan kecepatan
putar juga mengalami penurunan, maka frekuensi pun akan mengalami penurunan.
Melambatnya putaran generator tersebut akibat memikul beban yang terlalu tinggi. Akan
tetapi ada tren yang sedikit berbeda ketika beban mencapai 200 watt, kecepatan putar dan
frekuensi kembali naik sedangkan tegangan tetap turun. Kondisi tersebut terjadi karena
keadaan beban tertentu dari generator induksi (keadaan jenuh), karena hal ini mempengaruhi
reaktansi-reaktansi pada generator tersebut (Kadir, 1981). Generator induksi 6 kutub
mengalami keadaan jenuh pada beban 200 watt oleh karena itu kecepatan putar kembali naik
begitu juga dengan frekuensi.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan generator induksi 6 kutub dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Tingginya kecepatan putar akan mempengaruhi keluaran pada generator induksi. Berdasar
pada data pengujian, semakin tinggi kecepatan putar maka tegangan dan frekuensi yang
dihasilkan juga semakin tinggi begitu juga sebaliknya untuk kondisi tanpa beban. Proses
pengujian dilakukan dengan cara memvariasi kecepatan putar mulai 950 samapi 1150 rpm
sehingga menghasilkan nilai tegangan dan frekuensi sesuai standar PLN (220 V, 50 Hz).
Tegangan dan frekuensi pada generator induksi sangat dipengaruhi oleh beban dan kecepatan
putar. Ketika beban semakin besar maka drop tegangan akan semakin besar sehingga
tegangannya akan semakin turun. Beban yang digunakan adalah beban resistif dan LHE, drop
tegangan untuk beban resitif mencapai 31% ketika beban mencapai 200 watt sedangkan drop
tegangan beban LHE hanya 17% ketika beban mencapai 120 watt. Kondisi tersebut
dipergaruhi oleh tinggi dan jenis beban yang dipikul oleh generator tersebut. Drop tegangan
bisa diminimalisir dengan menaikkan kecepatan putar sesuai perubahan kebutuhan beban.
Pada penelitian berikutnya penulis berharap adanya pengembangan pada generator induksi
ini, agar kecepatan putarannya lebih stabil yang dapat digunakan pada kondisi beban yang
lebih variatif dan untuk pengaplikasian skala lebih besar.
18. 14
PERSANTUNAN
Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan, bantuan, dan saran dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih untuk kedua orangtua tercinta dan keluarga
penulis, terimakasih atas dukungan dan doanya dalam mengerjakan tugas akhir ini dan juga
bapak Agus Supardi, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan
dukungan dalam penyelesaian tugar akhir ini. Bapak Ir. Sri Sunarjono, M.T., Ph.D. selaku
dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta selain itu bapak Umar, S.T.,
M.T. selaku ketua jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Surakarta tidak lupa
bapak dan ibu dosen Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Surakarta. Teman-teman
Teknik Elektro angkatan 2012. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
5. DAFTAR PUSTAKA
Chapallaz, J. M. (1992). Manual on induction Motors Used as Generators, Deutches Zentrum
fur Entwicklungstechnologien- GATEm Braunschweig, Germany
Chauhan, Y. K., Yadav, V. K., and Singh, B. (2013). Optimum Utilisation of self-excited
Induction Generator. IET Electric Power Aplication, 7(9):680 – 692.
Dragomirescu, I., Ungureanu, C. L., and Nedelea, V. (2011). The Control of Voltage and
Frequency of Self-excited Three-Phase Induction Generator. Anul XVIII, NR(3):109 –
114.
Farrag, M. E. A., & Putrus, G. A. (2014). Analysis of the Dynamic Performance of Self-
Excited Induction Generators Employed in Renewable Energy Generation. Energies,
7,278 – 294. http://doi.org/10.3390/en7010278
Gupta, A. (2012). Analysis of Self-Excited Induction Generator for Isolated System.
International Journal Of Computational Engineering Research, 2(2):353 – 358. http://
doi.org/10.1049/iet.epa.2013.0038
Kadir, A. 1981. Mesin TakSerempak. Jakarta: Djambatan
Shilpa, G. K. & Dias, P. F. (2013). Stability of Voltage using Different Control strategies In
Isolated Self Excited Induction Generator for Variable Speed Aplications. International
Journal of Engineering Trends and Technology (IJEET), 4(3):2366 – 2370.
19. 15
Supardi, A., Susilo, J., dan Faris. (2014). Pengaruh pembebanan terhadap karakteristik
keluaran generator induksi 1 fase. Jurnal Emitor, 2(14):1 – 6
Yudha, M. P. P. (2013). BKKBN: Jumlah Penduduk Indonesia Sangat Tinggi. Dari:
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/11/01/mvjx78-bkkbn-
jumlah-penduduk-indonesia-sangat-tinggi. Diakses pada: Jumat, 24 Juni 2016