際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karsinoma nasofaring merupakan keganasan di daerah kepala dan leher
yang selalu berada dalam kedudukan lima besar diantara keganasan bagian tubuh
lain bersama dengan kanker serviks , kanker payudara, tumor ganas getah bening
dan kanker kulit. Angka kejadian karsinoma nasofaring paling tinggi ditemukan
di Asia dan jarang ditemukan di Amerika dan Eropa. Akan tetapi angka insiden
cukup tinggi di sebagian tempat dan dipercaya faktor genetik dan lingkungan
pencetus karsinoma nasofaring.1
Meskipun banyak ditemukan di negara penduduk non-Mongoloid namun
demikian daerah cina bagian selatan masih menduduki tempat tertinggi, yaitu
dengan 2500 kasus pertahun untuk provinsi Guang-Dong (Kwantung) atau
prevalensi 39,84/100.000 penduduk.1
Ras mongoloid merupakan faktor dominan timbulnya karsinoma
nasofaring, sehingga kekerapannya cukup tinggi pada penduduk cina bagian
selatan, Hongkong, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.1
Insidens karsinoma nasofaring berbeda secara geografis dan etnik serta
hubungannya dengan Epstein-Barr Virus (EBV). Secara global, pada tahun 2000
terdapat lebih kurang 65.000 kasus baru dan 38.000 kematian yang disebabkan
karsinoma nasofaring. Di beberapa negara insidens karsinoma nasofaring ini
hanya 0,6 % dari semua keganasan. Di Amerika insiden karsinoma nasofaring 1-
2 kasus per 100.000 laki-laki dan 0,4 kasus per 100.000 perempuan. Namun di
negara lain dan kelompok etnik tertentu, seperti di Cina, Asia Tenggara, Afrika
Utara, tumor ganas ini banyak ditemukan.2
Di Indonesia penyakit ini termasuk sepuluh besar keganasan dan di
bidang THT menduduki peringkat pertama keganasan pada daerah kepala dan
leher. Angka kejadian karsinoma nasofaring di Indonesia yaitu 4,7 kasus baru
per 100.000 penduduk per tahun. Insiden yang tinggi ini dapat disebabkan
tingginya faktor risiko karsinoma nasofaring di Indonesia, yaitu tingginya
konsumsi ikan asin dan makanan yang diawetkan, pajanan di tempat kerja oleh
zat-zat karsinogenik seperti formaldehid, debu kayu serta asap kayu bakar.3
Karsinoma nasofaring lebih banyak dijumpai pada pria dari pada
wanita dengan perbandingan 2-3 pria berbanding 1 wanita, dan banyak dijumpai
pada usia produktif, yaitu 40-60 tahun, tumor ganas ini tidak mempunyai gejala
yang spesifik, seringkali tanpa gejala, sehingga hal ini menyebabkan
keterlambatan dalam diagnosis dan terapi. Bahkan pada >70 % kasus gejala
pertama berupa lymphadenopathy cervical, yang merupakan metastasis
karsinoma nasofaring, sehingga perlu dilakukan usaha maksimal untuk
menurunkan angka kematian dengan mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kasinoma nasofaring.4
Banyak kasus karsinoma nasofaring yang terlambat didiagnosis karena
tidak ada gejala yang spesifik dan letaknya yang tersembunyi di belakang tabir
langit-langit. 4
Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan
kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr. Selain itu faktor
geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan,
2
sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat mempengaruhi
kemungkinan timbulnya karsinoma nasofaring. Keadaan sosial ekonomi yang
rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup juga menjadi salah satu faktor.
Dikatakan bahwa udara yang penuh asap di rumah-rumah yang kurang baik
ventilasinya di Cina, Indonesia dan Kenya, meningkatkan jumlah kasus
karsinoma nasofaring. 5
Karsinoma nasofaring disebabkan oleh multifaktor. Sampai sekarang
penyebab pastinya belum jelas. Faktor yang berperan untuk terjadinya
karsinoma nasofaring ini adalah faktor makanan seperti mengkonsumsi ikan
asin, sedikit memakan sayur dan buah segar. Faktor lain adalah non makanan
seperti debu, asap rokok, uap zat kimia, dan asap kayu bakar. Kaitan antara
virus Epstein-Barr dan konsumsi ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama
timbulnya penyakit ini. Virus tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan tetap
tinggal di sana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang
lama. Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator. Kebiasaan untuk
mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-kanak,
merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga
menimbulkan karsinoma nasofaring.5
Banyak penelitian mengenai perangai dari virus Epstein Barr ini
dikemukakan, tetapi virus ini bukan satu-satunya faktor, karena banyak faktor
lain yang sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ganas ini,
seperti letak geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, lingkungan, pekerjaan,
kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit.6
Diagnosis dini menentukan prognosis pasien, namun cukup sulit untuk
3
dilakukan, karena nasofaring tersembunyi di belakang tabir langit-langit dan
terletak di bawah dasar tengkorak. Oleh karena itu, tidak mudah diperiksa oleh
mereka yang bukan ahli. Sering kali, tumor ditemukan terlambat dan
menyebabkan metastasis ke leher lebih sering ditemukan sebagai gejala pertama.6
Hasil pra survey yang dilakukan di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek
Provinsi Lampung kejadian Ca Nasofaring tahun 2014 sebanyak 49 orang dengan
proporsi sebanyak 30 orang (61%) berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 19
orang (39%) berjenis kelamin perempuan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul: Analisis Faktor Risiko Dengan Terjadinya Angka
Kejadian Pasien Ca Nasofaring di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2014.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: Apa saja faktor risiko dengan terjadinya angka kejadian pasien Ca
Nasofaring di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor risiko dengan terjadinya angka kejadian pasien
Ca Nasofaring di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui angka kejadian Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014
4
2. Untuk mengetahui usia penderita Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014
3. Untuk mengetahui jenis kelamin penderita Ca Nasofaring di RSUD DR. H.
Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014
4. Untuk mengetahui gejala klinis Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014
5. Untuk mengetahui hubungan antara faktor usia dengan angka kejadian Ca
Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014
6. Untuk mengetahui hubungan antara faktor jenis kelamin dengan angka
kejadian Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi
Lampung tahun 2014
7. Untuk mengetahui hubungan antara gejala klinis dengan angka kejadian Ca
Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
1. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi dalam
pengembangan dan untuk meningkatkan pengetahuan tentang hubungan antara
faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa dalam
melakukan penelitian tentang hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala
klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring.
5
3. Bagi peneliti yang Akan Datang
Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain terutama peneliti
tentang hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka
kejadian Ca Nasofaring.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi institusi pelayanan kesehatan
sebagai masukan dalam upaya peningkatan kesehatan terutama yang berhubungan
dengan hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka
kejadian Ca Nasofaring.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan penelitian yang peneliti susun, maka peneliti membatasi ruang lingkup
penelitian pada subjek penelitian yaitu faktor risiko dengan terjadinya angka
kejadian pasien Ca Nasofaring, sifat penelitian ini adalah survey analitik, waktu
penelitian pada bulan Maret 2015 dan lokasi penelitian di RSUD DR. H. Abdoel
Moeloek Provinsi Lampung.
6
3. Bagi peneliti yang Akan Datang
Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain terutama peneliti
tentang hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka
kejadian Ca Nasofaring.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi institusi pelayanan kesehatan
sebagai masukan dalam upaya peningkatan kesehatan terutama yang berhubungan
dengan hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka
kejadian Ca Nasofaring.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan penelitian yang peneliti susun, maka peneliti membatasi ruang lingkup
penelitian pada subjek penelitian yaitu faktor risiko dengan terjadinya angka
kejadian pasien Ca Nasofaring, sifat penelitian ini adalah survey analitik, waktu
penelitian pada bulan Maret 2015 dan lokasi penelitian di RSUD DR. H. Abdoel
Moeloek Provinsi Lampung.
6

More Related Content

Recently uploaded (20)

PDF
Preventio Est Clavis Aurea : Kekasih Ferizal. ( Karya FERIZAL BAPAK SASTRA...
Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe
PPT
Konsep anatomi dan fisiologi sist pencernaan
suhartiningsih8
PDF
[Materi] Infeksi Tropis - Complete Class Materi Agustus.pdf
ZasVutra
PPTX
presentasi BedsiddeMonitor kelompok 3.pptx
AgungToks
PDF
ILUK SI PENTING rencana program pencegahan
zulyanputra1
PPTX
MODEL BIMBINGAN DAN PEMBELAJARAN di rumah sakit
mulyanti22
PPTX
Presentasi oleh dokter spesialis Penyakit jantung anak BSTV.pptx
KristichaNietya1
PDF
Novel Dari Pengobatan Hippocrates ke Ferizal Bapak Sastra Promosi Kesehatan I...
Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe
PPT
materi hospital_disaster_plan rumah .ppt
onkogas
PPTX
OSTEOARTRITIS penyakit radang sendi pada lansia.pptx
IkraSiswanto
PDF
TRILOGI PIERRE FAUCHARD, KARYA FERIZAL BAPAK SASTRA KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe
PPTX
pediatric ophthal strab power point presentation.pptx
gunanti1307
PPT
PERTEMUAN XIV PENGUJIAN MIKROBIOLOGI BAHAN FARMASI.ppt
yulis adriana
PPT
Plisosom bagian dari organel sel yang fungsinya untuk eksresipt
yulis adriana
PPTX
Praktek keperawatan dasar selama praktik
mulyanti22
PPT
GLOBAL SITUASI AFP,MEASLES & VPD PENYAKIT DAPAT DI CEGAH DENGAN IMUNISASI
Raisa Nubua Hasir
PPTX
Pemeriksaan Faktor Risiko PTM - SIDAMULYA.pptx
gegeisma03
PDF
TRILOGI PIERRE FAUCHARD, KARYA FERIZAL BAPAK SASTRA KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe
PDF
Perkuliahan Intensif dari Instrumen Anestesi
ElsaSitumeang
PPTX
diagnosis stroke hemoragik kedokteran ppt
LeriSusmanto
Preventio Est Clavis Aurea : Kekasih Ferizal. ( Karya FERIZAL BAPAK SASTRA...
Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe
Konsep anatomi dan fisiologi sist pencernaan
suhartiningsih8
[Materi] Infeksi Tropis - Complete Class Materi Agustus.pdf
ZasVutra
presentasi BedsiddeMonitor kelompok 3.pptx
AgungToks
ILUK SI PENTING rencana program pencegahan
zulyanputra1
MODEL BIMBINGAN DAN PEMBELAJARAN di rumah sakit
mulyanti22
Presentasi oleh dokter spesialis Penyakit jantung anak BSTV.pptx
KristichaNietya1
Novel Dari Pengobatan Hippocrates ke Ferizal Bapak Sastra Promosi Kesehatan I...
Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe
materi hospital_disaster_plan rumah .ppt
onkogas
OSTEOARTRITIS penyakit radang sendi pada lansia.pptx
IkraSiswanto
TRILOGI PIERRE FAUCHARD, KARYA FERIZAL BAPAK SASTRA KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe
pediatric ophthal strab power point presentation.pptx
gunanti1307
PERTEMUAN XIV PENGUJIAN MIKROBIOLOGI BAHAN FARMASI.ppt
yulis adriana
Plisosom bagian dari organel sel yang fungsinya untuk eksresipt
yulis adriana
Praktek keperawatan dasar selama praktik
mulyanti22
GLOBAL SITUASI AFP,MEASLES & VPD PENYAKIT DAPAT DI CEGAH DENGAN IMUNISASI
Raisa Nubua Hasir
Pemeriksaan Faktor Risiko PTM - SIDAMULYA.pptx
gegeisma03
TRILOGI PIERRE FAUCHARD, KARYA FERIZAL BAPAK SASTRA KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe
Perkuliahan Intensif dari Instrumen Anestesi
ElsaSitumeang
diagnosis stroke hemoragik kedokteran ppt
LeriSusmanto

Featured (20)

PDF
Artificial Intelligence, Data and Competition SCHREPEL June 2024 OECD dis...
OECD Directorate for Financial and Enterprise Affairs
PDF
How to Leverage AI to Boost Employee Wellness - Lydia Di Francesco - SocialHR...
SocialHRCamp
PDF
2024 State of Marketing Report by Hubspot
Marius Sescu
PDF
Everything You Need To Know About ChatGPT
Expeed Software
PDF
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Pixeldarts
PDF
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
ThinkNow
PDF
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
marketingartwork
PDF
Skeleton Culture Code
Skeleton Technologies
PDF
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
Neil Kimberley
PDF
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
contently
PPTX
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
Albert Qian
PDF
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Kurio // The Social Media Age(ncy)
PDF
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Search Engine Journal
PDF
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
SpeakerHub
PDF
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
Clark Boyd
PDF
Getting into the tech field. what next
Tessa Mero
PDF
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Lily Ray
PDF
How to have difficult conversations
Rajiv Jayarajah, MAppComm, ACC
PDF
Introduction to Data Science
Christy Abraham Joy
PDF
Time Management & Productivity - Best Practices
Vit Horky
Artificial Intelligence, Data and Competition SCHREPEL June 2024 OECD dis...
OECD Directorate for Financial and Enterprise Affairs
How to Leverage AI to Boost Employee Wellness - Lydia Di Francesco - SocialHR...
SocialHRCamp
2024 State of Marketing Report by Hubspot
Marius Sescu
Everything You Need To Know About ChatGPT
Expeed Software
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Pixeldarts
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
ThinkNow
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
marketingartwork
Skeleton Culture Code
Skeleton Technologies
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
Neil Kimberley
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
contently
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
Albert Qian
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Kurio // The Social Media Age(ncy)
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Search Engine Journal
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
SpeakerHub
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
Clark Boyd
Getting into the tech field. what next
Tessa Mero
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Lily Ray
How to have difficult conversations
Rajiv Jayarajah, MAppComm, ACC
Introduction to Data Science
Christy Abraham Joy
Time Management & Productivity - Best Practices
Vit Horky
Ad

@ New bab i

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring merupakan keganasan di daerah kepala dan leher yang selalu berada dalam kedudukan lima besar diantara keganasan bagian tubuh lain bersama dengan kanker serviks , kanker payudara, tumor ganas getah bening dan kanker kulit. Angka kejadian karsinoma nasofaring paling tinggi ditemukan di Asia dan jarang ditemukan di Amerika dan Eropa. Akan tetapi angka insiden cukup tinggi di sebagian tempat dan dipercaya faktor genetik dan lingkungan pencetus karsinoma nasofaring.1 Meskipun banyak ditemukan di negara penduduk non-Mongoloid namun demikian daerah cina bagian selatan masih menduduki tempat tertinggi, yaitu dengan 2500 kasus pertahun untuk provinsi Guang-Dong (Kwantung) atau prevalensi 39,84/100.000 penduduk.1 Ras mongoloid merupakan faktor dominan timbulnya karsinoma nasofaring, sehingga kekerapannya cukup tinggi pada penduduk cina bagian selatan, Hongkong, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.1 Insidens karsinoma nasofaring berbeda secara geografis dan etnik serta hubungannya dengan Epstein-Barr Virus (EBV). Secara global, pada tahun 2000 terdapat lebih kurang 65.000 kasus baru dan 38.000 kematian yang disebabkan karsinoma nasofaring. Di beberapa negara insidens karsinoma nasofaring ini hanya 0,6 % dari semua keganasan. Di Amerika insiden karsinoma nasofaring 1- 2 kasus per 100.000 laki-laki dan 0,4 kasus per 100.000 perempuan. Namun di
  • 2. negara lain dan kelompok etnik tertentu, seperti di Cina, Asia Tenggara, Afrika Utara, tumor ganas ini banyak ditemukan.2 Di Indonesia penyakit ini termasuk sepuluh besar keganasan dan di bidang THT menduduki peringkat pertama keganasan pada daerah kepala dan leher. Angka kejadian karsinoma nasofaring di Indonesia yaitu 4,7 kasus baru per 100.000 penduduk per tahun. Insiden yang tinggi ini dapat disebabkan tingginya faktor risiko karsinoma nasofaring di Indonesia, yaitu tingginya konsumsi ikan asin dan makanan yang diawetkan, pajanan di tempat kerja oleh zat-zat karsinogenik seperti formaldehid, debu kayu serta asap kayu bakar.3 Karsinoma nasofaring lebih banyak dijumpai pada pria dari pada wanita dengan perbandingan 2-3 pria berbanding 1 wanita, dan banyak dijumpai pada usia produktif, yaitu 40-60 tahun, tumor ganas ini tidak mempunyai gejala yang spesifik, seringkali tanpa gejala, sehingga hal ini menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis dan terapi. Bahkan pada >70 % kasus gejala pertama berupa lymphadenopathy cervical, yang merupakan metastasis karsinoma nasofaring, sehingga perlu dilakukan usaha maksimal untuk menurunkan angka kematian dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kasinoma nasofaring.4 Banyak kasus karsinoma nasofaring yang terlambat didiagnosis karena tidak ada gejala yang spesifik dan letaknya yang tersembunyi di belakang tabir langit-langit. 4 Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr. Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, 2
  • 3. sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya karsinoma nasofaring. Keadaan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup juga menjadi salah satu faktor. Dikatakan bahwa udara yang penuh asap di rumah-rumah yang kurang baik ventilasinya di Cina, Indonesia dan Kenya, meningkatkan jumlah kasus karsinoma nasofaring. 5 Karsinoma nasofaring disebabkan oleh multifaktor. Sampai sekarang penyebab pastinya belum jelas. Faktor yang berperan untuk terjadinya karsinoma nasofaring ini adalah faktor makanan seperti mengkonsumsi ikan asin, sedikit memakan sayur dan buah segar. Faktor lain adalah non makanan seperti debu, asap rokok, uap zat kimia, dan asap kayu bakar. Kaitan antara virus Epstein-Barr dan konsumsi ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama timbulnya penyakit ini. Virus tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan tetap tinggal di sana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator. Kebiasaan untuk mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-kanak, merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga menimbulkan karsinoma nasofaring.5 Banyak penelitian mengenai perangai dari virus Epstein Barr ini dikemukakan, tetapi virus ini bukan satu-satunya faktor, karena banyak faktor lain yang sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ganas ini, seperti letak geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, lingkungan, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit.6 Diagnosis dini menentukan prognosis pasien, namun cukup sulit untuk 3
  • 4. dilakukan, karena nasofaring tersembunyi di belakang tabir langit-langit dan terletak di bawah dasar tengkorak. Oleh karena itu, tidak mudah diperiksa oleh mereka yang bukan ahli. Sering kali, tumor ditemukan terlambat dan menyebabkan metastasis ke leher lebih sering ditemukan sebagai gejala pertama.6 Hasil pra survey yang dilakukan di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung kejadian Ca Nasofaring tahun 2014 sebanyak 49 orang dengan proporsi sebanyak 30 orang (61%) berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 19 orang (39%) berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: Analisis Faktor Risiko Dengan Terjadinya Angka Kejadian Pasien Ca Nasofaring di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2014. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apa saja faktor risiko dengan terjadinya angka kejadian pasien Ca Nasofaring di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor risiko dengan terjadinya angka kejadian pasien Ca Nasofaring di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui angka kejadian Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014 4
  • 5. 2. Untuk mengetahui usia penderita Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014 3. Untuk mengetahui jenis kelamin penderita Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014 4. Untuk mengetahui gejala klinis Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014 5. Untuk mengetahui hubungan antara faktor usia dengan angka kejadian Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014 6. Untuk mengetahui hubungan antara faktor jenis kelamin dengan angka kejadian Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014 7. Untuk mengetahui hubungan antara gejala klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis 1. Bagi Instansi Kesehatan Hasil ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi dalam pengembangan dan untuk meningkatkan pengetahuan tentang hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa dalam melakukan penelitian tentang hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring. 5
  • 6. 3. Bagi peneliti yang Akan Datang Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain terutama peneliti tentang hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring. 1.4.2 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi institusi pelayanan kesehatan sebagai masukan dalam upaya peningkatan kesehatan terutama yang berhubungan dengan hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan penelitian yang peneliti susun, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian pada subjek penelitian yaitu faktor risiko dengan terjadinya angka kejadian pasien Ca Nasofaring, sifat penelitian ini adalah survey analitik, waktu penelitian pada bulan Maret 2015 dan lokasi penelitian di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung. 6
  • 7. 3. Bagi peneliti yang Akan Datang Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain terutama peneliti tentang hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring. 1.4.2 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi institusi pelayanan kesehatan sebagai masukan dalam upaya peningkatan kesehatan terutama yang berhubungan dengan hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan penelitian yang peneliti susun, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian pada subjek penelitian yaitu faktor risiko dengan terjadinya angka kejadian pasien Ca Nasofaring, sifat penelitian ini adalah survey analitik, waktu penelitian pada bulan Maret 2015 dan lokasi penelitian di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung. 6