2. PENDAHULUAN
Kakao merupakan salah satu komoditas
andalan perkebunan yang peranannya
cukup penting bagi perekonomian
nasional, khususnya sebagai penyedia
lapangan kerja, sumber pendapatan dan
devisa negara.
Kakao termasuk tanaman perkebunan
berumur tahunan. Tanaman tahunan ini
dapat mulai berproduksi pada umur 3-4
tahun .
3. Sistematika Tanaman Kakao
Menurut Tjitrosoepomo (1988) sistematika tanaman
kakao ialah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angioospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Marga : Theobroma
Jenis : Theobroma cacao L
4. Syarat Tumbuh
Di daerah tempat asalnya (Amerika Selatan), tanaman kakao tumbuh
subur di hutan-hutan dataran rendah dan hidup dibawah naungan pohon-
pohon yang tinggi. Kesuburan tanah, kelembaban udara, suhu dan curah
hujan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman kakao. Susanto
(1994) mengatakan bahwa kakao mempunyai persyaratan tumbuh
sebagai berikut :
curah hujan 1.600 3.000 mm tahun atau rata-rata optimalnya 1.500 mm
tahun yang terbagi merata sepanjang tahun (tidak ada bulan kering), garis
lintang 20 LS samapai 20 LU, tinggi tempat 0 s/d 600 m dpl, suhu
yang terbaik 24 C s/d 28 C dan angin yang kuat (lebih dari 10 m detik)
berpengaruh jelek terhadap tanaman kakao. Kecepatan angin yang baik
bagi tanaman kakao adalah 2-5 m detik karena dapat membantu
penyerbukan, kemiringan tanah kurang dari 45% dan tekstur tanah terdiri
dari 50% pasir, 10% - 20% debu dan 30% - 40% lempung. Tekstur
tanah yang cocok bagi tanaman kakao adalah tanah liat berpasir dan
lempung liat berpasir.
5. TAHAP-TAHAP OKULASI
Menyiapkan Batang Bawah
Kulit kayu ditoreh dari atas, lebar 1,5
cm panjang sekitar 5 cm. Kulit kayu
ini disayat dengan sudut 45甦 Caranya,
.
kulit ditekan pada pisau dengan jari
telunjuk sambil ditarik ke atas sampai
ujung torehan.
7. Lanjutan..
Menempelkan Mata Okulasi
Lidah kulit batang bawah diangkat, kemudian mata tunas
disisipkan ke dalamnya. Harus diusahakan tepi mata tunas
bersinggungan dengan tepi kulit batang bawah. Selanjutnya
lidah kulit ditutupkan ke mata-mata tunas dan diikat.
Pengikatan dari bawah ke atas membentuk susunan seperti
genteng. Arah bukaan kulit batang bawah bisa dari atas ke
bawah, tetapi risikonya jika pengikatan tidak rapat, mata tunas
sering busuk karena tergenang air hujan.
8. PENGAMATAN
Pengamatan terhadap hasil okulasi
ialah dengan cara membuka
tali, mengangkat lidah kulit bawah
tanah, dan menusukkan pisau atau
kuku ke kulit mata okulasi, jika
mata okulasi masih berwarna hijau
berarti okulasi jadi, tetapi jika
berwarna cokelat berarti okulasi
gagal.
9. HASIL AKHIR
Setelah mata okulasi kelihatan
membesar (metir), batang bawah
dilengkungkan dengan cara
menyayat batangnya di atas
tempelan. Bentuk pemeliharan
yang diperlukan adalah membuang
tunas-tunas yang tumbuh selain
tunas mata okulasi, melindungi
tunas baru dari hama dan penyakit,
serta melakukan penyiraman dan
pemupukkan.
10. Kesimpulan
Perbanyakan vegetatif akan menghasilkan
tanaman yang secara genetis sama dengan
induknya sehingga akan diperoleh tanaman
kakao yang produktivitas serta kualitasnya
seragam. Karena itu, penggunaan bahan
tanam vegetatif yang berasal dari klon-
klon kakao yang sudah teruji
keunggulannya akan lebih menjamin
produktivitas dan kualitas biji kakao yang
dihasilkan.
11. DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2004, Kakao (theobroma cacao L), Direktorat
Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian Departemen Pertanian RI.
Tjitrosoepomo, Gembong, 1988, Taksonomi Tumbuhan
(Spermathopyta), Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada.
Tumpal H.S. Siregar dkk, 2006, Budidaya, Pengolahan dan
Pemasaran Coklat, Penebar Swadaya Jakarta.