HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Dokumen ini membahas tentang definisi, struktur, siklus hidup, sel target, cara penularan, patogenesis, perjalanan penyakit, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan HIV/AIDS. Terdapat empat stadium klinis penyakit berdasarkan WHO yang digunakan untuk memantau perkembangan klinis pasien. Pengobatan utama untuk HIV/AIDS adalah terapi antiretroviral yang bertujuan menek
1. Laporan pendahuluan ini membahas tentang HIV/AIDS, meliputi pengertian, etiologi, cara penularan, patofisiologis, tanda dan gejala, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan medisnya.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, gejala, diagnosis, komplikasi, dan penanggulangan HIV/AIDS. HIV adalah virus yang menyerang sel T CD4+ dan menyebabkan AIDS bila jumlah sel T CD4+ menurun di bawah 200/亮L darah. Gejala AIDS bervariasi mulai dari ringan hingga parah seperti infeksi oportunistik. Diagnosis dilakukan secara klinis dan laboratorium. Penanggulangannya meliputi promosi kesehatan,
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem imun khususnya imunodefisiensi. Secara ringkas dibahas mengenai patofisiologi HIV, gambaran klinis, tingkat infeksi HIV, dan infeksi oportunistik seperti Pneumonia Pneumocystis Karinii dan Citomegalovirus."
Tinjauan teoritis membahas konsep penyakit HIV/AIDS, termasuk pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, serta manajemen mediknya. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga dapat menyebabkan AIDS atau penurunan kekebalan dalam jangka panjang. Penularan HIV dapat terjadi melalui kontak darah atau cairan tubuh. Saat ini belum ada penyembuhan untuk
Perjalanan infeksi hiv dapat dijelaskna dalam tiga faseImhe Imha
油
Perjalanan infeksi HIV terdiri dari tiga fase: (1) fase akut yang ditandai gejala demam dan limfadenopati; (2) fase laten dimana virus terkendali tetapi terus bereplikasi; (3) fase kronis dengan penurunan sel T-CD4 dan infeksi oportunistik yang mengarah pada AIDS. HIV menginfeksi sel dengan mengikat reseptor CD4 dan bereplikasi terus selama fase laten walaupun dengan aktivitas rendah.
Dokumen tersebut membahas tentang patofisiologi dan sejarah alami infeksi HIV. Ada beberapa poin penting yang dijelaskan dalam dokumen, yaitu: (1) HIV menyerang sel CD4 dan menggunakannya untuk bereplikasi, (2) sistem kekebalan tubuh yang sedang berkembang pada anak membuat progresi penyakit HIV lebih cepat, dan (3) terapi obat antiretroviral digunakan untuk mencegah resistensi terhadap virus
1. Laporan pendahuluan dan askep pada pasien dengan HIV membahas konsep dasar AIDS, etiologi, manifestasi klinis, diagnostik, dan penatalaksanaan pasien HIV.
Klasifikasi stadium klinis HIV/AIDS menurut WHO terdiri dari 4 stadium. Stadium 1 adalah asimtomatik, stadium 2 ringan, stadium 3 sedang, dan stadium 4 berat. Pada anak, stadium klinis meliputi limfadenopati, hepatosplenomegali, dan berbagai infeksi seperti kandidiasis. HIV adalah virus yang menyerang sel kekebalan dan menyebabkan AIDS akibat defisiensi sistem kekebalan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, gejala, diagnosis, dan penanggulangan HIV/AIDS. HIV adalah virus yang menyerang sel T CD4+ dan menyebabkan kekebalan tubuh menurun, sehingga menimbulkan berbagai infeksi oportunistik. Diagnosis HIV dapat dilakukan melalui tes laboratorium dan gejala klinis. Upaya penanggulangan meliputi promosi kesehatan, pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dan asuhan keperawatan pasien HIV/AIDS secara fisik, meliputi epidemiologi global dan lokal HIV/AIDS, mikrobiologi HIV, penularan dan risiko, patofisiologi, diagnosis, tahapan penyakit, penatalaksanaan, serta pencegahan penularan dari ibu ke anak.
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan kelemahan daya tahan tubuh. Gejalanya bervariasi mulai dari demam, diare, hingga infeksi oportunistik yang dapat mengancam jiwa. Pengobatannya belum spesifik, namun terapi antiviral dan pencegahan infeksi sekunder dapat memperlambat perkembangan penyakit.
Tinjauan teoritis membahas konsep penyakit HIV/AIDS, termasuk pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, serta manajemen mediknya. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga dapat menyebabkan AIDS atau penurunan kekebalan dalam jangka panjang. Penularan HIV dapat terjadi melalui kontak darah atau cairan tubuh. Saat ini belum ada penyembuhan untuk
Perjalanan infeksi hiv dapat dijelaskna dalam tiga faseImhe Imha
油
Perjalanan infeksi HIV terdiri dari tiga fase: (1) fase akut yang ditandai gejala demam dan limfadenopati; (2) fase laten dimana virus terkendali tetapi terus bereplikasi; (3) fase kronis dengan penurunan sel T-CD4 dan infeksi oportunistik yang mengarah pada AIDS. HIV menginfeksi sel dengan mengikat reseptor CD4 dan bereplikasi terus selama fase laten walaupun dengan aktivitas rendah.
Dokumen tersebut membahas tentang patofisiologi dan sejarah alami infeksi HIV. Ada beberapa poin penting yang dijelaskan dalam dokumen, yaitu: (1) HIV menyerang sel CD4 dan menggunakannya untuk bereplikasi, (2) sistem kekebalan tubuh yang sedang berkembang pada anak membuat progresi penyakit HIV lebih cepat, dan (3) terapi obat antiretroviral digunakan untuk mencegah resistensi terhadap virus
1. Laporan pendahuluan dan askep pada pasien dengan HIV membahas konsep dasar AIDS, etiologi, manifestasi klinis, diagnostik, dan penatalaksanaan pasien HIV.
Klasifikasi stadium klinis HIV/AIDS menurut WHO terdiri dari 4 stadium. Stadium 1 adalah asimtomatik, stadium 2 ringan, stadium 3 sedang, dan stadium 4 berat. Pada anak, stadium klinis meliputi limfadenopati, hepatosplenomegali, dan berbagai infeksi seperti kandidiasis. HIV adalah virus yang menyerang sel kekebalan dan menyebabkan AIDS akibat defisiensi sistem kekebalan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, gejala, diagnosis, dan penanggulangan HIV/AIDS. HIV adalah virus yang menyerang sel T CD4+ dan menyebabkan kekebalan tubuh menurun, sehingga menimbulkan berbagai infeksi oportunistik. Diagnosis HIV dapat dilakukan melalui tes laboratorium dan gejala klinis. Upaya penanggulangan meliputi promosi kesehatan, pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dan asuhan keperawatan pasien HIV/AIDS secara fisik, meliputi epidemiologi global dan lokal HIV/AIDS, mikrobiologi HIV, penularan dan risiko, patofisiologi, diagnosis, tahapan penyakit, penatalaksanaan, serta pencegahan penularan dari ibu ke anak.
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan kelemahan daya tahan tubuh. Gejalanya bervariasi mulai dari demam, diare, hingga infeksi oportunistik yang dapat mengancam jiwa. Pengobatannya belum spesifik, namun terapi antiviral dan pencegahan infeksi sekunder dapat memperlambat perkembangan penyakit.
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Wahid Husein
油
Situasi rabies di dunia
Situasi rabies di Indonesia
Program rabies di Indonesia
Apa yang dilakukan ECTAD Indonesia
Tantangan utama
Rekomendasi ke depan
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGITANGKI4D
油
Bagi kalian yang ingin mendapatkan kemenangan situs slot bonus kami merupakan saran terbaik buat kalian, hanya mengunakan modal rendah & penyedia bonus terbaik sepanjang masa
follow semua dan claim bonus dari kami #Tangki4dexclusive #tangki4dlink #tangki4dvip #bandarsbobet #idpro2025 #stargamingasia #situsjitu #jppragmaticplay #scatternagahitam
2. ApaituHIV-
AIDS?
HIV adalah singkatan dari human immunodeficiency
virus.
Ini adalah virus yang dapat menyebabkan sindrom
immunodeficiency didapat atau AIDS jika tidak diobati.
Tidak seperti beberapa virus lain, tubuh manusia tidak
dapat menyingkirkan HIV sepenuhnya, bahkan dengan
perawatan. Jadi begitu seseorang terinfeksi HIV, maka
orang tersebut akan memilikinya seumur hidup.
3. PrognosisHIV-
AIDS
HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel
CD4 (sel T), yang membantu sistem kekebalan melawan
infeksi.
Tidak diobati, HIV mengurangi jumlah sel CD4 (sel T)
dalam tubuh, membuat orang tersebut lebih mungkin
untuk mendapatkan infeksi lain atau kanker yang
berhubungan dengan infeksi.
Seiring waktu, HIV dapat menghancurkan begitu
banyak sel-sel ini sehingga tubuh tidak dapat melawan
infeksi dan penyakit.
Infeksi atau kanker oportunistik ini memanfaatkan
sistem kekebalan yang sangat lemah dan menandakan
bahwa orang tersebut menderita AIDS, tahap terakhir
infeksi HIV.
4. PrognosisHIV-
AIDS(lanjutan)
Saat ini tidak ada penyembuhan yang efektif, tetapi
dengan perawatan medis yang tepat, HIV dapat
dikendalikan.
Obat yang digunakan untuk mengobati HIV disebut terapi
antiretroviral atau ART. Jika orang dengan HIV memakai
ART sesuai resep, viral load mereka (jumlah HIV dalam
darah mereka) dapat menjadi tidak terdeteksi.
Jika tetap tidak terdeteksi, mereka dapat hidup panjang,
hidup sehat, dan secara efektif tidak berisiko menularkan
HIV ke pasangan HIV-negatif melalui seks.
Sebelum diperkenalkannya ART pada pertengahan 1990-
an, ODHA dapat berkembang menjadi AIDS hanya dalam
beberapa tahun.
Saat ini, seseorang yang didiagnosis dengan HIV dan
dirawat sebelum penyakitnya sudah lanjut dapat hidup
hampir selama seseorang yang tidak memiliki HIV.
5. ReplikasiHIV
Attack
Sel yang menjadi target HIV adalah sel yang mampu
mengekspresikan CD4. Untuk bisa masuk ke sel target, Gp120
HIV perlu berikatan dengan reseptor CD4. Reseptor CD4 ini
terdapat pada permukaan limfosit T
, monosit, makrofag,
Langerhans, sel dendrit, eritrosit, dan mikroglia.
Fusion
Untuk masuk ke sel, HIV mememrlukan chemokine dan
reseptor, yaitu CxCR4 dan CCRS, beberapa reseptor lain yang
memiliki peran adalah CdR2b dan CcR3. Intensitas ikatan
Gp120 HIV dengan reseptor CD4 ditentukan melalui peran
region V, terutama V3, stabilitas dan potensi ikatan diperkuat
oleh co-reseptor CxCR4 dan CcRS. Semakin kuat dan
meningkatnya intensitas ikatan tersebut akan diikuti oleh proses
interaksi lebih lanjut, yaitu terjadinya fusi membrane HIV
dengan membrane sel target atas peran Gp41 HIV. Dengan
terjadinya fusi kedua membrane, diikuti isi sitoplasma HIV
termasuk enzim reverse transcriptase dan inti masuk ke dalam
sitoplasma sel target. Setelah masuk sel target, HIV melepaskan
single strand RNA (ss-RNA).
6. ReplikasiHIV
Transkripsi
Enzim reverse transcriptase akan menggunakan RNA sebagai
tempat untuk mensintesis DNA, kemudian RNA dipindahkan
oleh ribonuclease dan enzim reverse transcriptase untuk
mensintesis DNA lagi sehingga menjadi double strand DNA
yang disebut provirus.
Integrasi
Provirus masuk ke dalam nucleus menyatu dengan kromosom
sel host dengan perantara enzim translasi. Kondisi provirus yang
tidak aktif ini disebut keadaan latent. Untuk mengaktifkan
provirus dari keadaan latent tersebut memerlukan proses
aktivasi dari sel host.
Replikasi
Bila sel host teraktivasi oleh inductor seperti antigen, sitokin,
atau factor lain maka sel akan memicu nuclear factor kappa-B
(NF-KB) sehingga menjadi aktif dan berikatan pada SLTR (Long
Terminal Repeats) yang mengapit gen-gen tersebut. LTR berisi
berbagai elemen pengatur yang terlibat pada ekspresi gen NF-
KB menginduksi replikasi DNA. Induktor nuclear factor kappa-B
(NF-KB) sehingga memicu replikasi HIV sehingga
mengintervensi mikroorganisme lain. Mikroorganisme lain yang
memicu infeksi sekunder dan mempengaruhi jalannya replikasi
oleh bakteri, virus, jamur (fungi), maupun protozoa.
7. ReplikasiHIV
Pematangan (Maturasi) dan Pengeluaran Virus Baru
Enzim polymerase akan mentarnskrip DNA menjadi RNA
yang secara struktur berfungsi sebagai RNA genomic dan
mRNA. RNA keluar dari nucleus, mRNA mengalami translasi
menghasilkan polipeptida. Polipeptida akan bergabung
dengan RNA menjadi inti virus baru. Inti beserta perangkat
lengkap virion baru inni membuat tonjolan pada permukaan
sel host, kemudian polipeptida dipecah oleh enzim protease
menjadi protein dan enzim yang fungsional. Inti virus baru
dilengkapi oleh kolesterol dan glikolipid dari permukaan
sel host, sehingga terbentuk virus baru yang lengkap dan
matang. Virus yang lengkap ini keluar dari sel host dan
menginfeksi sel target berikutnya. Dalam 1 hari, HIV mampu
melakukan replikasi hingga mencapai 109 1011 virus baru.
9. Stage1
AcuteHIV
infection
Dalam waktu 2 hingga 4 minggu setelah terinfeksi HIV,
orang mungkin mengalami penyakit seperti flu, yang dapat
berlangsung selama beberapa minggu.
Ini adalah respons alami tubuh terhadap infeksi. Ketika
orang memiliki infeksi HIV akut, mereka memiliki
sejumlah besar virus dalam darah mereka dan sangat
menular.
Tetapi orang-orang dengan infeksi akut sering tidak
menyadari bahwa mereka terinfeksi karena mereka
mungkin tidak langsung merasa sakit atau tidak sama
sekali.
Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki infeksi akut,
diperlukan tes antigen / antibodi atau asam nukleat (NAT).
Jika Anda merasa telah terpapar HIV melalui hubungan
seks atau penggunaan narkoba dan Anda memiliki gejala
seperti flu, cari perawatan medis dan minta tes untuk
mendiagnosis infeksi akut.
10. Stage2
Clinicallatency
(HIVinactivityor
dormancy)
Periode ini kadang-kadang disebut infeksi HIV
asimptomatik atau infeksi HIV kronis.
Selama fase ini, HIV masih aktif tetapi bereproduksi
pada tingkat yang sangat rendah.
Orang mungkin tidak memiliki gejala atau sakit selama
waktu ini.
Bagi orang yang tidak minum obat untuk mengobati
HIV, periode ini dapat berlangsung satu dekade atau
lebih, tetapi beberapa orang dapat mengalami
kemajuan melalui fase ini lebih cepat.
Orang yang minum obat untuk mengobati HIV (ART)
seperti yang ditentukan mungkin berada dalam tahap
ini selama beberapa dekade.
11. Stage2
Clinicallatency
(HIVinactivityor
dormancy)
Penting untuk diingat bahwa orang masih dapat
menularkan HIV ke orang lain selama fase ini.
Namun, orang yang menggunakan obat HIV sesuai
resep dan mendapatkan dan mempertahankan viral
load yang tidak terdeteksi (atau tetap tertekan secara
viral) secara efektif tidak memiliki risiko penularan HIV
ke pasangan seksual HIV-negatif mereka.
Pada akhir fase ini, viral load seseorang mulai naik dan
jumlah CD4 mulai turun.
Ketika ini terjadi, orang tersebut mungkin mulai
memiliki gejala ketika tingkat virus meningkat dalam
tubuh, dan orang tersebut bergerak ke Tahap 3.
12. Stage3
Acquired
immunodeficiency
syndrome(AIDS)
AIDS adalah fase infeksi HIV yang paling parah. Orang
dengan AIDS memiliki sistem kekebalan yang sangat
rusak sehingga mereka mendapatkan semakin banyak
penyakit parah, yang disebut penyakit oportunistik.
Tanpa pengobatan, penderita AIDS biasanya bertahan
hidup sekitar 3 tahun. Gejala umum AIDS termasuk
menggigil, demam, berkeringat, pembengkakan
kelenjar getah bening, kelemahan, dan penurunan
berat badan. Orang didiagnosis dengan AIDS ketika
jumlah CD4 mereka turun di bawah 200 atau jika
mereka mengembangkan penyakit oportunistik
tertentu. Orang dengan AIDS dapat memiliki viral load
yang tinggi dan sangat menular.
13. ManifestasiKlinis
Berdasarkan
Stadium
Stadium 1
Asimptomatik, aktivitas normal
Tidak terdapat penurunan BB
Limfadenopati generalisata persisten: Kelenjar multiple
berukuran kecil tanpa rasa nyeri
Tidak ada profilaksis
Terapi Antiretroviral (ART) dibutuhkan hanya jika CD4 < 200 sel/
mm
Stadium 2
Simptomatik, aktivitas normal
Penurunan BB < 10% dari BB semula
Kelainan kulit dan mukosa yang ringan, seperti dermatitis
seboroik, pruritic popular eruption (PPE), infeksi jamur kuku,
ulkus oral yang rekuren, dan chelitis angularis (luka sekitar bibir)
Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
ISPA berulang, seperti sinusitis/ otitis.
Profilaksis: Cotrimoxazole 1 x 960 mg
Terapi Antiretroviral (ART) diberikan hanya jika CD4 < 200 sel/
mm
14. ManifestasiKlinis
Berdasarkan
Stadium
Stadium 3
Lemah, aktivitas ditempat tidur < 50% per hari dalam bulan
terakhir
Penurunan BB > 10% dari BB semula
Diare kronis yang tidak diketahui penyebabnya selama > 1
bulan
Demam tanpa sebab yang jelas (intermitten atau kontinyu) >
1 bulan
Candidiasis Oral (trush)
TB Paru dalam 1 tahun terakhir
Infeksi bakteri berat, seperti pneumonia dan pyomyositis
Angiomatosis basiler
Herpes zoster yang berkomplikasi
Profilaksis: Cotrimoxazole 1x 960 mg
Terapi Antiretroviral (ART):
Jika tidak ada pemeriksaan CD4: Berikan ART di stadium 3.
Jika ada pemeriksaan CD4 dapat diberlakukan: Berikan ART bila
CD4 < 350 sel/ mm
15. ManifestasiKlinis
Berdasarkan
Stadium
Stadium 4
Sangat lemah, aktivutas ditempat tidur > 50% per hari dalam
bulan terakhir
HIV Wasting Syndrome (Penurunan BB > 10% dari BB semula
dna diare kronik > 1 bulan atau demam > 1 bulan yang tidak
disebabkan penyakit lainnya)
PCP (Pneumocystis Carinii Pneumonia)
Toxoplasmosis pada otak
Kriptosporidosis, Isosporidosis, mikrosporidosis dengan
diare > 1 bulan
TB Ekstra Paru
Lymfoma maligna
Candidiasis esophagus, trachea, bronchus atau paru
Sarkoma Kaposi: Lesi berwarna gelap (ungu) dikulit atau
mulut, mata, paru, usus, sering disertai edema
Sepsis
Meningitis Kreptokokus
16. ManifestasiKlinis
Berdasarkan
Stadium
Stadium 4 (Lanjutan)
CMV (Cytomegalovirus) Retinitis
Herpes simpleks virus mukokutaneous > 1 bulan
progressive multifocal leukoencephalopathy (PML)
Mikosis disseminate (histoplasmosis, koksidiodomikosis,
penisilkosis)
Mikobakteritosis atypical disseminate
Ensefalopati HIV (gangguan dan/atau disfungsi motoric
yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan berlangsung
beberapa minggu/ bulan yang tidak disertai penyakit
lainnya.
Tidak ada profilaksis
Terapi Antiretroviral (ART) diberikan tanpa
mempertimbangkan jumlah CD4
17. Bagaimana
seseorangtahu
dirinyamemiliki
HIV???
Satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti apakah Anda
memiliki HIV adalah melalui tes antigen / antibodi atau asam
nukleat (NAT). Mengetahui status Anda penting karena membantu
Anda membuat keputusan yang sehat untuk mencegah atau
menularkan HIV.
Beberapa orang mungkin mengalami penyakit seperti flu dalam
waktu 2 hingga 4 minggu setelah infeksi (infeksi HIV tahap 1).
Tetapi beberapa orang mungkin tidak merasa sakit selama tahap
ini. Gejala seperti flu termasuk demam, kedinginan, ruam, keringat
malam, nyeri otot, sakit tenggorokan, kelelahan, pembengkakan
kelenjar getah bening, atau sariawan. Gejala-gejala ini dapat
berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa minggu. Selama
waktu ini, infeksi HIV mungkin tidak muncul pada tes HIV, tetapi
orang yang memilikinya sangat menular dan dapat menyebarkan
infeksi kepada orang lain.
Jika seseorang memiliki gejala ini, itu tidak berarti orang tersebut
mengidap HIV. Masing-masing gejala ini dapat disebabkan oleh
penyakit lain. Tetapi jika sesorang memiliki gejala-gejala ini
setelah kemungkinan terpajan dengan HIV, dia seharusnya
mengunjungi penyedia layanan kesehatan dan beri tahu mereka
tentang kondisi dan risikonya tersebut. Satu-satunya cara untuk
menentukan apakah seseorang memiliki HIV adalah dengan tes
infeksi HIV.
18. HIV
Transmission
Seseorang bisa mendapatkan atau menularkan HIV
hanya melalui kegiatan tertentu. Paling umum, orang
mendapatkan atau menularkan HIV melalui perilaku
seksual dan penggunaan jarum atau jarum suntik.
Hanya cairan tubuh tertentu darah, air mani (cum),
cairan pra-mani (pre-cum), cairan dubur, cairan vagina,
dan ASI dari seseorang yang memiliki HIV dapat
menularkan HIV. Cairan ini harus bersentuhan dengan
selaput lendir atau jaringan yang rusak atau langsung
disuntikkan ke aliran darah (dari jarum atau jarum
suntik) agar penularan terjadi. Selaput lendir
ditemukan di dalam rektum, vagina, penis, dan mulut.
19. HIV
Transmission
Melakukan hubungan seks anal atau vaginal dengan
seseorang yang memiliki HIV tanpa menggunakan
kondom atau minum obat untuk mencegah atau
mengobati HIV.
Untuk pasangan yang HIV-negatif, seks anal reseptif
(bottoming) adalah perilaku seksual berisiko tertinggi,
tetapi seseorang bisa mendapatkan HIV dari seks anal
insertif (topping).
Masing-masing pasangan dapat tertular HIV melalui
hubungan seks vaginal, walaupun berisiko lebih rendah
untuk tertular HIV daripada seks anal reseptif.
Berbagi jarum atau jarum suntik, air bilasan, atau
peralatan lainnya (pekerjaan) yang digunakan untuk
menyiapkan obat-obatan untuk disuntik dengan
seseorang yang memiliki HIV. HIV dapat hidup dalam
jarum yang digunakan hingga 42 hari tergantung pada
suhu dan faktor lainnya.
20. HIV
Transmission
Dari ibu ke anak selama kehamilan, kelahiran, atau
menyusui.Walaupun risikonya bisa tinggi jika seorang
ibu hidup dengan HIV dan tidak minum obat,
rekomendasi untuk menguji semua wanita hamil untuk
HIV dan mulai ART segera menurunkan jumlah bayi
yang dilahirkan dengan HIV.
Dengan terjebak dengan jarum yang terkontaminasi
HIV atau benda tajam lainnya. Ini adalah risiko terutama
bagi pekerja perawatan kesehatan.
Seks oral menempatkan mulut pada penis (fellatio),
vagina (cunnilingus), atau anus (rimming). Secara
umum, ada sedikit atau tidak ada risiko terkena HIV
dari seks oral. Tetapi penularan HIV, meskipun sangat
jarang, secara teori dimungkinkan jika seorang pria
HIV-positif berejakulasi di mulut pasangannya selama
seks oral.
21. HIV
Transmission
Menerima transfusi darah, produk darah, atau
transplantasi organ /jaringan yang terkontaminasi
dengan HIV. Ini lebih umum pada tahun-tahun awal HIV,
tetapi sekarang risikonya sangat kecil karena pengujian
ketat terhadap suplai darah dan menyumbangkan
organ dan jaringan.
Makan makanan yang sudah dikunyah oleh orang
dengan HIV. Kontaminasi terjadi ketika darah yang
terinfeksi dari mulut pengasuh bercampur dengan
makanan saat mengunyah. Satu-satunya kasus yang
diketahui adalah di antara bayi.
Digigit oleh orang dengan HIV. Masing-masing dari
sejumlah kecil kasus yang terdokumentasi telah
melibatkan trauma parah dengan kerusakan jaringan
yang luas dan adanya darah. Tidak ada risiko penularan
jika kulit tidak rusak.
22. HIV
Transmission
Kontak antara kulit yang rusak, luka, atau selaput lendir
dan darah yang terinfeksi HIV atau cairan tubuh yang
terkontaminasi darah.
Ciuman mulut yang dalam dan terbuka jika kedua
pasangan memiliki luka atau pendarahan gusi dan
darah dari pasangan yang HIV-positif masuk ke aliran
darah pasangan yang HIV-negatif. HIV tidak menyebar
melalui air liur.
23. SeberapabaikHIV
bertahanhidupdi
luartubuh?
HIV tidak bertahan lama di luar tubuh manusia (seperti
di permukaan), dan ia tidak dapat bereproduksi di luar
inang manusia. Itu tidak disebarkan oleh:
Nyamuk, kutu, atau serangga lainnya.
Air liur, air mata, atau keringat yang tidak bercampur
dengan darah orang yang HIV-positif.
Memeluk, berjabatan tangan, berbagi toilet, berbagi
hidangan, atau berciuman tertutup atau berciuman
sosial dengan seseorang yang positif HIV.
Aktivitas seksual lainnya yang tidak melibatkan
pertukaran cairan tubuh (misalnya menyentuh).
24. Apakahviralload
pasanganHIV-
positifakandapat
memengaruhirisiko
terkenaHIV?
Iya. Ketika viral load seseorang yang HIV-positif turun, peluang
penularan HIV dapat turun secara dramatis.
Viral load adalah jumlah HIV dalam darah seseorang yang
terinfeksi HIV. Meminum obat HIV (disebut terapi antiretroviral
atau ART) sesuai resep dapat membuat viral load menjadi sangat
rendah sangat rendah sehingga tes tidak dapat mendeteksinya
(disebut viral load tidak terdeteksi). Orang dengan HIV yang
menggunakan obat HIV sesuai resep dan mendapatkan dan
mempertahankan viral load tidak terdeteksi secara efektif tidak
memiliki risiko penularan HIV ke pasangan HIV-negatif melalui
seks.
Jika Anda HIV-positif, masuk ke perawatan dan minum obat HIV
seperti yang ditentukan akan memberi Anda kesempatan terbesar
untuk mendapatkan dan menjaga viral load tidak terdeteksi; hidup
lebih lama, hidup lebih sehat; dan lindungi mitra Anda.
Jika Anda HIV-negatif dan memiliki pasangan yang HIV-positif,
dorong pasangan Anda untuk dirawat dan minum obat HIV sesuai
resep.
25. Apakahviralload
pasanganHIV-
positifakandapat
memengaruhi
risikoterkenaHIV?
Perawatan adalah alat yang ampuh untuk mencegah penularan HIV melalui
hubungan seksual. Tetapi itu hanya berfungsi selama pasangan HIV-positif
mendapatkan dan mempertahankan viral load tidak terdeteksi. Berikut
adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ketika memutuskan
apakah pengobatan sebagai pencegahan tepat untuk Anda dan pasangan:
Tidak semua orang yang minum obat HIV memiliki viral load tidak terdeteksi.
Hingga sepertiga orang dalam layanan HIV tidak memiliki viral load yang tidak
terdeteksi. Agar tidak terdeteksi, orang dengan HIV harus minum obat HIV setiap
hari sesuai resep.
Kehilangan beberapa dosis dapat meningkatkan viral load dan risiko penularan
HIV. Orang-orang yang mengalami kesulitan minum obat sesuai resep dapat
berbicara dengan penyedia layanan kesehatan mereka tentang tantangan yang
mereka hadapi dan mengembangkan rencana untuk memastikan mereka minum
obat setiap hari. Mereka juga harus mempertimbangkan untuk menggunakan
strategi pencegahan lain seperti kondom.
Kami tidak tahu seberapa sering orang yang hidup dengan HIV perlu melakukan tes
viral load jika mereka menggunakan status viral load yang tidak terdeteksi sebagai
satu-satunya metode pencegahan mereka. Tetapi untuk tetap sehat dan melindungi
pasangan mereka, mereka perlu mengunjungi penyedia mereka secara teratur dan
mendapatkan tes viral load sesuai anjuran.
Beberapa orang yang minum obat HIV setiap hari bisa mendapatkan viral load yang
tidak terdeteksi dengan sangat cepat, tetapi itu bisa memakan waktu beberapa
orang hingga enam bulan. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah Anda tidak
terdeteksi adalah dengan melakukan tes viral load.
Orang yang memakai obat HIV kadang-kadang mengalami peningkatan kecil atau
"blip" pada viral load mereka. Blip ini biasanya turun kembali dengan tes viral load
berikutnya. Tetapi orang yang mengalami blip dapat mengambil manfaat dari
menggunakan strategi pencegahan lain (kondom) sampai viral load mereka tidak
terdeteksi lagi.
Obat HIV tidak melindungi stadium lain.
Kedua pasangan harus belajar tentang semua pilihan mereka untuk mencegah HIV,
serta PMS lainnya, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang terbaik untuk
mereka.
26. Apakahviralload
pasanganHIV-
positifakandapat
memengaruhi
risikoterkenaHIV?
Pertimbangkan tindakan lain untuk mencegah HIV,
seperti menggunakan kondom atau pasangan negatif
yang menggunakan profilaksis pra pajanan (PREP),
terutama jika orang dengan HIV:
Memiliki masalah secara teratur minum obat HIV
Memiliki peningkatan viral load, atau viral load 200 atau
lebih
Belum pernah melakukan tes baru-baru ini (6 bulan
terakhir) yang menunjukkan bahwa viral load tidak
terdeteksi
Kehilangan beberapa dosis sejak tes viral load terakhir
Telah berhenti minum obat HIV di masa lalu dan dapat
memilih untuk melakukannya lagi.
27. Pencegahan
Saat ini, lebih banyak alat yang tersedia untuk mencegah
HIV. Seseorang dapat menggunakan strategi seperti
pantang (tidak berhubungan seks), membatasi jumlah
pasangan seksual, tidak pernah berbagi jarum, dan
menggunakan kondom dengan cara yang benar setiap kali
berhubungan seks.
Selain itu, dapat juga memanfaatkan obat pencegahan HIV
yang lebih baru seperti profilaksis pra pajanan (PrEP) dan
profilaksis pasca pajanan (PEP).
Jika seseorang memiliki HIV, ada banyak tindakan yang
dapat dilakukannya untuk mencegah penularannya ke
orang lain.Yang paling penting adalah minum obat HIV
(disebut terapi antiretroviral, atau ART) sesuai resep. Jika
ODHA minum obat HIV sesuai resep dan mendapatkan dan
mempertahankan viral load yang tidak terdeteksi (atau
tetap tertekan secara virus), dia dapat tetap sehat dan
secara efektif tidak berisiko menularkan HIV ke pasangan
seks yang HIV-negatif.
28. Haruskah
seseorangberisiko
tinggiharusdites
HIV?
Orang yang berisiko lebih tinggi harus dites lebih sering.
Jika Anda HIV-negatif saat terakhir kali Anda dites, tes
lebih dari satu tahun yang lalu, dan Anda dapat menjawab
ya untuk salah satu pertanyaan berikut, maka Anda harus
mendapatkan tes HIV sesegera mungkin:
Apakah Anda seorang pria yang melakukan hubungan seks
dengan pria lain?
Pernahkah Anda berhubungan seks anal atau vaginal
dengan pasangan yang mengidap HIV?
Sudahkah Anda memiliki lebih dari satu pasangan seks sejak
tes HIV terakhir Anda?
Sudahkah Anda menyuntikkan narkoba dan berbagi jarum,
alat suntik, atau peralatan injeksi obat lain (misalnya, kompor)
dengan orang lain?
Sudahkah Anda menukar seks dengan narkoba atau uang?
Pernahkah Anda didiagnosis atau dirawat karena penyakit
menular seksual lainnya?
Pernahkah Anda didiagnosis atau dirawat karena hepatitis
atau tuberkulosis (TB)?
Pernahkah Anda berhubungan seks dengan seseorang yang
bisa menjawab ya untuk semua pertanyaan di atas atau
seseorang yang riwayat seksualnya tidak Anda ketahui?
29. Haruskah
seseorangberisiko
tinggiharusdites
HIV?
Seseorang yang berisiko tinggi harus diuji setidaknya
setahun sekali jika dia terus melakukan hal-hal tersebut.
Pria gay dan biseksual yang aktif secara seksual dapat
mengambil manfaat dari pengujian yang lebih sering
(misalnya, setiap 3 hingga 6 bulan).
Jika seseorang sedang hamil, bicarakan dengan penyedia
layanan kesehatan Anda tentang tes HIV dan cara lain
untuk melindungi Anda dan anak Anda dari terkena HIV.
Sebelum melakukan hubungan seks untuk pertama kalinya
dengan pasangan baru, Anda dan pasangan Anda harus
berbicara tentang riwayat seksual dan penggunaan
narkoba Anda, mengungkapkan status HIV Anda, dan
mempertimbangkan untuk dites HIV dan mempelajari
hasilnya.
30. Apayangharus
sayaharapkan
ketikasayamasuk
untuktesHIV?
Jika Anda mendapatkan tes di pengaturan perawatan
kesehatan atau lab, penyedia layanan kesehatan atau
teknisi laboratorium akan mengambil sampel Anda (darah
atau cairan oral). Jika ini adalah tes cepat, Anda mungkin
dapat menunggu hasilnya, tetapi jika ini adalah tes
laboratorium, mungkin perlu beberapa hari agar hasil
Anda tersedia. Penyedia layanan kesehatan Anda atau
konselor dapat berbicara dengan Anda tentang faktor-
faktor risiko Anda, menjawab setiap pertanyaan yang
mungkin Anda miliki, dan mendiskusikan langkah-langkah
selanjutnya dengan Anda, terutama jika hasilnya positif.
Jika tes kembali negatif, dan Anda belum pernah terpajan
selama periode jendela untuk tes yang Anda ikuti, Anda
dapat yakin bahwa Anda tidak memiliki HIV.
Jika hasil tes Anda positif, lab akan melakukan pengujian
lanjutan, biasanya pada sampel darah yang sama dengan tes
pertama.
31. Apayangharus
sayaharapkan
ketikasayamasuk
untuktesHIV?
Jika Anda diuji di luar pengaturan perawatan kesehatan
atau laboratorium, Anda kemungkinan akan menerima
tes cepat (cairan oral atau tongkat jari).
Jika tes kembali negatif, dan Anda belum pernah terpajan
selama 3 bulan sebelumnya, Anda dapat yakin bahwa
Anda tidak memiliki HIV.
Jika hasil tes Anda positif, Anda harus pergi ke penyedia
layanan kesehatan untuk mendapatkan tes lanjutan.
Konselor yang memberikan tes harus dapat menjawab
pertanyaan dan memberikan rujukan untuk pengujian
lanjutan juga.
32. Jenistesapayang
tersedia,dan
bagaimanacara
kerjanya?
Ada tiga jenis tes yang tersedia: tes asam nukleat (NAT), tes
antigen / antibodi, dan tes antibodi. Tes HIV biasanya dilakukan
pada darah atau cairan oral. Mereka juga dapat dilakukan dengan
urin.
NAT mencari virus yang sebenarnya dalam darah dan melibatkan
pengambilan darah dari vena. Tes dapat mengetahui apakah
seseorang memiliki HIV atau mengetahui berapa banyak virus
yang ada dalam darah (dikenal sebagai tes viral load HIV).
Sementara NAT dapat mendeteksi HIV lebih cepat dari jenis tes
lainnya, tes ini sangat mahal dan tidak secara rutin digunakan
untuk skrining individu kecuali mereka baru-baru ini memiliki
pajanan risiko tinggi atau kemungkinan pajanan dan memiliki
gejala awal infeksi HIV.
Tes antigen /antibodi mencari antibodi dan antigen HIV. Antibodi
diproduksi oleh sistem kekebalan Anda ketika Anda terpapar
virus seperti HIV. Antigen adalah zat asing yang menyebabkan
sistem kekebalan Anda aktif. Jika Anda memiliki HIV, antigen yang
disebut p24 diproduksi bahkan sebelum antibodi berkembang.
Tes antigen /antibodi direkomendasikan untuk pengujian yang
dilakukan di laboratorium dan sekarang umum di Amerika
Serikat. Tes laboratorium ini melibatkan pengambilan darah dari
vena. Ada juga tes antigen /antibodi cepat yang tersedia yang
dilakukan dengan tusukan jari.
Tes antibodi HIV hanya mencari antibodi terhadap HIV dalam
darah atau cairan oral Anda. Secara umum, tes antibodi yang
menggunakan darah dari vena dapat mendeteksi HIV lebih cepat
setelah infeksi daripada tes yang dilakukan dengan darah dari
tusukan jari atau dengan cairan oral. Kebanyakan tes cepat dan
satu-satunya tes mandiri HIV yang disetujui adalah tes antibodi.
33. Berapalama
untuk
mendapatkan
hasil?
Tes laboratorium (NAT dan antigen /antibodi)
membutuhkan darah untuk diambil dari vena Anda ke
dalam tabung dan kemudian darah dikirim ke
laboratorium untuk pengujian. Hasilnya mungkin
membutuhkan beberapa hari untuk tersedia.
Dengan tes skrining antibodi cepat, biasanya dilakukan
dengan darah dari tusukan jari atau dengan cairan oral,
hasilnya siap dalam 30 menit atau kurang.
Tes antigen / antibodi cepat dilakukan dengan tusukan
jari dan membutuhkan waktu 30 menit atau kurang.
Self-test cairan antibodi oral memberikan hasil dalam
20 menit.
34. Seberapacepat
setelahpajanan
terhadapHIV
dapatkahsuatutes
mendeteksijikasaya
memilikivirus?
Tidak ada tes HIV yang dapat mendeteksi HIV segera setelah
infeksi. Jika seseorang merasa sudah terpapar HIV dalam 72 jam
terakhir, bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan tentang
profilaksis pascapajanan (PEP), segera.
Waktu antara saat seseorang mungkin terpajan HIV dan kapan tes
dapat memastikan apakah mereka terkena virus disebut periode
jendela. Periode jendela bervariasi dari orang ke orang dan
tergantung pada jenis tes yang digunakan untuk mendeteksi HIV.
Tanyakan penyedia layanan kesehatan Anda atau konselor tes
tentang periode jendela untuk tes yang Anda ikuti.
Tes asam nukleat (NAT) biasanya dapat memberi tahu Anda jika
Anda memiliki infeksi HIV 10 hingga 33 hari setelah paparan.
Tes antigen /antibodi yang dilakukan oleh laboratorium pada
darah dari vena biasanya dapat mendeteksi infeksi HIV 18 hingga
45 hari setelah paparan. Tes antigen /antibodi yang dilakukan
dengan darah dari tusukan jari memerlukan waktu lebih lama
untuk mendeteksi HIV (18 hingga 90 hari setelah paparan).
Tes antibodi dapat memakan waktu 23 hingga 90 hari untuk
mendeteksi infeksi HIV setelah paparan. Kebanyakan tes cepat
dan swa-uji adalah tes antibodi. Secara umum, tes antibodi yang
menggunakan darah dari vena dapat mendeteksi HIV lebih cepat
setelah infeksi daripada tes yang dilakukan dengan darah dari
tusukan jari atau dengan cairan oral.
35. Jika seseorang mendapatkan tes HIV setelah potensi
paparan HIV dan hasilnya negatif, tes lagi setelah
periode jendela. Ingat, seseorang hanya dapat yakin
bahwa dirinya HIV-negatif jika:
Tes yang dilakukannya yang terbaru adalah setelah
periode jendela.
Seseorang belum memiliki potensi paparan HIV selama
periode jendela. Jika orang tersebut memiliki potensi
paparan, maka orang tersebut perlu diuji ulang.
36. Pemeriksaan
Diagnostik
VCT (Voluntary Counseling & Testing)
Definisi
Merupakan pembinaan 2 arah/ dialog yang berlangsung
tidak terputus antara konselor dan kliennya dengan tujuan
untuk mencegah penularan HIV, memberikan dukungan
moral, informasi, serta dukungan lainnya kepada ODHA,
keluarga, dan lingkungannya
Tujuan
Upaya pencegahan penularan HIV, mengurangi perilaku
berisiko
Mengurangi kegelisahan, meningkatkan persepsi/
pengetahuan tentang factor risiko penyebab seseorang
terinfeksi HIV
Upaya pengembangan perubahan perilaku, membantu
mengurangi stigma di masyarakat
Mengusahakan keakraban kembali hubungan antara
penderita (pasien) dan keluarga, serta temannya.
37. Pemeriksaan
Diagnostik
VCT (Voluntary Counseling & Testing)
Konseling Pra Test
Tujuannya untuk membantu klien memutuskan apakah dirinya
perlu memeriksakan status HIV-nya atau tidak, dengan segala
konsekuensinya.
Tes HIV/ Pemeriksaan Serologis
Deteksi dini Antigen: Antigen R24 dengan Teknik ELISA, PCR
Antigen
Deteksi Antibodi: Mulai terdeteksi pada 4-8 minggu setelah
terinfeksi, determinan HIV-1/2, standar deviasi HIV1/2
Hasil dapat dilaporkan
Untuk individu yang baru didiagnosa hasil positif harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan kedua
Uji harus diulang dengan bahan pemeriksaan kedua yang
diambil setelahnya
Konseling Pasca Test
Tujuanya adalah untuk membuat klien mampu menerima hasil
pemeriksaan status HIV-nya dan beradaptasi dengan
konsekuensi dari risiko, serta membuat perilaku berubah
menjadi perilaku sehat
38. Pemeriksaan
Diagnostik
VCT (Voluntary Counseling & Testing)
Tes Antibodi
Pemeriksaan penyaringan: Biasanya digunakan untuk ELISA,
aglutinasi atau dot Bloe Immunobinding Assay. Dianjurkan
salah satu dari 3 strategi. Pemeriksaan antibody terhadap
HIV tergantung pada tujuan penyaringan
Pemeriksaan konfirmasi menggunakan Western Blot (WB)
untuk HIV-1 dan HIV-2, deteksi komponen Gp120, Gp41, P71,
P18, P13, dan P36
Pemeriksaan lainnya
CD4 dan T-Helper
Pemeriksaan viral load
39. Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik untuk Abses Serebri
CT-Scan
Tanpa kontras = area hipodens (liquor)
Kontras = terlihat licin (densitas meningkat)
Sering dikelilingi edema (densitas menurun)
Lokasi temporal dan oksipital = white matter
EEG
Gelombang lambat 3x/sec
Pemeriksaan Diagnostik untuk Dermatitis Seboroik
Biopsi kulit
40. Penatalaksanaan
Terapi Antiretroviral (ART)
Terapi infeksi sekunder / IO serta malignansi
Dukungan nutrisi berbasis makronutrien dan
mikronutrien
Konseling terhadap penderita atau klien
Membudayakan pola hidup sehat
41. TujuanART
Menghentikan replikasi HIV serendah mungkin dan
selama mungkin
Memulihkan system imun ke fungsi normal
Mengurangi terjadinya IO
Memperbaiki kualitas hidup penderita seoptimal
mungkin
Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi
HIV
43. SyaratPedoman
AwalPemberian
ART
Infeksi HIV telah dikonfirmasi dengan hasil tes hasil
HIV (+) dengan 3 metode yang berbeda
Memiliki indikasi medis dan berdasarkan klinis,baik
tersedianya maupun tidak pemeriksaan CD4
Klien dalam keadaan stabil (tidak anemi, sakit berat,
icterus, gangguan hati, penyakit jantung/ginjal
IO telah terobati
Klien siap memulai pengobatan melalui konseling
Adanya team medis AIDS yang mampu memberikan
perawatan kronik
Persediaan obat yang cukup dan terjamin
44. Rekomendasi
PemberianART
BerdasarkanCD4
< 200 sel/ mm3
Mulai pemberian ART pada stadium klinis apapun
200-300 sel/ mm3
Pertimbangkan untuk memulai pemberian ART sebelum
CD4 < 200 sel/ mm3
> 350 sel/mm3
Jangan memulai pemberian ART dulu
45. GolonganObat
ART
NRTI (Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor)
Didanosine (ddi)
250 mg dengan pemberian 1 x sehari, jika BB < 60 kg
400 mg dengan pemberian 1 x sehari, jika BB > 60 kg
Lamivudin (3TC)
150 mg dengan pemberian setiap 12 jam
300 mg dengan pemberian 1 x sehari
Stavudin (d4T)
40 mg dengan pemberian setiap 12 jam jika BB > 60 kg
30 mg dengan pemberian setiap 12 jam jika BB < 60 kg
Zidovudin (AZT/ ZDV)
250 300 mg dengan pemberian setiap 12 jam
Tenofovir (TDF)
600 mg dengan pemberian 1 x sehari
46. GolonganObat
ART
NNRTI (Non- Nucleoside Reverse Transcriptase
Inhibitor)
Evafirenz (EFV)
600 mg dengan pemberian 1 x sehari
Nevirapin (NVP)
200 mg dengan pemberian 1 x sehari selama 14 hari, bila
diteruskan maka dosisnya menjadi 200 mg dengan
pemberian setiap 12 jam
PI (Protein Inhibitor)
Lopinavir/ Ritonavir (LPV/ R)
400 mg/ 100 mg dengan pemberian setiap 12 jam
533 mg/ 133 mg dnegan pemberian setiap 12 jam, bila
dikombinasi dengan EFV atau NVP
47. KombinasiART
menurut
Kementerian
KesehatanRI
ARV Lini Pertama = 2 Golongan NRTI + 1 Golongan
NNRTI
AZT + 3TC + NVP
AZT + 3TC + EFV
d4T + 3TC + NVP
d4T + 3TC + EFV
ARV Lini Kedua = 2 Golongan NRTI dan 1 Golongan PI
3TC/d4T/AZT + ddi + LPV/R
3TC/d4T/AZT + ddi + SQV/R
TDF + ddi + LPV/R
TDF + ddi + SQV/R