ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
Pemahaman
Agama:
Sosiologis
Pendekatan Sosiologi?
 Sosiologi (Inggris = Sociology), dari kata
Yunani socio (berserikat) dan logos
(wacana, ilmu)
 Secara harafiah: ilmu tentang
kemasyarakatan.
 Yang dipelajari sosiologi adalah hubungan
dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala-gejala sosial dan non-sosial
(keluarga, hukum, ekonomi, politik,
agama, pola hidup, geografi dst.)
Pendiri Sosiologi

Auguste Comte

 Yang pertama kali
memakai istilah
sosiologi.
 Yang mengembangkan
metode observasi
(pengamatan) secara
empiris (realitas yang
dapat diamati dengan
panca indra).
 Sosiologi menjadi ilmu
yang absah (ilmiah).
Sosiologi dan Agama
 Sejak semula sosiologi concern pada
agama.
 Agama dikaji sebagai fenomena sosial.
 Sosiologi Agama mengkaji interelasi dan
interaksi antara agama dan masyarakat .
 Yang dipelajari: bagaimana tata cara
masyarakat, kebudayaan maupun pribadipribadi mempengaruhi agama
sebagaimana agama mempengaruhi
mereka.
Agama dalam pandangan
Sosiolog

Emile Durkheim

 Agama merupakan salah
satu bentuk konstruksi
sosial.
 Agama menyatukan
masyarakat memalui
deskripsi simbolik.
 Agama mensakralkan
kekuatan hubungan
anggota dalam suku.
 Agama merupakan
sumber keteraturan sosial
dan moral, mengikat
masyarakat ke dalam
suatu proyeksi sosial, nilai
dan tujuan bersama.
Agama dalam Pandangan
Sosiolog
 Agama merupakan alat
pembenaran atas
ketidak-adilan dan
kekerasan sosial.
 Agama seperti candu
yang membius rakyat
dalam suasana
ketertindasan mereka
dan menjanjikan pahala
di akhirat atau memberi
Karl Marx
jalan keluar ritual sebagai
kompensasi.
Kaum Feodal/
Bourjuis/ Kapitalis
Yang ada pada Agama
Kaum Bourjuis memanfaatkan agama untuk
Mempertahankan kedudukannya.
Kaum Proletar memakai agama untuk
Bertahan dalam hidup yang sangat sulit

Kaum Petani/
Proletar/ Buruh
Weber
tentang
sosiologi
agama
Weber terkenal sebagai tokoh sosiologi agama
terutama karena beberapa alasan :
1. Dia mampu menjelaskan bahwa kehidupan
beragama tidak beda dari kehidupan sosial
lainnya, sehingga dapat dianalisis dengan
konsep-konsep yang terkait tindakan,
tindakan sosial. Kedua konsep ini sangat
sentral dalam sosiologi Weber.
2. Walaupun Weber dikritik karena
penggunaan kerangka analisis tipe ideal,
banyak konsep-konsep inti yang
dikemukakan Weber tetap menjadi acuan:
1) Keselamatan yang berorientasi ke dunia ini
(this worldly salvation).
2) Keselamatan yang berorientasi ke dunia sana
(other worldly salvation)

3. Analisis Wallis (The elementary forms of
the new religious life) banyak mengacu
pada kedua konsep Weber itu, walaupun
judul bukunya mengacu pada Durkheim
(The elementary forms of religious life) :
1)
2)
3)

Accomodation in the world (mirip this worldly)
Affirmation of the world (mirip this worldly)
Rejection of the world (mirip other worldly)
1. Otorita Tradisional
Otorita tradisional meletakkan dasar-dasar legitimasi pada pola pengawasan sebagaimana di
berlakukan dimasa lampau dan yang kini masih berlaku. Legitimasi amat dikaitkan dengan
kewajiban penduduk untuk menuangkan loyalitas pribadinya kepada siapa yang menjadi
kepalanya. Para pemegang otorita merasa takut untuk merenggangkan cara pengerjaan
tradisional, karena perubahan berikutnya akan menggerogoti sumber-sumber legitimasinya.


2. Otorita Kharismatik
Otorita ini timbul karena penghambaan seseorang kepada individu yang memiliki hal-hal yang
tidak biasa. Individu yang dipatuhi tersebut misalnya mempunyai sikap heroik, ciri dan sifat
pribadi lainnya yang amat menonjol. Kedudukan seorang pemimpin kharismatik tidaklah
diancam oleh kriteria tradisional, seorang pemimpin kharismatik tidaklah dibelenggu oleh
aturan tradisional. Pemimpin seperti ini dan segala komandonya selalu dipatuhi oleh para
pengikutnya yang dipandang dapat memimpinnya ke arah pencapaian tujuannya.


3. Otorita Legal-Rasional
Otorita ini didasarkan atas aturan yang bersifat tidak pribadi impersonal yang ditetapkan secara
legal. Kesetiaan atau kepatuhan adalah manakala seseorang melaksanakan otorita kantornya
hanya dengan loyalitas fornal dan pimpinannya dan hanya dalam jangkauan otorita kantornya.
Otorita legal-raisonal memang didasarkan atas aturan-aturan yang pasti. Aturan bisa saja
terdapat perubahan untuk dapat mengikuti perubahan yang terjadi didalam lingkungannya
secara sistematis, dan mengandung perkiraan masa mendatang.

4. Inti pemikiran Weber tentang agama :
1) Dia tetap menggunakan konsep utama dalam
agama, sehingga tidak ada kesan ada sosiologi
agama tanpa agama. Konsep inti yang dianalis
secara sosiologik : keselamatan. Konsep ini
juga digunakan Clifford Geertz dalam
mempelajari Agama Java (Religion of Java)
yang disebut Abangan itu.
2) Kalau keselamatan itu dihubungkan dengan
tindakan (action) atau interaksi sosial dalam
kelompok agama, maka keselamatan itu
adalah nilai yang menjadi orientasi tindakan di
satu pihak dan menjadi pendorong di lain
pihak.
3) Untuk menganalisis tindakan yang berorientasi
nilai itu, dia menggunakan konsep-konsep
sosiologi (tipe ideal) :
a. Tindakan rasional : means – end schema.
b. Tindakan rasional – nilai : nilai adalah tujuan dan
tindakan rasional adalah alat.
c. Tindakan emosional
d. Tindakan tradisional.

3) Penerapan kerangka analisis sosiologik :
a. Ada penganut agama yang berbeda perkembangan
ekonominya : Kalvinis dan non Kalvinis
b. Mengapa Kalvinis maju ?
c. Kerangka means – end schema diterapkan sebagai
berikut.
5) Analisis :
a. Tujuan beragama : keselamatan di sini (this worldly)
dan di sana (other worldly). Wujud keselamatan
paling akhir : surga, tinggal bersama Allah dan
keluarga kudus di sana.
b. Alat : tindakan yang mengarah ke keselamatan.
c. Bagaimana sikap terhadap keselamatan ?
a) Selamat atau tidak selamat, di sini atau di sana, tak
seorangpun yang tahu pasti.
b) Dalam ketidaktahuan itu orang harus percaya bahwa dia
selamat dan masuk surga. Kalau tidak buat apa beragama.
c) Tetapi keselamatan dalam pandangan Kallvinis bersifat
eskatologik : keselamatan di sana sudah dimulai saat ini di
dunia ini.

d. Tindakan beragama (means) dalam rangka
mencapai keselamatan (tujuan) dianalisis Weber
dengan kerangka sosiologik.
6) Konsep-konsep penting :
a. Keselamatan : bersifat predestinatif, artinya Allah
sudah menentukan terlebih dahulu siapa yang
masuk surga atau tidak.
b. Cara untuk memperoleh keselamatan :
a) Harus menganggap bahwa kita adalah orang yang dalam
predestinasi Allah masuk surga.
b) Mengurangi dosa
c) Untuk mengurangi dosa : Asketisme : cara hidup
bermatiraga (berpuasa) untuk memperoleh keselamatan
setelah mati : (i) Mengurangi makan, cukup untuk
memenuhi kebutuhan kalori saja : tidak lebih dan tidak
kurang. (ii) Mengurangi kenikmatan. (ii) Menggunakan
pakaian yang perlu saja.
d) Asketisme bukan dilakukan selama satu bulan puasa saja,
melainkan menjadi gaya hidup orang.
7) Dampak asketisme menurut interpretasi Weber
a. Kekayaan yang terakumulasi karena tindakan
berpuasa.
b. Keselamatan dunia sana terjamin dan begitu pula
dunia sini (eskatologik).
c. Awal kapitalisme barat.

More Related Content

P sosiologi hindu pertemuan 2

  • 2. Pendekatan Sosiologi?  Sosiologi (Inggris = Sociology), dari kata Yunani socio (berserikat) dan logos (wacana, ilmu)  Secara harafiah: ilmu tentang kemasyarakatan.  Yang dipelajari sosiologi adalah hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial dan non-sosial (keluarga, hukum, ekonomi, politik, agama, pola hidup, geografi dst.)
  • 3. Pendiri Sosiologi Auguste Comte  Yang pertama kali memakai istilah sosiologi.  Yang mengembangkan metode observasi (pengamatan) secara empiris (realitas yang dapat diamati dengan panca indra).  Sosiologi menjadi ilmu yang absah (ilmiah).
  • 4. Sosiologi dan Agama  Sejak semula sosiologi concern pada agama.  Agama dikaji sebagai fenomena sosial.  Sosiologi Agama mengkaji interelasi dan interaksi antara agama dan masyarakat .  Yang dipelajari: bagaimana tata cara masyarakat, kebudayaan maupun pribadipribadi mempengaruhi agama sebagaimana agama mempengaruhi mereka.
  • 5. Agama dalam pandangan Sosiolog Emile Durkheim  Agama merupakan salah satu bentuk konstruksi sosial.  Agama menyatukan masyarakat memalui deskripsi simbolik.  Agama mensakralkan kekuatan hubungan anggota dalam suku.  Agama merupakan sumber keteraturan sosial dan moral, mengikat masyarakat ke dalam suatu proyeksi sosial, nilai dan tujuan bersama.
  • 6. Agama dalam Pandangan Sosiolog  Agama merupakan alat pembenaran atas ketidak-adilan dan kekerasan sosial.  Agama seperti candu yang membius rakyat dalam suasana ketertindasan mereka dan menjanjikan pahala di akhirat atau memberi Karl Marx jalan keluar ritual sebagai kompensasi.
  • 7. Kaum Feodal/ Bourjuis/ Kapitalis Yang ada pada Agama Kaum Bourjuis memanfaatkan agama untuk Mempertahankan kedudukannya. Kaum Proletar memakai agama untuk Bertahan dalam hidup yang sangat sulit Kaum Petani/ Proletar/ Buruh
  • 9. Weber terkenal sebagai tokoh sosiologi agama terutama karena beberapa alasan : 1. Dia mampu menjelaskan bahwa kehidupan beragama tidak beda dari kehidupan sosial lainnya, sehingga dapat dianalisis dengan konsep-konsep yang terkait tindakan, tindakan sosial. Kedua konsep ini sangat sentral dalam sosiologi Weber. 2. Walaupun Weber dikritik karena penggunaan kerangka analisis tipe ideal, banyak konsep-konsep inti yang dikemukakan Weber tetap menjadi acuan:
  • 10. 1) Keselamatan yang berorientasi ke dunia ini (this worldly salvation). 2) Keselamatan yang berorientasi ke dunia sana (other worldly salvation) 3. Analisis Wallis (The elementary forms of the new religious life) banyak mengacu pada kedua konsep Weber itu, walaupun judul bukunya mengacu pada Durkheim (The elementary forms of religious life) : 1) 2) 3) Accomodation in the world (mirip this worldly) Affirmation of the world (mirip this worldly) Rejection of the world (mirip other worldly)
  • 11. 1. Otorita Tradisional Otorita tradisional meletakkan dasar-dasar legitimasi pada pola pengawasan sebagaimana di berlakukan dimasa lampau dan yang kini masih berlaku. Legitimasi amat dikaitkan dengan kewajiban penduduk untuk menuangkan loyalitas pribadinya kepada siapa yang menjadi kepalanya. Para pemegang otorita merasa takut untuk merenggangkan cara pengerjaan tradisional, karena perubahan berikutnya akan menggerogoti sumber-sumber legitimasinya.  2. Otorita Kharismatik Otorita ini timbul karena penghambaan seseorang kepada individu yang memiliki hal-hal yang tidak biasa. Individu yang dipatuhi tersebut misalnya mempunyai sikap heroik, ciri dan sifat pribadi lainnya yang amat menonjol. Kedudukan seorang pemimpin kharismatik tidaklah diancam oleh kriteria tradisional, seorang pemimpin kharismatik tidaklah dibelenggu oleh aturan tradisional. Pemimpin seperti ini dan segala komandonya selalu dipatuhi oleh para pengikutnya yang dipandang dapat memimpinnya ke arah pencapaian tujuannya.  3. Otorita Legal-Rasional Otorita ini didasarkan atas aturan yang bersifat tidak pribadi impersonal yang ditetapkan secara legal. Kesetiaan atau kepatuhan adalah manakala seseorang melaksanakan otorita kantornya hanya dengan loyalitas fornal dan pimpinannya dan hanya dalam jangkauan otorita kantornya. Otorita legal-raisonal memang didasarkan atas aturan-aturan yang pasti. Aturan bisa saja terdapat perubahan untuk dapat mengikuti perubahan yang terjadi didalam lingkungannya secara sistematis, dan mengandung perkiraan masa mendatang. 
  • 12. 4. Inti pemikiran Weber tentang agama : 1) Dia tetap menggunakan konsep utama dalam agama, sehingga tidak ada kesan ada sosiologi agama tanpa agama. Konsep inti yang dianalis secara sosiologik : keselamatan. Konsep ini juga digunakan Clifford Geertz dalam mempelajari Agama Java (Religion of Java) yang disebut Abangan itu. 2) Kalau keselamatan itu dihubungkan dengan tindakan (action) atau interaksi sosial dalam kelompok agama, maka keselamatan itu adalah nilai yang menjadi orientasi tindakan di satu pihak dan menjadi pendorong di lain pihak.
  • 13. 3) Untuk menganalisis tindakan yang berorientasi nilai itu, dia menggunakan konsep-konsep sosiologi (tipe ideal) : a. Tindakan rasional : means – end schema. b. Tindakan rasional – nilai : nilai adalah tujuan dan tindakan rasional adalah alat. c. Tindakan emosional d. Tindakan tradisional. 3) Penerapan kerangka analisis sosiologik : a. Ada penganut agama yang berbeda perkembangan ekonominya : Kalvinis dan non Kalvinis b. Mengapa Kalvinis maju ? c. Kerangka means – end schema diterapkan sebagai berikut.
  • 14. 5) Analisis : a. Tujuan beragama : keselamatan di sini (this worldly) dan di sana (other worldly). Wujud keselamatan paling akhir : surga, tinggal bersama Allah dan keluarga kudus di sana. b. Alat : tindakan yang mengarah ke keselamatan. c. Bagaimana sikap terhadap keselamatan ? a) Selamat atau tidak selamat, di sini atau di sana, tak seorangpun yang tahu pasti. b) Dalam ketidaktahuan itu orang harus percaya bahwa dia selamat dan masuk surga. Kalau tidak buat apa beragama. c) Tetapi keselamatan dalam pandangan Kallvinis bersifat eskatologik : keselamatan di sana sudah dimulai saat ini di dunia ini. d. Tindakan beragama (means) dalam rangka mencapai keselamatan (tujuan) dianalisis Weber dengan kerangka sosiologik.
  • 15. 6) Konsep-konsep penting : a. Keselamatan : bersifat predestinatif, artinya Allah sudah menentukan terlebih dahulu siapa yang masuk surga atau tidak. b. Cara untuk memperoleh keselamatan : a) Harus menganggap bahwa kita adalah orang yang dalam predestinasi Allah masuk surga. b) Mengurangi dosa c) Untuk mengurangi dosa : Asketisme : cara hidup bermatiraga (berpuasa) untuk memperoleh keselamatan setelah mati : (i) Mengurangi makan, cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori saja : tidak lebih dan tidak kurang. (ii) Mengurangi kenikmatan. (ii) Menggunakan pakaian yang perlu saja. d) Asketisme bukan dilakukan selama satu bulan puasa saja, melainkan menjadi gaya hidup orang.
  • 16. 7) Dampak asketisme menurut interpretasi Weber a. Kekayaan yang terakumulasi karena tindakan berpuasa. b. Keselamatan dunia sana terjamin dan begitu pula dunia sini (eskatologik). c. Awal kapitalisme barat.