Paparan perhitungan bea dan tarif penerbangan.pptx
- 1. REGULASI TRANSPORTASI UDARA DAN SKEMA PENTARIFAN Hemi Pamuraharjo, SH.DESS JEMBATAN UDARA Politeknik Penerbangan Indonesia Curug-PPIC
- 2. BEA-BEA/PUNGUTAN DI BANDAR UDARA (USER CHARGES) COST RECOVERY. 1) USER CHARGES THAT MAY BE IMPOSED BY THE COMPETENT CHARGING AUTHORITIES OF EACH CONTRACTING PARTY ON THE DESIGNATED AIRLINE(S) OF THE OTHER CONTRACTING PARTY SHALL SHALL BE JUST, REASONABLE, NON- DISCRIMINATORY, AND EQUITABLY APPORTIONED AMONG ALL CATEGORIES OF USERS. SUCH USER CHARGES SHALL BE ASSESSED ON THE DESIGNATED AIRLINE(S) OF THE OTHER CONTRACTING PARTY ON TERMS NOT LESS FAVORABLE THAN THE TERMS AVAILABLE TO ANY OTHER AIRLINE(S) AT THE TIME THE CHARGES ARE ASSESSED. 2) USER CHARGES IMPOSED ON THE DESIGNATED AIRLINE(S) OF THE OTHER CONTRACTING PARTY MAY REFLECT, BUT SHALL NOT EXCEED, THE FULL COST TO THE COMPETENT CHARGING AUTHORITIES OF PROVIDING THE APPROPRIATE AIRPORT, ENVIRONMENTAL, AIR NAVIGATION AND AVIATION SECURITY FACILITIES AND SERVICES AT THE AIRPORT OR WITHIN THE AIRPORT SYSTEM. SUCH FULL COST MAY INCLUDE A REASONABLE RETURN ON ASSETS, AFTER DEPRECIATION. FACILITIES AND SERVICES FOR WHICH CHARGES ARE MADE SHALL BE PROVIDED ON AN EFFICIENT AND ECONOMIC BASIS. a. Passenger Services Charge (PSC); b. En Route Charge (4% untuk BMKG); c. Landing & Parking Fee; d. Sewa Ruangan, Lounge, dll. NO SERVICE NO CHARGE
- 4. Mengacu dari beberapa referensi negara yang menerapkan pungutan kunjungan wisata kepada pelancong asing, dapat disimpulkan bahwa tax/fee/levy/charge tidak masuk dalam kategori User Charges What is the problem with overtourism? Well, local residents suffer as property becomes unaffordable due to landlords buying up holiday lets. Authorities struggle to manage the rubbish left behind by tourists, and pollution contributes to the climate crisis.
- 5. FAKTOR PERKEMBANGAN INDUSTRI PENERBANGAN SUATU NEGARA Daya Beli (Power to Purchase versus Kemampuan Bayar (Ability/Willingness to Pay) Personal Income 5
- 6. TARIF a. Internasional DOUBLE APPROVAL Hanya mengatur prinsip persetujuan tarif yang diajukan oleh masing- masing airlines negara mitra wicara. Misalnya, pada sektor rute CGK SIN CGK, PT. GA ajukan tarif US $ 75 vv., maka PT. GA harus meminta persetujuan dari Pemerintah Indonesia dan Singapore, apabila Pemerintah Singapura menolak, maka PT. GA harus melakukan koreksi atas usulan tarif tersebut, jika tidak usulan tarif yang diajukan tidak dapat diterapkan. DOUBLE DIS-APPROVAL Misalnya, pada sektor rute CGK SIN CGK, PT. GA ajukan tarif US $ 75 vv., maka PT. GA harus meminta persetujuan dari Pemerintah Indonesia dan Singapore, apabila Pemerintah Singapura menolak tetapi Pemerintah Indonesia menyetujui, maka PT. GA tetap dapat menerapkan tarif tersebut untuk sektor CGK-SIN-CGK. COUNTRY OF ORIGIN Misalnya, pada sektor rute CGK SIN CGK, PT. GA ajukan tarif US $ 75 vv., maka PT. GA harus meminta persetujuan dari Pemerintah Indonesia untuk sektor CGK SIN, dan Pemerintah Singapura untuk sektor SIN CGK. Apabila Pemerintah Indonesia setuju dengan tarif yang diusulkan, maka tarif pada sektor CGK-SIN dapat diterapkan, dan jika Pemerintah Singapore tidak setuju untuk sektor SIN-CGK, maka PT. GA wajib melakukan koreksi untuk diusulkan Kembali. Mayoritas perjanjian angkutan udara yang dibuat oleh Indonesia menerapkan prinsip Double Approval.
- 7. BASED ON MARKET DEMAND/ FREE PRICING/LIBERAL PEMERINTAH MENYERAHKAN SEPENUHNYA PENGENAAN TARIF ANGKUTAN UDARA KEPADA KEBIJAKAN PERUSAHAAN PENERBANGAN, DAN TANPA HARUS ADA PERSETUJUAN DARI PEMERINTAH Perjanjian angkutan udara dengan prinsip ini, akan dibuat klausula terkait rambu-rambu akan terjaminnya persaingan usaha sehat, misalnya tidak boleh ada subsidi dari Pemerintah, perlakukan yang sama dalam pemberian pelayanan jasa, larangan penguasaan suatu pasar angkutan, dll.
- 8. b. Domestik Tarif batas atas ditetapkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan aspek perlindungan konsumen dan badan usaha angkutan udara niaga berjadwal dari persaingan tidak sehat. Tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi dihitung berdasarkan komponen: a. tarif jarak; b. pajak; c. iuran wajib asuransi; dan d. biaya tuslah/tambahan (surcharge) Metode perhitungan tarif berdasarkan jarak per sektor rute. BPN SUB CGK 2 TIKET UNTUK 2 SEKTOR RUTE DENGAN TARIF SESUAI MASING- MASING RUTE. 2x PPN 2x IWJR 2x PSC, dan atau 2x Surcharge Tarif dianggap mahal
- 9. Menurut Peter P. Belobaba tarif yang diterapkan menggunakan prinsip cost based pricing/CBP dengan formula Marginal Cost Pricing. Pemerintah menetapkan tarif jarak berdasarkan total biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan angkutan udara untuk per jam terbang, bukan flight Leg. Sehingga biaya yang ditetapkan untuk suatu perusahaan angkutan udara melayani suatu rute adalah fix yaitu total biaya per jam terbang (cost per operating hours). Konsep ini hanya dapat berlaku pada pasar yang perfectly competitive. Dalam prakteknya tidak pernah tercipta pasar yang perfectly competitive. Konsekwensi ada penetapan tarif batas bawah.Di sisi lain, airlines menggunakan formula demand based pricing.
- 10. Standard Industry Fare Level (SIFL) Contoh Pengawasan Pemerintah USA terhadap penerapan tarif OD (Origin- Destination) berdasarkan Wide Operating Cost per Flight atau per Available Seat Kilomater (ASK) atau Differential Pricing BPN SUB CGK 1TIKET DENGAN TRANSIT DI BANDARA ANTARA, YANG DIHITUNG ADALAH JARAK ANTARA BPN - CGK Tarif tidak dihitung berdasarkan per sektor rute
- 11. DIFFERENCIAL PRICING Pada konsep ini, perusahaan angkutan udara menerapkan tarif yang berbeda untuk masing-masing sektor OD, termasuk juga tarif yang berbeda untuk sektor OD yang sama dengan segmen pasar yang berbeda. Perbedaan tarif ini tidak terkait langsung dengan perbedaan biaya operasional, tetapi dikarenakan adanya sensitivitas konsumen terhadap tarif, eleksitas demand, dan kemampuan bayar konsumen (consumers willingness to pay/WTP) Contoh untuk rute Los Angeles Auckland (OD)
- 12. FACTORS DESCRIPTIONS Fuel Prices One of the most significant factors affecting air transport tariffs is the price of aviation fuel. Fluctuations in oil prices can directly impact operating costs for airlines, which may lead to adjustments in ticket prices. Operating Costs This includes expenses such as aircraft maintenance, crew salaries, airport fees, and insurance costs. Any changes in these operating expenses can affect the overall pricing strategy of airlines. Competition The level of competition in the airline industry can influence pricing strategies. Airlines may adjust their fares to remain competitive with other carriers operating on the same routes. Demand The demand for air travel on specific routes and at certain times can affect ticket prices. During peak travel seasons or on popular routes, airlines may increase prices due to high demand. Conversely, lower demand may lead to discounted fares. FAKTOR-FAKTORYANG MEMPENGARUHITARIF
- 13. FACTORS DESCRIPTIONS Exchange Rates Fluctuations in exchange rates can affect the cost of operating internationally for airlines. Airlines may adjust fares to account for changes in currency values. Type of Service Different classes of service (economy, business, first class) and the amenities provided can also impact ticket prices. Airlines may offer tiered pricing based on the level of service and comfort provided to passengers. Distance and Route The distance traveled and the specific route taken can influence air transport tariffs. Longer flights or routes with fewer direct connections may result in higher fares Seasonality Travel patterns vary throughout the year, with certain periods experiencing higher demand than others. Airlines may adjust prices seasonally to reflect these fluctuations in demand. Regulations and Taxes Government regulations, taxes, and fees imposed on airlines can impact air transport tariffs. These include taxes on tickets, security fees, and landing charges imposed by airports and aviation authorities.
- 14. KENAPATARIF INTERNASIONAL LEBIH MURAH ? SELAIN FAKTOR-FAKTOR YANG SUDAH DIPAPARAN SEBELUMNYA, ADA SUATU KONDISI LAIN YANG DAPAT MENYEBABKAN TARIF LUAR NEGERI MURAH YAITU AIRLINES ASING YANG MEMILIKI HUB DI BANDAR UDARA DI NEGARANYA AKAN MELAKUKAN STRATEGI HAK ANGKUT KE-ENAM YAITU MEMADUKAN HAK ANGKUT KE-EMPAT DAN KE-KETIGA. UNTUK JARAK DEKAT: MENGAPA SINGAPORE AIRLINES, MALAYSIAN AIRLINES, THAI AIRWAYS DAN VIET NAM AIRLINES, DAN UNTUK JARAK JAUH: EMIRATES, QATAR, DAN ETIHAD, MELAYANI KE/DARI INDONESIA MENGGUNAKAN PESAWAT UDARA BERBADAN LEBAR (WIDE BODY)., APAKAH SEBANYAK ITU PENUMPANG ASAL INDONESIA BERKUNJUNG KE NEGARA MEREKA SETIAP HARI NYA ? JAWABANNYA, PESAWAT-PESAWAT MILIK AIRLINES TERSEBUT PENUMPANGNYA MAYORITAS TUJUAN AKHIRNYA KE NEGARA TUJUAN LAIN, SEHINGGA PENUMPANG YANG ASLI KETUJUAN NEGARANYA HANYA SEBAGAI FILL UP TRAFFIC DENGAN BIAYAYANG DIKENAKAN MURAH.
- 15. APAKAH PUNGUTAN PENGEMBANGAN PARIWISATA KEPADA PENUMPANG DAPAT DITERAPKAN ? BAGAIMANA JIKA DIMASUKKAN DALAM KOMPONEN TIKET PESAWAT ? Untuk penerbangan dalam negeri, agar dapat diterima oleh konsumen yang sensitif terhadap tarif angkutan udara, diusulkan misalnya: environmental fee atau kontribusi pengembangan pariwisata ramah lingkungan atau kontribusi efek gas rumah kaca. Namun demikian, perlu dipertimbangkan pengalaman negara-negara lain yang hanya menerapkan pungutan tersebut untuk waega negara asing saja. Untuk penerbangan luar negeri dapat saja sebutannya mengacu pada sebutan yang telah diterapkan oleh negara-negara lain. Untuk objek pungutannya, termasuk juga penumpang dari airlines yang bertindak sebagai marketing carrier dalam Kerjasama code sharing baik bilateral atau third party code sharing. Perlu dibuatkan suatu sistem elektronik yang terhubung dengan sistem reservasi dan ticketing airlines, sehingga pungutan tersebut langsung masuk ke unit kerja pengepul dana, tanpa harus tertahan di airlines; MENDASARI PAPARAN SEBELUMNYA DAPAT DISAMPAIKAN BAHWA PUNGUTAN UNTUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAPAT DITERAPKAN, NAMUN DEMIKIAN:
- 16. Operated by AmericanAirlines 125 Bilateral Code Sharing 16
- 17. Flight between London to Istanbul operated by British Airways as operating carrier whilst American Airlines as marketing carrier on this sector. 17
- 18. Politeknik Penerbangan Indonesia Curug-PPIC