Paragraf adalah bagian tulisan yang memiliki satu ide utama dan terdiri dari beberapa kalimat yang saling berhubungan. Ada beberapa jenis paragraf seperti narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Paragraf harus memenuhi unsur kesatuan, kepaduan dan isi yang memadai.
2. PENGERTIAN PARAGRAF
Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani
paragraphos, "menulis di samping" atau
"tertulis di samping") adalah suatu jenis
tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal
paragraf ditandai dengan masuknya ke baris
baru. Terkadang baris pertama dimasukkan;
kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai
baris baru.
3. Paragraf adalah seperangkat kalimat yang
membicarakan suatu gagasan atau topik.
paragraf adalah bagian-bagian karangan
yang terdiri atas kalimat-kalimat yang
berhubungan secara utuh dan padu serta
merupakan satu kesatuan pikiran.
4. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran,
gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan
kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya
dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik
sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut
pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang
datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan.
Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh
kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan
berparagraf tunggal.
5. KERANGKA PARAGRAF
Dimulai dengan kalimat topik yang
menyatakan gagasan utama paragraf.
Memberikan detail pendukung untuk
mendukung gagasan utama.
Ditutup dengan kalimat penutup yang
menyatakan kembali gagasan utama.
6. contoh sebuah paragraf:
Berdasarkan sarananya bahasa dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu bahasa tulis dan lisan. Bahasa
tulis ialah bahasa yang dituliskan atau dicetak,
berupa karangan, sedangkan bahasa lisan ialah
bahasa yang diucapkan atau dituturkan, berupa
pidato atau percakapan. Dalam bahasa tulis
paragraf merupakan bagian dari suatu karangan
dan dalam bahasa lisan merupakan bagian dari
suatu tuturan.
7. Paragraf tersebut terdiri atas tiga kalimat. Semua
kalimat itu membicarakan soal bahasa tulis dan lisan.
Oleh karena itu, topik paragraf itu adalah masalah
bahasa. Dalam tulisan-tulisan lain kita juga akan
menjumpai topik paragraf yang lain pula. Topik-topik
paragraf adalah pikiran utama di dalam sebuah
paragraf. Semua pembicaraan dalam paragraf itu
terpusat pada pikiran utama. Pikiran utama itulah yang
menjadi pokok pembicaraan. Karena itu, pikiran utama
disebut juga gagasan pokok di dalam sebuah paragraf.
Dengan demikian, apa yang menjadi pokok
pembicaraan dalam sebuah paragraf itulah topik
paragraf.
8. Syarat paragraf yang baik :
a. Kesatuan
Dalam sebuah paragraf hanya terdapat satu
pokok pikiran. Oleh karena itu, kalimat-kalimat
yang membentuk paragraf perlu ditata secara
cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang
menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu.
Apabila ada kalimat yang menyimpang dari
pokok pikiran atau ide pokok paragraf itu, maka
paragraf itu menjadi tidak padu dan tidak utuh.
Kalimat yang menyimpang itu harus dikeluarkan
dari paragraf.
9. Perhatikan paragraf di bawah ini.
Jateng sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari
pelatih regu Jateng, selesai pertandingan final
Kejurnas Tenis Minggu malam di Gedung Olah Raga
Jatidiri Semarang. Kota Semarang terdapat di
pantai utara pulau Jawa, ibu kota propinsi Jateng.
Pernyataan itu dianggap wajar karena apa yang
diimpi-impikan selama ini dapar terwujud, yaitu satu
medali emas, satu medali perak, dan satu medali
perunggu. Hal itu ditambah lagi oleh pilihan petenis
terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang
diperoleh itu adalah prestasi puncak yang pernah
diraih oleh Jateng dalam arena kejurnas.
10. Paragraf tersebut terdiri atas enam kalimat.
Dalam paragraf itu, kalimat ketiga, yaitu Kota
Semarang terdapat di pantai utara pulau
Jawa, ibu kota propinsi Jatengmenyimpang
dari pokok pikiran Jateng sukses, sedangkan
kalimat yang lain mendukung pokok pikiran.
Kalimat ketiga menyebabkan paragraf
tersebut tidak utuh. Oleh sebab itu, kalimat
itu hendaknya dikeluarkan sehingga paragraf
itu menjadi utuh.
11. b. Kepaduan
Kepaduan paragraf dapat dilihat dari
penyusunan kalimat secara logis dan dari
ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait
antarkalimat. Urutan yang logis akan terlihat
dalam susunan kalimat-kalimat dalam
paragraf itu. Dalam paragraf itu tidak ada
kalimat yang sumbang atau keluar dari
permasalahan yang dibicarakan.
12. Ungkapan pengait antarkalimat dapat berupa ungkapan penghubung
transisi. Beberapa kata transisi yang dapat digunakan untuk
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain adalah
sebagai berikut.
(1) Hubungan tambahan: lebih lagi, selanjutnya, tambahan pula, di
samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula, begitu juga, lagi pula.
(2) Hubungan pertentangan: akan tetapi, namun, bagaimanapun,
walaupun demikian, sebaliknya, meskipun begitu, lain halnya.
(3) Hubungan perbandingan: sama dengan itu, dalam hal yang
demikian, sehubungan dengan itu.
(4) Hubungan akibat: oleh sebab itu, jadi, akibatnya, maka.
(5) Hubungan tujuan: untuk itu, untuk maksud itu.
(6) Hubungan singkatan: singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada
umumnya, dengan kata lain, sebagai simpulan.
(7) Hubungan waktu: sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat
kemudian.
(8) Hubungan tempat: berdekatan dengan itu.
13. Paragraf di bawah ini memperlihatkan pemakaian ungkapan
pengait antarkalimat yang berupa ungkapan penghubung
transisi.
Belum ada isyarat jelas bahwa masyarakat sudah menarik
tabungan deposito mereka.Sementara itu, bursa efek
Indonesia mulai guncang menampung serbuan para pemburu
saham. Agaknya, pemilik-pemilik uang berusaha meraih
sebanyak-banyaknya saham yang dijual di bursa. Oleh karena
itu, bursa efek berusaha menampung minat pemilik yang
menggebu-gebu. Akibatnya, indeks harga saham gabungan
(IHSG) dalam tempo cepat melampaui angka 100
persen. Bahkan, kemarin IHSG itu meloncat ke tingkat 101,828
persen.
Dengan dipasangnya pengait antar kalimat sementara
itu, oleh karena itu, akibatnya, danbahkan dalam paragraf
tersebut, kepaduan paragraf dapat dirasakan dan urutan
kalimat-kalimat dalam paragraf itu logis dan kompak
14. c. Isi yang memadai
Sebuah paragraf dikatan memiliki isi yang memadai
jika memiliki sejumlah rincian yang terpilih dengan
patut sebagai pendukung pokok pikiran paragraf.
Pembaca berharap akan menemukan semua
informasi yang kerkaitan dengan pokok pikiran
paragraf secara memadai. Pembaca akan kecewa
bila gagasan yang terkandung dalam sebuah
paragraf tidak jelas atau tidak didukung dengan
rincian yang memadai. Paragraf yang hanya terdiri
atas satu atau dua kalimat, jelas tidak memadai
dalam hal isi. Paling tidak kalimat utama dijelaskan
oleh beberapa kalimat penjelas.
15. Macam-macam paragraf
Berdasarkan jenisnya :
A. Narasi adalah paragraf yang menceritakan
suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya:
ada kejadian, ada palaku, dan ada waktu
kejadian.
16. Contoh:
Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena
merasa khawatir seseorang akan memergoki
kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka
pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka
seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri di
hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung
mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu.
Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap
bergeming. Raut muka lelaki itu semakin
menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap
menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali
hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.
17. B. Deskripsi adalah paragraf yang
menggambarkan suatu objek sehingga
pembaca seakan bisa melihat, mendengar,
atau merasa objek yang digambarkan itu.
Objek yang dideskripsikan dapat berupa
orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya: ada
objek yang digambarkan.
18. Contoh:
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna
ungu yang menutupi kepalanya membuat
kulit wajanya yang kuning nampak semakin
cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu
mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali
mirip dengan para wanita palestina.
19. C. Eksposisi adalah paragraf yang
menginformasikan suatu
teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga
orang yang membacanya akan bertambah
wawasannya. Ciri-cirinya: ada informasi.
20. Contoh:
Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi
keagamaan yang sudah mendarah daging di pesantren.
Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan masyarakat
yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah,
rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian
besar topik yang muncul didasarkan atas laporan,
aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan
agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan
bahwa bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara
khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat
melalui perspektif agama.
21. D. Argumentasi adalah paragraf yang
mengemukakan suatu pendapat beserta
alasannya. Ciri-cirinya: ada pendapat dan
ada alasannya.
22. Contoh:
Keberhasilan domain itu memang tidak mudah
diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal
yang sangat rumit, bahkan terkait dengan "meta
penampilan" siswa yang kadang-kadang tidak
kelihatan. Membentuk karakter manusia memang
membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang
dilakukan negara-negara maju seperti Jepang,
Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena
memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.
23. E. Persuasi adalah paragraf yang mengajak,
membujuk, atau mempengaruhi pembaca
agar melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada
bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu.
24. Contoh:
Sebaiknya pemerintah melakukan
penghematan. Selama ini, pemerintah boros
dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil
dinas baru serta membangun kantor-kantor
baru dan guest house. Pemerintah juga selalu
menambah jumlah PNS tanpa melakukan
perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK)
secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal,
dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.
25. Berdasarkan letak kalimat
utamanya
A. Paragraf deduktif adalah paragraf yang
dimulai dengan mengemukakan persoalan
pokok atau kalimat topik kemudian diikuti
dengan kalimat-kalimat penjelas.
26. Contoh:
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat
sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu
harus disimpan dulu. Para peserta sudah
menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia
memaksa menggunakannya membuka usaha
baru.
27. Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai
dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan
kemudian diakhiri dengan kalimat topik.
Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga
jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.
28. Generalisasi adalah pola pengembangan
paragraf yang menggunakan beberapa fakta
khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang
bersifat umum. Contoh:
Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa,
ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan, mendapat
nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat
nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak
seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh karena
itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup
pandai mengarang.
29. Yang menjadi penjelasannya di atas adalah:
Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-
anak kelas tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.
Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan
penalaran yang logis.
Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa
anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang,
mencakup Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak
lainnya. Dalam kesimpulan terdapat kata cukup karena
Maman hanya mendapat nilai enam. Jika Maman juga
mendapat nilai tujuh atau delapan, kesimpulannya adalah
semua anak kelas tiga pandai mengarang.
30. Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang
berisi perbandingan dua hal yang memiliki sifat
sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika
sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka
akan ada persamaan pula dalam bidang yang
lain
31. Contoh:
Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti
halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang
berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti
teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua
bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada
penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang
Mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada
penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang
sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat
sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan
Tuhan, yang pasti akan sayang kepada ciptaan-ciptaan-
Nya itu.
32. Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan
mesin dengan alam semesta. Mesin saja ada
penciptanya, yakni manusia sehingga penulis
berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula
penciptanya. Jika manusia sangat sayang pada
ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan
Tuhan sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat
sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
33. Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah pola
penyusunan paragraf dengan menggunakan
fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-
akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan
sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia
sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas,
yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-
akibat 1 akibat 2.
34. Sebab-Akibat
Penalaran ini berawal dari peristiwa yang
merupakan sebab, kemudian sampai pada
kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A
mengakibatkan B.
35. Contoh:
Era Reformasi tahun pertama dan tahun kedua
ternyata membuahkan hasil yang membesarkan hati.
Pertanian, perdagangan, dan industri, dapat
direhabilitasi dan dikendalikan. Produksi nasional pun
meningkat. Ekspor kayu dan naiknya harga minyak
bumi di pasaran dunia menghasilkan devisa bermiliar
dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian,
kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi
Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena
itu, tidak mengherankan apabila mulai tahun ketiga
Era Reformasi ini, Indonesia sudah sanggup
menerima pinjaman luar negeri dengan syarat yang
kurang lunak untuk membiayai pembangunan.
36. Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam
membuat kesimpulan pola sebab-akibat
adalah kecermatan dalam menganalisis
peristiwa atau faktor penyebab.
37. Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa
yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita
analisis untuk mencari penyebabnya.
Contoh:
Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun
tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli
obat. Karena itu, pasti Badu itu sedang sakit.
38. Sebab-Akibat-1 Akibat-2
Suatu penyebab dapat menimbulkan
serangkaian akibat. Akibat pertama berubah
menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua.
Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian
beberapa akibat.
39. Contoh:
Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga berbagai jenis
minyak bumi dalam negeri naik. Minyak
tanah, premium, solar, dan lain-lain dinaikkan harganya.
Hal ini karena Pemerintah ingin mengurangi subsidi
dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali
berlangsung normal. Karena harga bahan bakar
naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik
pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang-barang
pasti akan ikut naik karena biaya tambahan untuk
transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga
barang-barang akan dirasakan berat oleh rakyat. Oleh
karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi
dengan usaha menaikkan pendapatan masyarakat.
40. Paragraf Campuran adalah paragraf yang
dimulai dengan mengemukakan persoalan
pokok atau kalimat topik kemudian diikuti
kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan
kalimat topik.Kalimat topik yang ada pada akhir
paragraf merupakan penegasan dari awal
paragraf.
41. Contoh:
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak
dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa
pun yang dilakukan manusia pasti
menggunakan sarana komunikasi, baik sarana
komunikasi yang sederhana maupun yang
modern. Kebudayaan dan peradaban manusia
tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa
adanya sarana komunikasi.
42. Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar adalah
paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran
utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau
tersirat pada kalimat-kalimat penjelas. Contoh:
Di pinggir jalan banyak orang berjualan kue dan
minuman. Harganya murah-murah, Sayang banyak
lalat karena tidak jauh dari tempat itu ada
tumpukan sampah busuk. Dari sampah, lalat
terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang
yang makan tidak merasa terganggu oleh lalat itu.
Enak saja makan dan minum sambil beristirahat
dan berkelakar.
43. PARAGRAF DILIHAT DARI SEGI
JENISNYA
Paragraf pembuka merupakan pembuka atau
pengantar untuk sampai pada isi suatu
pembicaraan yang akan dipaparkan kemudian di
dalam karangan. Karena itu, paragraf pembuka
hendaknya menarik minat dan perhatian
pembaca serta sanggup menghubungkan pikiran
pembaca kepada masalah yang akan disajikan
berikutnya. Salah satu cara untuk menarik
perhatian adalah dengan mengutip pernyataan
atau pendapat yang merangsang dari para ahli
atau orang yang terkenal di bidangnya.
44. Sebuah karangan pendek atau bagian karangan
panjang yang tidak dibuka dengan menampilkan
alinea yang menarik akan kehilangan kesempatan
untuk menggiring minat pembaca. Anwar (dalam
Widagdo 1997:99) menyebut alinea pembuka
dengan sepuluh kata pertama. Hal itu ditegaskan
oleh Elmer Wheeler (dalam Widagdo 1997:99),
Ceritakanlah dalam sepuluh perkataan pertama
atau Anda tidak akan berkesempatan
mempergunakan 10.000 perkataan berikutnya.
45. Paragraf pengembang adalah paragraf yang
terletak antara paragraf pembuka dan penutup.
Paragraf ini mengemukakan inti persoalan yang
dikemukakan. Karena itu, paragraf satu dengan
paragraf lainnya hendaknya memperlihatkan
hubungan yang serasi dan logis. Paragraf ini
dapat dikembangkan dengan cara
deskriptif, ekspositoris, naratif, atau
argumentatif yang akan dibicarakan pada
halaman-halaman berikutnya.
46. Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat
pada akhir karangan. Paragraf ini umumnya berupa
simpulan semua pembicaraan yang telah
dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya yang
mengunci atau menutup sebuah karangan. Dalam
mengunci karangan hendaknya dapat memberikan
kesan yang baik di benak pembaca. Untuk itu, perlu
dikemukakan hal-hal yang penting, seperti
simpulan atau simpulan yang diramu dengan saran-
saran atau pendapat pribadi pengarang.
47. .Sampai sekarang tidak ada patokan tentang
ukuran paragraf. Oleh karena itu, penulis
harus dapat mengendalikan panjang paragraf
berdasarkan beberapa pertimbangan yang
ditentukan oleh masalah yang ditulis.
Paragraf pendek yang terdiri atas satu
kalimat dapat efektif dan mudah dipahami
dapat digunakan, asal tidak terlalu sering.
48. Pengembangan Paragraf
Mengarang adalah mengembangkan
beberapa kalimat topik. Dalam karangan itu
kita harus mengembangkan paragraf demi
paragraf. Oleh karena itu, kita harus dapat
menempatkan kalimat topik. Satu paragraf
hanya mengandung satu kalimat topik.
Contoh di bawah ini menunjukkan perbedaan
paragraf yang tidak hemat akan kalimat
topik. Paragraf yang tidak hemat ini
mengandung tiga buah kalimat topik.
49. Penggemar seruling buatan Frederick Morgan
bersedia menunggu lima belas tahun asal
memperoleh seruling buatan Morgan.
Pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan
pemesanan seruling karena terlalu banyak pihak
yang telah memesan seruling buatannya.
Memang dewasa ini Morgan tergolong pembuat
instrumen tiup kelas dunia
50. Perhatikan paragraf berikut yang merupakan pengembangan kalimat-
kalimat topik di atas.
Penggemar seruling buatan Frederick Morgan bersedia menunggu lima belas
tahun asal memperoleh seruling buatan Morgan. Pernyataan tersebut
dikemukakan oleh beberapa penggemar seruling Eropa. Hal ini terjadi
setelah Morgan mengemukakan bahwa pemesanan serulingnya ditutup.
Pada pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan pemesanan seruling
karena terlalu banyak pihak yang telah memesan seruling buatannya. Jika
dibuat terus menerus, Morgan harus bekerja selama empat belas tahun guna
memenuhi pesanan tersebut. Seruling buatan Morgan sangat berperan pada
musik di dunia Eropa sejak tahun 1950.
Dewasa ini Morgan tergolong ahli pembuat instrumen tiup kelas dunia.
Beberapa ahli lainnya adalah Hans Caolsma (Utreacth), Mortin Skovroneck
(Bremen), Frederick van Huene (Amerika Serikat), Klaus Scheel (Jerman),
serta Sighoru Yamaoka dan Kuito Kinoshito (Jepang). (Dikutip dari Arifin
1988:138).
Kalau kita amati, ternyata paragraf-paragraf yang terakhir lebih berbicara
daripada paragraf sebelumnya yang mengandung tiga buah kalimat topik.
Paragraf terakhir hemat akan kalimat topik, tetapi kreatif akan kalimat-
kalimat penjelas.
51. Teknik Pengembangan Paragraf
Secara garis besar teknik pengembangan
paragraf ada dua macam. Teknik pertama,
menggunakan ilustrasi. Apa yang dikatakan
kalimat topik itu dilukiskan dan digambarkan
dengan kalimat-kalimat penjelas sehingga di
depan pembaca tergambar dengan nyata apa
yang dimaksud oleh penulis. Teknik kedua,
dengan analisis, yaitu apa yang dinyatakan
kalimat topik dianalisis secara logika sehingga
penyataan tadi merupakan suatu yang
meyakinkan.
52. Dalam praktek pengembangan paragraf, kedua
teknik di atas dapat dirinci lagi menjadi
beberapa cara yang lebih praktis, di antaranya
dengan (a) memaparkan hal-hal yang khusus
(umum-khusus/khusus-umum), (b) memberikan
contoh, (b) menampilkan fakta-fakta, (c)
memberikan alasan-alasan, dan (d) dengan
bercerita, definisi luas, atau campuran. Ketiga
cara tersebut dapat dilihat pada contoh-contoh
berikut:
53. a. Pengembangan Paragraf dengan Memaparkan
Hal-Hal Khusus
1) Kalimat Utama ditulis pada awal paragraf,
kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas.
Berikut ini contoh pengembangan paragraf dengan
memaparkan hal-hal khusus.
(1) Semua isi alam ini ciptaan Tuhan. (2) Ciptaan
Tuhan yang paling berkuasa di dunia ini
adalah manusia. (3) Manusia diizinkan oleh
Tuhan memanfaatkan isi alam ini sebaik-baiknya.
(4) Akan tetapi, tidak diizinkan menyiksa,
mengabaikan, dan menyia-nyiakan
54. Paragraf seperti ini dinamakan paragraf
deduktif. Paragraf-paragraf dalam karya ilmiah
umumnya berbentuk deduktif. Pengembangan
paragraf itu dapat didiagramkan sebagai
berikut:
khusus (2)
umum (1)
khusus (3)
khusus (4)
55. Selain itu, paragraf dapat disusun dengan cara
mengembangkan ide pokok secara khusus-umum.
Berikut ini contoh pengembangan paragraf khusus-
umum:
(1) Sudah beberapa kali Pancasila dirongrong
bahkan hendak diubah dan dipecah-pecah. (2)
Namun, setiap usaha yang hendak mengubah,
merongrong, dan memecah-mecah itu ternyata
gagal. (3) Betapa pun usaha itu dipersiapkan dengan
cara yang teliti dan matang, semuanya dapat
dihancurleburkan. (4) Bukti yang lalu meyakinkan
kita bahwa Pancasila benar-benar sakti, tidak
dapat diubah dan dipecah-pecah.
56. Paragraf seperti ini dinamakan paragraf induktif.
Mula-mula dikemukakan hal-hal khusus
kemudian dipaparkan hal umum yang
merupakan pikiran pokok. Pengembangan
paragraf seperti itu dapat didiagramkan sebagai
berikut.
khusus (1)
khusus (2) umum (4)
khusus (3)
57. b. Pengembangan Paragraf dengan Pemberian Contoh
Dalam jenis pengembangan ini dikemukakan suatu
pernyataan, kemudian disebutkan rincian-rincian berupa contoh-
contoh kongkret. Berikut ini contoh pengembangan paragraf dengan
memberikan contoh-contoh:
Kesalahan dalam penulisan karya ilmiah, pada umumnya terletak
pada pemilihan kata (diksi) dan penyusunan kalimat efektif.
Kesalahan pemilihan kata yang tepat, di antaranya digunakannya
kata sering, mungkin, kadang-kadang, sangat, danmemang yang
mengarah pada ketidakyakinan penulis akan hal yang dikemukakan.
Adapun kesalahan penyusunan kalimat efektif, misalnya menulis
kalimat yang panjang yang di dalamnya terdapat kata yang tidak
perlu, seperti penulisan kata dapat, telah, dan adalah pada
kalimat Dalam bab ini dapat dituliskan dua hal yang telah menjadi
temuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Untuk itu dalam menggunakan cara ini, penulis hendaknya pandai
memilih contoh-contoh yang umum, representatif, dan dapat
mewakili keadaan sebenarnya.
58. c. Pengembangan Paragraf dengan Menampilkan Fakta-
Fakta
Pengembangan paragraf dengan cara ini mula-mula
dikemukakan pendapat umum yang menjadi pikiran pokok
kemudian kalimat-kalimat penjelas yang merupakan fakta-
fakta yang meyakinkan pendapat tersebut. Berikut ini contoh
pengembangan paragraf dengan cara tersebut:
Banyak ilmuwan Indonesia yang tidak dapat menggunakan
paragraf secara efektif. Kagagalan ini terjadi karena tidak
dipahaminya fungsi paragraf sebagai pemersatu kalimat-
kalimat yang koheren serta berhubungan secara sebab dan
akibat untuk menjelaskan suatu kesatuan gagasan atau tema.
Oleh karena itu, sering dijumpai tulisan yang sukar dipahami
sebab tidak jelas pemisahan bagian-bagiannya untuk
menghasilkan argumen yang meyakinkan.
59. d. Pengembangan Paragraf dengan
Memberikan Alasan-Alasan
Alasan-alasan yang digunakan untuk
mengembangkan paragraf jenis ini dapat berupa
sebab-akibat atau akibat-sebab. Dalam
pengembangan jenis sebab-akibat, lebih dahulu
dikemukakan fakta yang menjadi sebab
terjadinya sesuatu kemudian diikuti rincian-
rincian sebagai akibatnya. Dalam hal ini, sebab
merupakan pikiran utama, sedangkan akibat
merupakan pikiran-pikiran penjelas.
60. Contoh:
(1) Kemampuan menyusun paragraf yang baik adalah modal kesuksesan
bagi mahasiswa. (2) Ia dapat mengungkapkan ide atau gagasannya
dengan jelas kepada dosen atau kepada partisipan ketika berdiskusi. (3)
Tugas-tugas juga terbaca dan dapat dipahami dengan cepat oleh dosen
karena ide, gagasan, maupun argumentasinya dipaparkan dengan
menggunakan kalimat-kalimat yang singkat, padat, dan jelas. (4) Dosen
tidak segan memberikan nilai yang bagus karena tidak memusingkan
kepala ketika memeriksa dan argumentasinya jelas meskipun kurang
tepat.
Paragraf tersebut tergolong paragraf deduktif. Kalimat (1) merupakan
sebab, sedangkan kalimat (2), (3), dan (4) merupakan akibat.
Pengembangan ini dapat didiagramkan sebagai berikut.
akibat (2)
sebab (1) akibat (3)
akibat (4)
61. d. Pengembangan Paragraf dengan Perbandingan
Dalam jenis pengembangan ini dipaparkan semua persamaan
dan atau perbedaan tentang dua atau lebih objek/gagasan.
Paragraf berikut merupakan paragraf yang dikembangkan
dengan perbandingan.
Contoh :
(1) Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal cipta sastra
yang disebut pantun dan syair. (2) Kedua cipta sastra itu
berbentuk puisi dan tergolong hasil sastra lama. (3) Kedua puisi
lama itu jumlah baris-barisnya sama, yaitu empat baris. (4) Baik
pantun maupun syair seperti pada bentuk aslinya, tidak kita
jumpai pada cipta sastra masa kini. (5) Kalau pun ada, biasanya
hanya dalam nyanyian saja.
Pada pengembangan contoh a di atas dipaparkan
perbandingan pantun dan syair dari segi persamaan-
persamannya.
62. e. Pengembangan Paragraf dengan Definisi Luas
Definisi luas (definisi formal yang diperluas) dapat dipakai
untuk mengembangkan pokok pikiran. Semua penjelasan atau
uraian menuju pada perumusan definisi itu. Berikut contoh
pengembangan paragraf dengan definisi luas.
Karangan eksposisi adalah karangan yang berusaha
menerangkan suatu hal atau sesuatu gagasan. Dalam
memaparkan sesuatu, kita dapat menjelaskan dan memberi
keterangan belaka, dapat pula mengembangkan sebuah
gagasan sehingga menjadi luas dan gampang dimengerti.
Panjang karangan tidak dibatasi, bergantung pada
kemampuan pengarang dalam memaparkan atau memberikan
penjelasan ide atau gagasan yang disampaikan.
Pengembangan dengan definisi luas tidak hanya berupa
paragraf, bahkan dapat pula berupa sebuah buku. Meskipun
demikian, dasar-dasar definisi tetap sama
63. f. Pengembangan Paragraf dengan Campuran
Dalam jenis pengembangan ini, rincian-rincian
terhadap kalimat utama terdiri atas campuran
dari dua atau lebih cara pengembangan
paragraf. Jadi, misalnya terdapat campuran
umum-khusus dengan sebab akibat, sebab-
akibat dengan perbandingan, contoh-contoh
dengan perbandingan, dan sebagainya. Berikut
contoh pengembangan paragraf jenis ini.
64. (1) Bahasa tutur ialah bahasa yang dipakai dalam pergaulan
sehari-hari, terutama dalam percakapan. (2) Pada umumnya
bersahaja/sederhana dan singkat bentuknya. (3) Kata-kata
yang digunakan tidak banyak macam dan jumlahnya. (4)
Lagi pula hanya menggunakan kata-kata yang lazim dipakai
sehari-hari. (5) Untuk itu, digunakan kata kata tutur, yaitu
kata yang hanya boleh dipakai dalam bahasa
tutur, misalnya bilang, bikin, sendirian, nggak, emang, dip
ikirin, dan sebagainya. (6) Sering pula kata-katanya
dibentuk secara salah, misalnya dibikin
betul(dibetulkan), belum lihat (belum
melihat), merobah(mengubah), dan sebagainya. (7) Lafalnya
pun sering menyimpang dari lafal yang
umum, misalnya: dapet(dapat), malem (malam), ampat (em
pat), dipersilahkan (dipersilakan), dan sebagainya. (8)
Bahkan sering juga menggunakan urutan kata yang
menyimpang dari bahasa umum, misalnya ini hari, itu
orang, lain hari, lain kali, dan seb