1. MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK
Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc
Pendahuluan
Pernahkah anda mengamati hal-hal penting apa sajakah yang ditulis oleh dokter pada
saat pemeriksaan kesehatan? Apakah kalian mengetahui arti dari hasil penilaian tersebut? Nah,
berikut ini anda akan diajak untuk mengenal parameter apa saja untuk menilai pertumbuhan
fisik pada anak serta tujuan dan makna dari pemeriksaan tersebut.
Tumbuh Kembang Anak
Sebagai generasi penerus masa depan bangsa, anak harus dijaga tumbuh
kembangnya. Pertumbuhan berkaitan dengan pertambahan ukuran fisik seseorang serta
perkembangan berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan fungsi organ atau
individu. Proses tumbuh kembang anak pada hakekatnya merupakan hasil interaksi berbagai
faktor yang saling terkait seperti faktor genetik, lingkungan biologis-fisik-dan psikososial serta
faktor perilaku. Apabila faktor lingkungan dan perilaku terbentuk secara optimal maka tumbuh
kembang anak akan memuaskan pula.
Tumbuh kembang anak sudah dimulai sejak bertemunya sperma ayah dan sel telur ibu,
yang berarti bahwa tumbuh kembang anak sudah dimulai sejak di dalam kandungan. Pada
perjalanan tumbuh kembang anak menjadi dewasa terdapat 3 periode pertumbuhan yang cepat
yaitu pada masa janin, masa satu tahun pertama dan masa pubertas.
Ukuran Antropometrik
Pertumbuhan fisik anak pada umumnya dinilai dengan menggunakan ukuran
antropometrik yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi:
1. tergantung umur yaitu berat badan (BB) terhadap umur, tinggi badan (TB) terhadap umur,
lingkaran kepala (LK) terhadap umur dan lingkaran lengan atas (LLA) terhadap umur.
Untuk dapat memberikan pemaknaan secara klinis pada parameter tersebut diperlukan
keterangan yang akurat mengenai tanggal lahir anak. Kesulitannya adalah di daerah-daerah
tertentu, penetapan umur anak kurang tepat karena orang tua tidak ingat bahkan tidak ada
catatan mengenai tanggal lahirnya.
2. tidak tergantung umur yaitu berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB), lingkaran lengan
atas (LLA) dan tebal lipatan kulit (TLK).
2. Hasil pengukuran antropometrik tersebut dibandingkan dengan suatu baku tertentu
misalnya NCHS dari Harvard atau standar baku nasional (Indonesia) seperti yang terekam pada
Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan melihat perbandingan hasil penilaian dengan standar baku
tersebut maka dapat diketahui status gizi anak. Nilai perbandingan ini dapat digunakan untuk
menilai pertumbuhan fisik anak karena menunjukkan posisi anak tersebut pada persentil (%)
keberapa untuk suatu ukuran antropometrik pertumbuhannya, sehingga dapat disimpulkan
apakah anak tersebut terletak pada variasi normal, kurang atau lebih. Selain itu juga dapat
diamati trend (pergeseran) pertumbuhan anak dari waktu ke waktu.
Berat Badan (BB)
Berat badan (BB) adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana,mudah
diukur,dan diulang. BB merupakan ukuran yang terpenting yang dipakai pada setiap
pemeriksaan penilaian pertumbuhan fisik anak pada semua kelompok umur karena BB
merupakan indikator yang tepat untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak
saat pemeriksaan (akut). Alasannya adalah BB sangat sensitif terhadap perubahan sedikit saja
seperti sakit dan pola makan. Selain itu dari sisi pelaksanaan, pengukuran obyektif dan dapat
diulangi dengan timbangan apa saja, relatif murah dan mudah, serta tidak memerlukan waktu
lama.
Namun, pengukuran BB tidak sensitif terhadap proporsi tubuh misalnya pendek gemuk
atau tinggi kurus. Selain itu, beberapa kondisi penyakit dapat mempengaruhi pengukuran BB
seperti adanya bengkak (udem), pembesaran organ (organomegali), hidrosefalus, dan
sebagainya. Dalam keadaan tersebut, maka ukuran BB tidak dapat digunakan untuk menilai
status nutrisi.
Penilaian status nutrisi yang akurat juga memerlukan data tambahan berupa umur yang
tepat,jenis kelamin, dan acuan standar. Data tersebut bersama dengan pengukuran BB
dipetakan pada kurve standar BB/U dan BB/TB atau diukur persentasenya terhadap standar
yang diacu.
BB/U dibandingan dengan standar, dinyatakan dalam persentase
>120% disebut gizi lebih
80-120% disebut gizi baik
60-80% tanpa edema = gizikurang
Dengan edema = gizi buruk
<60% disebut gizi buruk
3. Perubahan BB perlu mendapat perhatian karena merupakan petunjuk adanya masalah
nutrisi akut. Kehilangan BB dapat dikategorikan menjadi: 1. Ringan = kehilangan 5-15%, 2.
Sedang = kehilangan 16-25%, Berat = kehilangan >25%
Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan (TB) merupakan ukuran antropometrik kedua yang terpenting. Pengukuran
TB sederhana dan mudah dilakukan. Apalabila dikaitkan dengan hasil pengukuran BB akan
memberikan informasi penting tentang status nutrisi dan pertumbuhan fisik anak
Ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan dapat terus meningkat sampai tinggi
maksimal dicapai. TB merupakan indikator yang menggambarkan proses pertumbuhan yang
berlangsung dalam kurun waktu relatif lama (kronis), dan berguna untuk mendeteksi gangguan
pertumbuhan fisik di masa lampau. Indikator ini keuntungannya adalah pengukurannya obyektif,
dapat diulang, alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.
Kerugiannya perubahan tinggi badan relatif lambat dan sukar untuk mengukur tinggi
badan secara tepat. Pengukuran TB pada anak umur kurang dari 2 tahun dengan posisi tidur
dan pada anak umur lebih dari 2 tahun dengan berdiri.
Seperti pada BB, pengukuran TB juga memerlukan informasi seperti umur yang tepat,
jenis kelamin dan standar baku yang diacu. TB kemudian dipetakan pada kurve TB atau
dihitung terhadap standar baku dan dinyatakan dalam persen.
TB/U dibandingkan dengan standar baku (%)
90-110% = baik/normal
70-89% = tinggi kurang
<70% = tinggi sangat kurang
Rasio BB menurut TB (BB/TB)
Rasio BB/TB jika dikombinasikan dengan BB/U dan TB/U sangat penting dan lebih
akurat dalam penilaian status nutrisi karena memberikan informasi mengenai proporsi tubuh.
Indeks ini digunakan pada anak perempuan hanya sampai tinggi badan 138 cm dan pada anak
lelaki sampai tinggi badan 145 cm. Setelah itu, hasil perbandingan BB/TB menjadi tidak
bermakna, karena adanya tahap percepatan pertumbuhan (growth spurt) pada masa pubertas.
Keunggulan parameter ini adalah jika informasi mengenai umur tidak diketahui dengan pasti.
Interpretasi BB/TB (dalam %)
4. > 120 % : obesitas
110-120 % : overweight
90-110 % : normal
70-90% : gizi kurang
<70% : gizi baik
Gambar 1. Alat Pengukur Berat Badan: dewasa (kiri) bersama dengan pengukur TB
Dan timbangan anak (kanan)
Lingkar Kepala (LK)
Lingkar kepala (LK) menggambarkan pertumbuhan otak dari estimasi volume dalam
kepala. Lingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran
rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan otak walaupun diperlukan pengukuran LK secara berkala daripada sewaktu-waktu
saja.
Apabila pertumbuhan otak mengalami gangguan yang dideteksi dari hasil pengukuran
LK yang kecil (dinamakan mikrosefali) maka hal ini bisa mengarahkan si anak pada kelainan
retardasi mental. Sebaiknya kalau ada gangguan pada sirkulasi cairan otak (liquor
5. cerebrospinal) maka volume kepala akan membesar (makrosefali), kelainan ini dikenal dengan
hidrosefalus.
Pengukuran LK paling bermanfaat pada 6 bulan pertama sampai 2 tahun karena pada
periode inilah pertumbuhan otak berlangsung dengan pesat. Namun LK yang abnormal baik
kecil maupun besar bisa juga disebabkan oleh faktor genetik (keturunan) dan bawaan bayi.
Pada 6 bulan pertama kehidupan LK berkisar antara 34-44 cm sedangkan pada umur 1
tahun sekitar 47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm.
Lingkar Lengan Atas (LLA)
Lingkar lengan atas (LLA) menggambarkan tumbuh kembang jaringan lemak di bawah
kulit dan otot yang tidak banyak terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan
berat badan (BB). LLA lebih sesuai untuk dipakai menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada
anak kelompok umur prasekolah (1-5 tahun).
Pengukuran LLA ini mudah, murah, alat bisa dibuat sendiri dan bisa dilakukan oleh
siapa saja. Alat yang digunakan biasanya adalah pita ukur elastis. Namun, penggunaan LLA ini
lebih tepat untuk mengidentifikasi anak dengan gangguan gizi/pertumbuhan fisik yang berat.
Selain itu terkadang pengukurannya juga dengan menekan pertengahan LLA yang dirasakan
tidak nyaman bagi anak-anak.
Interpretasi hasil dapat berupa:
1. LLA (cm): < 12.5 cm = gizi buruk (merah), 12.5 – 13.5 cm = gizi kurang (kuning), >13.5
cm = gizi baik (hijau).
2. Bila umur tidak diketahui, status gizi dinilai dengan indeks LLA/TB: <75% = gizi buruk,
75-80% = gizi kurang, 80-85% = borderline , dan >85% = gizi baik (normal).
Tebal Lipatan Kulit (TLK)
Tebal Lipatan Kulit (TLK) merupakan pencerminan tumbuh kembang jaringan lemak
dibawah kulit yang lebih spesifik. Hampir 50% lemak tubuh berada di jaringan subkutis
sehingga dengan mengukur lapisan lemak (TLK) dapat diperkirakan jumlah lemak total dalam
tubuh. Hasilnya dibandingkan dengan standar dan dapat menunjukkan status gizi dan
komposisi tubuh serta cadangan energi.
Makna klinisnya adalah TLK ini dapat digunakan untuk menganalisis kecukupan energi
anak. Bila dikaitkan dengan indeks BB/TB, ia dapat menentukan masalah nutrisi yang kronik.
Pada keadaan asupan gizi yang kurang (malnutrisi misalnya), tebal lipatan kulit menipis dan
6. sebaliknya menebal pada anak dengan asupan gizi yang berlebihan (overweight sampai
obese). Sehingga parameter ini juga dapat bermakna penting bagi pengaturan pola diet anak
khususnya yang mengalami kegemukan (overweight sampai obese). Selain itu, pemeriksaan
TLK bila dikaitkan dengan nilai LLA misalnya pada otot triseps dapat dipakai untuk menghitung
massa otot.
Regio tubuh umum tempat dilakukannya pengukuran TLK dengan menggunakan
skinfold calliper adalah regio trisep, bisep, subskapula, suprailiaka, dan betis. Pengukuran
dilakukan dengan mencubit kulit sampai terpisah dari otot dasarnya, ditarik menjauhi tubuh
kemudian menempatkan kaliper diantara cubitan kulit tersebut. Hasil pengukuran dinyatakan
dalam millimeter yang kemudian hasil penjumlahan beberapa regio tersebut dimasukkan dalam
rumus untuk mendapatkan persentase lemak tubuh. Oleh karena itu diperlukan pengalaman
dan keterampilan pengukur untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Gambar 2. Pengukuran tebal lipatan kulit (skin fold) menggunakan skinfold calipers
Penutup
Seyogyanya parameter diatas dapat diperiksa secara rutin pada anak. Namun, untuk
kepentingan skiring,penggunaan beberapa parameter yang tepat saja sesuai dengan makna
dan tujuannya sudah cukup memadai. Pada anak yang dari skrining pemeriksaan rutin
didapatkan dugaan adanya kelainan pertumbuhan maka diperlukan pemeriksaan lebih lanjut
yang lebih teliti dan spesifik.
Referensi
Latief, A. 2000. Diagnosis fisik pada Anak. Jakarta: Penerbit Sagung Seto
Bairnes, LA. 1996. Manual of pediatric physical diagnosis. Chicago: Year Book Medical
Publishing